13.0 | Rememberin'
-:-
"Udah gak usah dipikirin. Gue setuju sama Bang Minho. Mungkin emang udah waktunya semua tau kalau Strayer itu bukan ekskul biasa. Lo sendiri kan juga liat tadi, bukan cuma gue yang setuju sama kata Bang Minho. Si Jeongin sama Jisung diem-diem bae, itu tandanya mereka setuju aja kalau emang lo gak mau lanjutin taruhan ini."
Teringat akan kalimat panjang yang Felix tuturkan saat mereka putuskan cari ketenangan di kantin tadi siang membuat Seungmin tak bisa pejamkan mata. Semua posisi rasanya salah ketika ia memaksa untuk coba tidur dan melupakan segala hal yang jadi pembicaraan siang tadi. Permasalahan taruhan yang berujung pada kemungkinan terbongkarnya rahasia Strayer benar-benar mengganggu pikiran.
Tak masalah sebenarnya jika rahasia Strayer benar-benar terbongkar, Seungmin akan pasrah-pasrah saja dan menerima vonis pihak sekolah yang kemungkinan besar mengeluarkannya. Seungmin betul-betul tak masalah, ia bahkan bisa leluasa mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan harian alih-alih membayar SPP bulanan. Tapi yang jadi masalah itu anak-anak Strayer yang lain.
Kalau Seungmin seenaknya membatalkan taruhan karena mengira Chan menjadikan ia sebagai tumbal, bukankah itu sama saja dengan membiarkan Felix, Jeongin dan Jisung dikeluarkan dari sekolah? Belum lagi Minho yang tinggal kurang dari setahun untuk menyelesaikan pendidikan di jenjang akhir. Kalau urusan Chan dan Changbin yang didepak, Seungmin sungguh tidak masalah, toh keduanya memang sama-sama bajingan, berbeda lagi dengan Minho. Yang jadi pertanyaan, jika Seungmin betulan undur dari taruhan ini, tidakkah dirinya terlalu egois?
Seungmin terlalu larut untuk membuat keputusan, sampai akhirnya spontan terbangun dan berteriak kesal. Dialihkan tatapannya pada jam dinding setelah mengusak rambut kasar, pukul sebelas lebih seperempat. Nyaris tengah malam. Seungmin berdecak, pilih untuk bangkit dan berderap menuju meja di sudut kamar. Sampai di sana, Seungmin seperti orang tolol. Sepasang kelopak matanya berkedip beberapa kali memindai permukaan kayu yang ia tatap. Tak ada botol—
"Fuck! Kan obatnya disita si Felix, bego."
Seraya mendecak, Seungmin menyalakan ponsel dari saku baju tidurnya lantas mendial Felix. Tak perlu menunggu lama, pemuda Lee mengangkat telepon dengan suara beratnya yang semakin berat, efek baru bangun tidur.
"Tengah malem ngapain telepon gue, bangsat!"
Seungmin refleks jauhkan ponsel dari telinga, ditatapnya benda itu dengan pandangan takjub sebelum semburan lain dari Felix datang lagi karena alih-alih menjawab, Seungmin malah terbengong.
"Min, lo kalau diem aja, mending gue tutup aja deh telponnya ya, njing!"
"Eh, sabar dong, brader!" Seungmin buru-buru tempelkan ponselnya ke daun telinga usai sadar dari keterkejutan. "Lo udah janji, lo bakal ke rumah gue kalau gue insom." Ada jeda sejenak, tak ada tanggapan apapun dari seberang. Seungmin gigit bibir bawahnya pelan sebelum melanjutkan. "Gue butuh obat, Lix."
Decakan panjang dari seberang menjadi tanggapan setelah Felix terdiam cukup lama. "Lo buta, ya? Ini udah hampir tengah malem, tolol! Lo mau gue ke rumah lo cuma buat ngasih obat? Gabut banget hidup gue."
Tak dapat ditahan, Seungmin mendengus keras. "Ya udah kalau lo gak mau, gue beli aja obat yang baru." Kemudian obsidian gelap itu melirik jarum jam dinding. "Apotek deket rumah gue juga buka 24 jam."
Seungmin baru ingin mengakhiri panggilan, tapi urung karena Felix keburu berteriak. "Iya, anjing, iya! Gue ke sana sekarang! Hobi banget ngerepotin orang, heran."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫
Fanfiction𝑲𝒊𝒎 𝑺𝒆𝒖𝒏𝒈𝒎𝒊𝒏 | 𝑯𝒘𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒚𝒖𝒏𝒋𝒊𝒏 ft all. Seungmin tidak tahu apa yang terjadi padanya. Yang jelas setelah insiden dimana seorang laki-laki dengan luka lebam dan darah dimana-mana terjatuh dari atap kamar mandi lalu menggelepar tep...