pt 20.0 | Talkin'

256 48 60
                                    

20.0 | Talkin'

-:-

Kerlingan legam laksana batu onyx yang berkilauan itu menatap ragu pada sebuah papan kayu yang menjulang di hadapannya. Ah, sebenarnya papan kayu yang dimaksud itu pintu sih, hanya saja Hyunjin mendadak sedang puitis. Jadi, ya, diksinya melantur kemana-mana.

Hyunjin meneguk ludah, menjilat permukaan bibirnya sekilas sebelum mengangkat tangan. Meraih knop pintu yang nyaris seharian ditinggal tuannya, lantas memutar benda itu hingga menghasilkan bunyi khas pintu terbuka. Karena kondisi pintu kamar Seungmin yang mulai reyot, benda itu mengeluarkan suara yang mengerikan padahal Hyunjin membukanya dengan biasa saja, tidak menggunakan tenaga dalam apalagi membukanya dengan gaya freestyle.

Gelap, itu yang pertama kali menyapa penglihatan Hyunjin manakala sepasang kakinya melangkah masuk. Seolah hafal betul tiap sudut tempat ini—ya memang hafal—Hyunjin menekan saklar lampu yang terletak di dinding balik pintu, hingga akhirnya perasaan lega terselimuti karena kamar Seungmin tak lagi suram dimakan kegelapan.

Langkah kaki panjangnya membawa Hyunjin pada sudut kamar, berakhir tepat di depan lemari yang terletak bersilangan dengan pintu masuk. Untuk sejenak, Hyunjin nampak ragu menatap benda di hadapannya. Pikirannya berkecamuk, sesekali melirik pada celah kecil yang tercipta antara sisi lemari dengan dinding di sebelahnya. Hyunjin mengumpulkan nyali, sempat meneguk ludah singkat sebelum mengulurkan tangannya ke depan. Berkali-kali Hyunjin yakinkan diri, tidak apa-apa. Iya, tidak apa-apa.

Semakin dekat tangannya dengan gagang lemari, tangan Hyunjin mengalami tremor ringan. Gemetaran tangannya, Hyunjin coba menghilangkan perasaan aneh yang menggelegak dalam batinnya dengan berulang kali menghela napas dan meneguk saliva. Sampai ujung jarinya tinggal beberapa senti dengan gagang lemari, sebuah suara tiba-tiba menyentak dengan begitu hebat membuat Hyunjin refleks menarik kembali tangannya.

"HUWAAHH, CAPEK BENER GUA, ANJAY!"

Seruan itu serta merta membuat Hyunjin berjengit kaget. Segera diputar tubuhnya seratus delapan puluh derajat, sepasang alis Hyunjin terangkat tinggi-tinggi ketika retinanya menangkap sosok Seungmin tengah menjatuhkan diri di atas kasur. Bukan kehadiran pemuda itu yang begitu mendadak yang membuat Hyunjin mengernyit heran, tapi karena Seungmin cekikikan tidak jelas. Ditambah lagi pemuda Kim yang tampak biasa saja melihatnya berada di kamar miliknya—padahal biasanya sewot dan berakhir mengusir—semakin membuat kernyitan di kening Hyunjin bertambah berkali-kali lipat.

Sebentar, Hyunjin mengingat-ingat lagi. Seungmin bilang apa tadi? Capek? Heh, kesurupan setan gang mana pemuda itu? Alih-alih menerjang Hyunjin dengan makian kasar untuk lampiaskan kelelahan, kenapa Seungmin malah tertawa di atas kasurnya? Lihatlah, Hyunjin semakin percaya jika pemuda itu gila karena sedari tadi tak kunjung berhenti cekikikan. Agaknya presensi Hyunjin tak ia sadari. Kalau iya, mungkin pemuda itu—alias Hwang Hyunjin—sudah berganti di teras depan setelah dibentak habis-habisan karena lancang memasuki kamarnya. Tapi jika diingat-ingat lagi, tadi Seungmin sempat menatapnya sekilas, tidak mungkin jika tidak menyadari.

"Gue otw kaya, njing! Huwahahahaha! Tapi capek juga, ya, TAPI SERU, JINGAN, BISA GODAIN CEWEK-CEWEK DARI SEKOLAH SEBELAH! NGIAHAHAHA!"

Kerutan di kening Hyunjin makin menjadi-jadi, sebelah sudut bibirnya terangkat dengan tatapan aneh tertuju pada Seungmin. Singkatnya, Hyunjin menatap Seungmin julit. Sangat-sangat julit. Tak tahan melihat Seungmin terbahak macam orang gila, Hyunjin langsung menghampiri pemuda itu. Niatnya ingin menerjang Seungmin dengan menjambak rambut pemuda itu sebagai bentuk balas dendam karena kulit kepalanya masih sedikit nyut-nyutan, mendadak urung begitu saja. Hyunjin berdiri di hadapan Seungmin yang terbaring, tengah bersidekap dada dengan pandangan lurus menatap manik legam di depannya.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang