pt 12.0 | Confusin'

252 50 13
                                    

12.0 | Confusin'

-:-

H-1

Suara pintu yang terjeblak dari luar memaksa enam orang yang menghuni markas untuk menoleh ke asal suara. Seungmin mendecak, dengusan malas keluar dari lubang hidungnya tatkala mendapati Changbin masuk dengan napas ngos-ngosan.

"Sorry," ungkap pemuda Seo, nampak menetralkan napasnya yang masih naik-turun. "Si Bokir sengaja banget bikin jam istirahat ngaret."

Bangchan melipat bibirnya, menerima apapun alasan pemuda itu lantas menyuruh Changbin cepat-cepat bergabung dengan yang lain, sementara Seungmin mengambil kesempatan untuk nyinyir pada pemuda yang dari dulu menjadi musuh bebuyutannya itu.

"Halah, pake nyalahin Pak Kang." Pak Kang adalah guru mata pelajaran matematika yang Changbin sebut Bokir tadi. Seungmin mendecih, menatap Changbin yang balas memandangnya sengit. "Makanya punya kaki yang panjang dikit biar kenceng larinya."

Detik selanjutnya Jisung dan Jeongin terbahak keras ketika Seungmin berteriak nyaring tepat setelah Changbin menendang tulang keringnya dengan kencang. "Changbin, bangs—"

"Yang sopan ya, anjing! Gue ini lebih tua dari lo." Hardik Changbin, tangannya terangkat kemudian melesat cepat menggeplak ubun-ubun Seungmin. Jisung dan Jeongin tak kuasa, keduanya tergelak makin kencang, bahkan Jisung bertepuk tangan saking hebohnya. Mengundang Minho untuk berdiri lalu melerai Seungmin dan Changbin sebelum terjadi perang lebih lanjut.

"Udah, lo berdua kalau ribut mulu gue keluarin dari Strayer!" Ancam Minho, menarik Changbin menjauh dari Seungmin lalu mendudukkan bocah itu di sebelahnya. Padahal Minho tak ada kuasa apapun untuk mendepak keduanya keluar dari Strayer, tentu itu hanya ancaman. Seungmin dan Changbin pun tahu itu. Memang daripada Chan yang notabene ketua Strayer, anggota geng justru lebih patuh pada Minho. Minho yang dewasa, terlihat tenang tapi menghanyutkan. Itu yang membuatnya lebih dihormati daripada Chan.

Felix yang duduk di sebelah Seungmin terkekeh pelan, pilih menepuk pundak sahabatnya beberapa kali berharap emosi pemuda Kim cepat mereda. "Udah, Min. Ribut mulu ya kalau ketemu Bang Changbin, heran."

Seungmin mengacuhkan segala perkataan Felix, ia masih melotot tajam pada Changbin yang sama mendelik padanya. Tulang keringnya masih sedikit nyut-nyutan karena Changbin menendangnya dengan tenaga dalam tadi. Memang cari ribut.

"Lo berdua kalau masih mau ribut, gue banting aja lo pada deh, ya!" Chan frustasi. Pemuda itu berdiri kemudian berlalu menuju galon di sudut ruang, mengambil segelas air untuk ia tenggak dengan cepat. Jeongin dengan sisa tawanya, menatap punggung Chan dengan bibir terkulum.

"Oke, sekarang serius." Ujar Chan setelah kembali mendudukkan diri ke tempat semula. "Buat Changbin sama Felix," tetua Strayer itu alihkan pandangan pada nama yang disebut bergantian. "kalian liburan dulu ngambil kunci jawaban di TU ntar malem, soalnya besok kita udah gelut sama bajingan-bajingan sebelah. Gue gak mau Strayer kalah gara-gara kalian kurang tidur."

Mendengar itu, senyum Felix merekah, diangkat tangannya pada Changbin yang langsung dibalas tos oleh pemuda Seo. Kemudian pandangan Chan teralih pada Minho.

"Oh iya, Ho. Lo kasih tahu kelasan lo kalau Strayer gak bisa ngambil kunci jawaban buat ulangan matematika besok."

Minho mengangguk kilat menanggapi perkataan Chan. Untuk sejenak pemuda Bang melipat bibir sebelum berdehem pelan. "Soal taruhan," ada jeda sebentar, ia menatap Seungmin, Felix, Jisung, Jeongin, Minho, dan Changbin satu-persatu sebelum menghela napas singkat. "besok jam empat di lahan kosong belakang gedung sekolah. Gue udah bikin perjanjian sama mereka buat maju pake tangan kosong, jadi ini bisa jadi kesempatan buat Seungmin juga biar lebih mudah ngelawan mereka—"

"Bentar deh, ini gue gak salah denger? Kesempatan buat gue?" Seungmin tiba-tiba memotong ucapan Chan membuat perhatian semua yang berada di dalam markas spontan teralih padanya. Jeongin merapatkan celah bibirnya manakala Seungmin tertawa sarkas, juga Felix yang mencoba meraih pundak pemuda Kim agar tak memancing keributan. Changbin terdiam dengan pandangan lurus ke depan. Di sebelahnya, Minho menatap Chan dan Seungmin bergantian sementara Jisung lebih memilih untuk membatu.

"Menang atau kalah ternyata sama aja, ya." Lanjut Seungmin, pandangannya menelisik satu-persatu orang yang menghuni ruangan ini sebelum berakhir menatap Chan tak percaya. "Mau Strayer maju atau enggak buat taruhan besok, tetep gue yang ditumbalin."

"Min, lo dengerin Chan ngomong dulu." Minho mengambil kendali, diam-diam ia melirik Chan yang membuang muka ke arah lain. "Bukannya lo ditumbalin di sini, cuma emang—"

"Cuma lo yang bisa kita andalin, Min." Satu kalimat yang lolos dari bibir Chan itu serta merta membuat Minho menutup mulut. Hening yang mendominasi ruangan menjadikan detak jam dinding sebagai satu-satunya sumber suara. Chan menoleh, menatap Seungmin yang raut wajahnya tak bisa ia deskripsikan. "Di antara kita semua, lo yang paling kuat, dan lo udah tau itu. Sekarang terserah lo, mau maju atau nggak, gue lepas tangan."

Chan tiba-tiba bangkit, memaksa yang lain —kecuali Seungmin— untuk mendongak menatapnya. "Diakui ataupun nggak, masa depan Strayer ada di tangan lo."

Setelah itu, Chan melenggang keluar. Perlu beberapa detik untuk anak-anak menatap kepergiannya sebelum beralih pada Seungmin yang kini mencengkram rambut kuat-kuat. Felix masih menjalankan perannya, mengusap-usap bahu dan punggung Seungmin agar emosi yang menguasai pemuda itu menguap cepat. Sementara Jisung dan Jeongin, tak dapat ditampik kedua pemuda itu merasa bersalah. Ingin mengejar Chan, tapi Seungmin juga dilanda kebimbangan. Ingin membantu Felix untuk mengusap-usap punggung Seungmin, tapi tak punya nyali. Akhirnya, keduanya memilih untuk berdiam diri di tempat.

Mendadak Changbin berdecak. Usahanya berlari dari kelas menuju markas yang cukup jauh rupanya sia-sia. Napas ngos-ngosan tadi bahkan belum hilang sepenuhnya, tapi Chan sudah lebih dahulu melengos keluar.

"Percuma gue lari-lari ke sini," ujar pemuda Seo dingin setelah itu berdiri. "kalau cuma buat dengerin hal sampah doang."

Jeongin buru-buru memejam rapat sementara Jisung terlonjak kaget ketika Changbin menutup pintu dengan bantingan keras. Felix bahkan diam membatu dengan bibir mengatup rapat-rapat karena terlalu terkejut dengan tindakan Changbin. Selepas kepergian Changbin, Minho membanting punggungnya pada sandaran kursi. Dipijit pelipisnya pelan-pelan sambil sesekali melirik Seungmin yang terlihat frustasi di bawah usapan lembut Felix. Satu-satunya pemuda dari kelas XII yang menghuni ruangan itu akhirnya duduk tegak, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan hingga jaraknya dengan Seungmin tinggal dua jengkal.

"Sekarang terserah lo, Min, mau lanjutin ini semua apa enggak." Minho berujar pelan, tak ada tekanan sama sekali dalam ucapannya membuat perasaan bersalah dalam diri Seungmin timbul tenggelam. "Toh Strayer emang main kotor, lama-lama juga bakal ketahuan sama sekolah. Kalaupun akhirnya mereka berhasil bongkar rahasia Strayer, gue gak masalah. Mungkin emang udah waktunya."

Karena kalimat panjang yang Minho utarakan, kepala Seungmin dilanda pusing yang hebat.

Karena kalimat panjang yang Minho utarakan, kepala Seungmin dilanda pusing yang hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang