pt 7.0 | Runnin'

291 53 18
                                    

7.0 | Runnin'

-:-

Seungmin baru saja menyadari jika timing-nya untuk keluar rumah pagi ini sangatlah tidak tepat. Baru saja ia berbalik badan usai mengunci pintu utama, dua bapak-bapak berbadan bongsor sudah berdiri di depan pagar setinggi pinggang dengan raut wajah tidak enak. Yang satu botak, yang satu gondrong. Meski memiliki mahkota kepala yang berbeda, dua bapak itu memiliki satu kesatuan yang membuat mereka terlihat kompak.

Adalah deretan tato yang memenuhi bisep raksasanya. Tidak perlu menebak, karena tentu saja mereka itu rentenir.

Seungmin rasa kakinya mendadak berubah jadi jeli ketika dua orang itu berderap cepat memasuki pekarangan rumahnya sebelum berdiri tepat di hadapannya yang sedang bergeming. Pundaknya melorot, namun tak sampai membuat ransel yang bertengger di sana jatuh ke lantai.

"Bang, jangan sekarang deh. Gue lagi gak pegang duit nih." Kata Seungmin, mencoba bersikap biasa saja meskipun dalam hati sudah mengabsen berbagai nama dan jenis primata.

"Gak pegang mulu, terus kapan lo pegang duitnya!?" Si botak menyentak.

"Idih, serius, bang! Ngapain juga gue boong." Seungmin berkilah. "Dua minggu deh, kasih gue waktu dua minggu lagi."

"Halah," yang gondrong main memberondong. "Dua minggu lalu lo juga ngomong gini. Ngajak ribut lo, cil?"

"Yaelah, bang. Bocil macam gue ini mana berani sih nyari ribut sama lo? Kebanting jauh gue mah."

"Halah, bacot!"

Belum siap dengan apa yang terjadi, Seungmin terjerembab ke belakang waktu gondrong menonjok rahangnya. Tak main-main, Seungmin meringis ketika dirasa rahangnya seperti mau patah usai dihantam tangan seberat dosa-dosa yang telah lalu.

"Kalau gak bisa bayar, mending gak usah utang!"

Botak mulai melancarkan aksi setelah membacot. Ia merangsek maju meraih kerah seragam Seungmin lantas membogem pemuda itu tepat di hidungnya. Seungmin kliyengan, kepalanya mendadak berputar-putar membuatnya buru-buru cari pegangan.

Berhasil mendapatkan tembok untuk ia jadikan penyangga, Seungmin menggeleng pelan untuk melenyapkan burung-burung dan bintang yang entah sejak kapan sudah berputar di atas kepalanya. Betul-betul tidak punya sopan santun, berputar-putar kok di atas kepala orang.

"HIYAAAAK!"

Bersyukur dengan refleksnya yang bekerja dengan baik, Seungmin berhasil menghindar dari botak yang nyaris menendang perutnya. Sekali lagi pemuda Kim menggeleng untuk benar-benar menghilangkan rasa pusing akibat pukulan yang ia dapat di batang hidung. Seungmin rasa, hidungnya tidak baik-baik saja. Mungkin ada yang patah di dalam sana. Rasanya nyeri bercampur perih.

Tak ingin perkelahian ini menjadi kekalahan telak, Seungmin kumpulkan segala kekuatannya. Merangsek maju dan menendang tepat tulang kering si botak dengan satu tendangan keras. Seungmin mengusap hidungnya dengan jempol, berlagak seperti Bruce Lee. Keren juga ia rasanya setelah berhasil menumbangkan si botak yang kini meringis kesakitan.

"Wah, beneran nyari mati lu, cil! HIYAAKK!"

Seungmin berbalik, segera menghindar dari pukulan gondrong yang jadinya menonjok udara. Melihat gondrong memunggunginya, Seungmin tak ingin buang kesempatan. Ia sontak menendang punggung gondrong hingga terjerembab ke atas botak. Seungmin yang melihat itu, diam-diam terpesona akan kekuatan yang ia miliki. Cungkring-cungkring begini, tenaganya setara titan.

Pemuda Kim tiba-tiba teringat akan satu hal, dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan. Pukul tujuh kurang lima belas menit. Itu artinya, ia hanya punya waktu seperempat jam sampai bel masuk berbunyi. Tanpa membuang banyak waktu, Seungmin berlari pergi berhubung botak dan gondrong masih meringis kesakitan.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang