pt 33.0 | Completin'

178 38 9
                                    

33.0 | Completin'

-:-

Sesuai janjinya pada Mama jika ia akan pulang secepatnya, Seungmin harus sesegera mungkin menyelesaikan perkara yang ada di sini, Miroh. Sekarang hari Minggu, karena tidak mungkin menemui anak-anak Strayer di sekolah, Seungmin putuskan untuk mengajak mereka berjumpa di sebuah kafe yang pernah mereka singgahi tepat setelah Strayer menang taruhan.

Pertemuan yang ia rencanakan ini bukan tanpa alasan. Seungmin harus melepas mereka semua, melepas semua yang ada di sini dan memulai kehidupan baru di tempat lain.

Tidak mungkin Seungmin terus menghubungkan kehidupannya di Miroh. Karena campur tangan Seungmin, dua kehidupan di dua dunia itu akan mempengaruhi stabilitas yang lainnya. Sudah cukup ia mengacaukan rangkaian semesta selama belasan tahun terakhir, Seungmin harus kembali ke tempat ia seharusnya berada.

"Lix. Besok ajak anak-anak ke kafe yang pernah kita datengin waktu Strayer menang taruhan. Tapi lo jangan bilang kalau lo bakal ngajak mereka ketemu gue. Anggap aja kejutan buat mereka kalau sebenernya gue gak ilang."

Seungmin sedang duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja bundar di sudut kafe, sekonyong-konyong mengerjap begitu teringat pesannya pada Felix kemarin sebelum pemuda itu melenggang pulang. Kepalanya berpendar, menatap suasana kafe yang ramai, mengingat hari ini adalah hari Minggu, saat yang tepat untuk membunuh waktu.

"Min, mungkin lo belum tau. Soal duit yang dibawa kabur sama Bang Chan, itu sebenernya paman dia yang bawa kabur."

Tepat ketika perkataan yang Felix lontarkan kemarin terputar dalam benak, atensi Seungmin teralih dari embun es cappucinonya ke pintu masuk setelah terdengar suara lonceng berdentang. Chan berdiri di ambang pintu, tengah memindai isi kafe sebelum akhirnya bersitatap dengan mata bulat milik Seungmin.

"Selama ini kita salah paham. Bang Chan ilang tuh bukan karena bawa kabur tuh duit, tapi karena dia nyari pamannya."

Kontak mata terjadi. Chan yang masih berdiri memblokade pintu masuk, menatapnya tanpa kedip. Seungmin pun, hanya saja tatapannya sarat akan rasa bersalah karena telah menuding Chan telah berlaku bejat. Harusnya dari awal Seungmin tahu, brengsek-brengsek begitu, Chan tetap bertanggung jawab. Harusnya ia berpikir begitu, tapi karena dibutakan uang. Seungmin kalap dan akhirnya percaya saja jika Chan membawa kabur uang taruhan.

"Tapi kalau dia nyari pamannya, kenapa gak bilang, Lix?"

"Gak sempat, Min. HP-nya mati, mana pulsa sama kuotanya abis. Ya lo tau lah kenapa dia gak bisa hubungin salah satu dari kita."

Seungmin tak tahu harus prihatin atau tertawa jika mengingat apa yang Felix katakan kemarin mengenai alasan Chan tak bisa dihubungi. Pilihannya jatuh pada opsi kedua, namun gelak tawanya terpaksa tersendat di tengah kerongkongan begitu sepasang netra legamnya menangkap satu-persatu sosok yang mulai berdatangan di belakang Chan.

Jisung, yang awalnya tertawa bersama Minho nyaris saja menubruk punggung Chan begitu penglihatannya menangkap figur Seungmin yang sedang duduk di sudut kafe dengan bibir tersenyum kikuk. Di sebelahnya, Minho mengerjap. Disusul Jeongin dan Changbin yang hampir menabrak Jisung, keduanya sama-sama terkejut begitu mendapati Seungmin yang melambai kikuk.

Mereka berlima terbengong dengan pandangan lurus terpancang pada sosok Seungmin, hingga tak menyadari jika mereka memblokade pintu masuk dan menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kafe maupun staffnya.

Tak lama, Felix datang menelusup di antara Changbin dan Jeongin, langsung berdiri di sebelah Chan yang masih mematung, sebelum menoleh menatap lima pemuda itu.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang