pt 3.0 | Comin'

456 71 39
                                    

3.0 | Comin'

-:-

Kedongkolan Seungmin masih berlanjut bahkan sampai ketika ia mengangkat jemuran. Bagaimana Seungmin tidak kesal, Felix benar-benar membuang seluruh stok obat tidur yang ia simpan. Dengan mudahnya bocah tengik itu melempar botol obat beserta isinya ke dalam tempat pembuangan akhir tepat di depan Seungmin yang melotot tidak percaya.

Sialan. Seungmin jadi sensi kalau mengingat-ingat perbuatan tidak sopan Felix. Hey! Seungmin perlu menahan hawa nafsu agar tidak buang-buang duit untuk beli siomay di kantin selama beberapa minggu demi membeli dua botol obat tidur. Tapi Felix dengan mudahnya melempar barang berharga itu ke tempat sampah.

Seungmin bahkan masih kesal jika mengingat saat dimana Felix menyuruhnya untuk berjanji bahwa ia tak akan mengonsumsi obat tidur lagi.

"Ulang apa yang gue bilang." Kata Felix galak. "Gue janji gak bakal minum obat keparat itu lagi."

"Gue gak janji gak bakal minum—"

"Serius, Min!"

"Iya-iya! Gue janji gak bakal minum obat keparat itu lagi."

Felix sialan!

Tangannya memang sibuk meraih sprei putih yang menggantung dengan serampangan, tetapi mulut Seungmin tak mau berhenti meracau kesal karena di samping permasalahan obat, ia juga tak bisa membuktikan pada Felix bahwa kata-katanya itu benar, bukan bualan.

Seungmin berani bersumpah, ia tidak sedang halusinasi. Kalaupun iya, bagaimana bisa ia merasa napasnya sedikit terengah usai menyeret sosok yang terjatuh dari atap kamar mandi semalam ke dalam kamarnya? Kedua tangannya benar-benar menyentuh sosok itu, menyeretnya kemudian ia jatuhkan tepat di tengah-tengah kasur.

Ia juga masih ingat dengan jelas, betapa kasar wajah pemuda yang semalam ia kompres karena penuh akan bekas luka. Tak main-main, Seungmin bahkan melihat garis melintang —seperti bekas sayatan— dari pelipis hingga nyaris menyentuh dagu.

Seungmin masih ingat itu semua dengan jelas. Dan yang paling penting ... adalah bercak darah itu. Bercak darah yang mengotori sprei yang kini Seungmin jembreng dengan kedua tangannya. Sepasang netra itu berpendar, meneliti tiap inchi permukaan sprei untuk memastikan tak ada lagi noda darah yang tersisa.

Decakan puas keluar dari bibirnya. Seungmin berucap congkak, "Tuh 'kan! Emang paling bener gue tuh. Gak perlu ngotot-ngotot nyikatnya. Dibilas, dikasih pewangi, dijemur, kering. Dah bersih. Tamat."

Seungmin berceloteh senang. Seolah lupa dengan kekesalannya cuma karena sprei yang ia sikat pagi-pagi sebelum berangkat sekolah tadi bersih tanpa noda. Senyum sepanjang jalan kenangan terpampang jelas di wajahnya, mengiringi tiap langkah pemuda itu ketika memasuki kediaman. Pandangannya tak mau luput dari sprei yang ia genggam, memperhatikan tiap sudutnya untuk memastikan jika benda itu benar-benar bersih tak bernoda.

Sampai kemudian langkahnya memasuki dapur yang berseberangan langsung dengan kamar dan ruang tengah, Seungmin dibuat menjerit lantang ketika sesosok pemuda berambut gondrong berdiri tepat di ambang pintu kamarnya.

"Bajingan! Lo siapa, setan!?" Spontan Seungmin berteriak, tak sengaja melempar sprei sementara dirinya jatuh terduduk di atas lantai dengan jantung berdegup kencang, serta sepasang mata membelalak menatap figur pemuda lain yang berdiri tegap, tengah memandangnya dengan watados membuat Seungmin ingin buru-buru bangkit untuk menonjok wajah itu kuat-kuat.

Cukup lama keduanya dikukung keheningan. Seungmin masih pada posisinya, duduk dengan pandangan lurus menatap pemuda itu. Matanya membola lebar juga mulut megap-megap tak tahu harus berkata apa. Sementara pemuda satunya, terus tatap Seungmin tanpa berkedip. Tak lama, ia mengerjapkan mata. Coba mendekat dan mengulurkan tangan untuk membantu Seungmin berdiri, namun si pemuda Kim malah menarik tubuh menjauhinya.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang