pt 16.0 | Laughin'

249 47 26
                                    

16.0 | Laughin'

-:-

Riuh redam suara kendaraan yang beradu dengan teriknya sinar matahari siang itu menaungi sebuah bangunan modern yang berdiri kokoh di bawahnya. Suara canda tawa yang menguar hingga ke luar sisi bangunan, serta beberapa pelayan berjalan dari satu meja ke meja lain dengan nampan beserta isinya di tangan, melengkapi betapa manusia-manusia yang memenuhi kafe bernuansa outdoor itu tengah berkecimpung dengan kesibukan masing-masing.

Di sudut kafe, tepatnya pada sisi luar kafe yang dipenuhi berbagai tumbuhan hijau rambat penyejuk mata, sebuah meja bundar berwarna putih gading dikelilingi tujuh pemuda dengan gelak tawa lebar. Seolah-olah mereka hanya diberi kesempatan tertawa untuk hari ini dan setelahnya, kesedihan yang tersisa. Beberapa piring yang memenuhi meja telah kosong, padahal sebelumnya terisi penuh oleh kudapan, juga minuman yang tersisa setengahnya terbengkalai begitu saja. Dibiarkan menjadi saksi bisu betapa bahagia ketujuh pemuda siang itu.

"Gue masih belum puas benjolin jidatnya, anjing!" Changbin berkelakar, menyabet segelas cappucino ice di hadapannya yang tersisa seperempat untuk ia tenggak hingga habis. Wajahnya merah padam, terlihat jelas emosi masih membelenggu. Beberapa sisi di wajahnya masih nampak lebam bekas pergulatan kemarin sore di lahan kosong belakang sekolah. "Si bangsat, tengkuk gue masih sakit gara-gara kemarin dia pukul pake balok. Kalau aja gak ada penjara di dunia ini, udah gue kepret sampe mati."

Semua tertawa mendengar celotehan Changbin, tak terkecuali Minho yang hanya terkekeh pelan seraya meminum es kopi langsung dari gelas alih-alih menggunakan sedotan. Felix menghabiskan sisa bolu di mulutnya, menyedot milk tea sekilas kemudian berdehem singkat sembari membusungkan dada dan memasang tampang congkak.

"Lo-lo pada liat gue robohin si curut pake jurus tendangan berputar gak kemarin?" Dengan heboh Felix berkata, memandang satu-persatu anak Strayer yang mengangguk-angguk malas. Membuat Felix semakin girang —bercampur kesal— untuk mendongeng karena mendapat tanggapan yang tidak memuaskan. "Heh, dibilangin kok gak percaya sih! Mau gue praktekin di sini nih? Sekarang?" Pemuda ber-freckless itu sempatkan diri untuk celingukan ke sekitar, suasana lumayan kondusif, pengunjung kafe juga tengah sibuk dengan urusan masing-masing.

"Oke gue praktekin nih." Memanfaatkan kondisi, Felix berdiri lantas merapikan ujung jaketnya sejenak. Bersiap untuk melakukan tendangan berputar namun digagalkan oleh Seungmin yang langsung menariknya hingga kembali duduk ke bangku.

"Jangan bikin malu, anjir. Gue tebas jidat lo ntar. Duduk!" Seungmin mengomel, melotot lebar yang dibalas Felix dengan cibiran tanpa suara. Pemuda Lee sontak menyedot milk tea miliknya dengan kalap, mengabaikan tawa anak-anak di pinggiran meja yang puas melihatnya ditarik paksa oleh Seungmin. Seperti biasa, Jisung yang duduk bersebelahan dengan Jeongin dan Chan sampai menepuk-nepuk meja keras karena refleksnya saat tertawa. Jeongin yang semula terbahak kontan berubah menjadi jeritan histeris manakala tepukan Jisung berganti ke atas pahanya.

"Btw," Chan menginterupsi, membuat sisa-sisa tawa menguap ke udara. Atensi keenam pemuda yang mengelilingi meja kala itu menatap lurus ke retina legamnya. Pemuda Bang berdehem singkat, menggaruk telinga yang sebetulnya tak gatal. "Makasih lo-lo pada udah menangin taruhan ini."

Ada keheningan kental yang menyelimuti atmosfer di sekeliling mereka usai Chan berkata demikian. Minho sampai diserang kecanggungan, pemuda itu menghabiskan minumannya dan mengalihkan pandangan dari Chan. Changbin juga sama, namun karena minumannya telah habis, ia main menyerobot milk tea milik Felix yang duduk di sebelahnya. Lantas menenggaknya dengan cepat membuat sang pemilik memekik tak terima.

"Punya gue, Bang, anjir! Pesen lagi aja noh kalau masih kurang, ah!" Kesal Felix, merebut kembali gelas tinggi dari tangan Changbin kemudian ia tandaskan isinya.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang