pt 19.0 | Applyin'

236 48 39
                                    

19.0 | Applyin'

-:-

"Kok lo bisa tau kalau dompet yang gue curi itu punya cewek tadi?"

Alih-alih mengucap terimakasih, Seungmin justru menodong pertanyaan pada Hyunjin yang baru saja menyodorkan sekaleng minuman berkarbonasi padanya. Seolah enggan menjawab, Hyunjin mendudukkan diri di sebelah Seungmin lantas membuka penutup kaleng hingga mengeluarkan bunyi yang khas. Ditenggaknya soda itu dalam beberapa tegukan membuat Seungmin mendecak sebab pertanyaannya dibiarkan mengawang tanpa didapati jawaban.

Hyunjin letakkan kaleng sodanya ke atas meja, ganti meraih remote yang tergeletak di sebelahnya kemudian menekan tombol power hingga layar hitam di hadapannya menyala. Disandarkan punggung tegak itu pada sofa, mengabaikan decakan keras Seungmin yang kini coba buka penutup kaleng soda miliknya.

"Lo...,"

Sepasang alis Seungmin menyatu ketika ucapan Hyunjin dibiarkan menggantung, diliriknya pemuda Hwang yang menggigit bibir bagian bawah, terlihat tengah memilah-milah kata.

"Sefrustasi itu lo nyari duit sampai nekat nyopet kayak tadi?"

Sunyi sontak mendominasi begitu sebuah pertanyaan —yang lebih pantas disebut pernyataan— terlontar dari lisan Hyunjin. Seungmin batal menenggak minumannya, dan beralih berdiam diri dengan rahang yang tiba-tiba mengeras. Sepasang retina legamnya berpendar sekilas sebelum berakhir menusuk manik lawan bicara. "Bukan urusan lo."

Hyunjin, dengan berani balas menatap mata Seungmin lantas berdecak dan berakhir menenggak kembali isi kaleng soda yang sempat ia geletakkan di atas meja. "Gue cuma nggak mau numpang hidup di rumahnya kriminal." Setelah berucap demikian—yang tentu membuat Seungmin makin mendelik tajam—Hyunjin merogoh sesuatu di kantong jaket hitam yang dikenakannya. Selembar kertas putih yang terlipat, pemuda itu membukanya kemudian ia sodorkan di atas meja, tepat di hadapan Seungmin.

Kernyitan heran spontan menghias kening Seungmin manakala sepasang matanya membaca rentetan kalimat dari kertas sodoran Hyunjin yang rupanya brosur lowongan kerja paruh waktu sebagai pramuniaga di sebuah minimarket. "Lo ngapain ngasih ini ke gue?" Tanya Seungmin, kedua alisnya menukik tajam seraya mendelik pada Hyunjin yang bersandar santai pada sofa.

"Biar lo ada kerjaan lah." Pemuda Hwang menjawab tanpa mengalihkan atensi sedikitpun dari layar televisi.

Seungmin mendecih. "Ngapa gak lo aja yang kerja? Lo juga butuh duit ya, Hwang. Gak selamanya lo bisa numpang di sini." Kemudian dilipat brosur itu, lantas Seungmin lempar balik hingga menghantam dada Hyunjin. "Kayaknya lo lebih butuh kerjaan itu daripada gue."

Sambil mendengus, Hyunjin menyabet lipatan brosur yang jatuh di atas pahanya, lalu menggenggamkan benda itu pada telapak tangan Seungmin. "Mau sampai kapan lo kayak gini? Lo gak inget waktu lo buat bayar utang tuh gak lama lagi?"

"Emang gajinya berapa sih?"

"Lumayan." Hyunjin menegakkan punggungnya. "Empat ratus, dibayarnya per Minggu."

Mendengar itu, Seungmin langsung pasang wajah julit. "Idih, kalau sebulan cuma sejuta setengah juga bakal masih lama buat gue ngumpulin lima juta. Keburu bunganya meledak kalau gitu mah."

"Gak tahu diri ya lo emang!" Kesal, Hyunjin menjitak ubun-ubun Seungmin. "Namanya juga kerja part time, bayaran segitu tuh udah banyak ya, anjing. Kalau lo mau dapet instan lima juta, lo bisa ngerampok bank, atau kalau lo mau lebih enak lagi. Lo bisa jadi gigolo, semalem doang bisa ngantongin lima juta lebih." Terlanjur kesal, Hyunjin muntahkan semua emosinya. Segera ia tatap Seungmin yang kini menganga lebar. "Tertarik?"

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang