Author's POV.
"NamJoon ah, sudah bangun ?? Segeralah bangun dan bersiap. Kami menunggumu di tebing
Yuldong. Awas jangan terlambat. Kegiatan kali ini akan diliput TV nasional. Ingat itu. Dan kamu sebagai lead climbing jadi datangnya tidak boleh terlambat""Iya, iya....cerewet"
Pagi ini dingin sekali walaupun sedang tidak musim dingin. Tapi Namjoon sadar dia harus segera bangun sebelum sahabat karibnya, si cempreng tomboy itu menelpon nya lagi.
Dengan ogah-ogahan dia segera mandi lalu sambil memakai baju dia juga menuang susu dan sereal ke dalam mangkuk. Hari ini akan sibuk sekali. Tak akan sempat sarapan dengan teman-temannya.
Sibuk di saat sedang libur kuliah. Luar biasa.
Seharusnya dia menikmati liburannya dirumah bersama kedua orang tuanya di Busan. Tapi tidak, dia harus kembali berkutat dengan alat-alat petualangannya. Tapi lumayanlah, karena kegiatannya kali ini akan masuk TV nasional. Setidaknya orang tuanya di Busan sana akan tahu bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidak hanya 'membahayakan' dirinya. Ada banyak segudang ilmu, segudang manfaat dari kegiatannya 'menantang' bahaya.
Kegiatan 'menantang' bahaya mungkin tak ada kaitannya dengan ilmu yang dituntutnya sekarang. Ilmu hukum. Naik turun gunung dan naik turun tebing dan menyusuri gua tak ada kaitannya dengan undang-undang pidana yang sedang dipelajarinya di kampus ternama nya.
Tapi dia yakin, kegiatan yang sedang dilakukan dengan teman-temannya saat ini akan membentuk mentalnya. Bisa membentuk kesadarannya akan lingkungan dan kepekaan nya pada masalah sosial dan masalah lingkungan pada masyarakatnya kelak. Dan hal itu tentu saja akan sangat berguna bagi bidang yang akan digelutinya kelak.
Seperti pagi ini, dia akan melakukan latihan panjat tebing di tebing taman Yuldong. Tebing artifisial setinggi 13 meter itu akan dipanjatnya bersama teman-temannya dan akan dijadikan sebuah film dokumenter dan diliput TV nasional.
Setelah melapisi celana panjat nya dengan celana kain kemudian Namjoon mengambil peralatan panjat nya sendiri sebagai cadangan seandainya peralatan yang dibawa teman-temannya kurang.
Carabiner, figur eight, descender, ascender, anchor, seat harness sudah masuk ke dalam daypack. Ini hanya peralatan pribadinya saja, untuk peralatan kelompok sudah lengkap termasuk tali karmantel.
Dengan cepat setelah memakai boots nya dia menutup apartemennya. Namjoon segera turun ke lantai satu dan mengambil motor yang akan mengantarkannya ke taman Yuldong tempat latihan dilaksanakan.
"Come on Bobby....we'll have fun"
Bobby adalah panggilan untuk motor kesayangannya. Hyosung GV 300 Bobber, motor buatan dalam negeri yang sudah mengantarnya kemana-mana selama ini.Dengan cepat tapi hati-hati Namjoon keluar dari deretan bangunan apartemen dan memacu motornya di jalanan yang masih sepi.
Jalanan masih berkabut dan sangat dingin. Untungnya jaket tebal dan tas di punggungnya mengurangi rasa dinginnya. Perjalanan kali ini akan memakan waktu hampir satu jam dan acaranya akan dimulai 2 jam lagi. Setidaknya dia masih punya waktu satu jam setengah untuk menyiapkan peralatan. Lagipula dia yakin, sahabat-sahabatnya pasti sudah sampai duluan disana karena mereka datang dengan mobil dengan cara rombongan.
Namjoon sangat menyukai perjalanan seperti ini. Kicauan burung-burung, tupai yang melompat, monyet yang ber lompatan di pohon serta udara pagi adalah sesuatu yang seolah sangat menyatu dengan dirinya.
Dan embun yang menempel di dedaunan adalah favoritnya. Mereka dingin, sejuk, indah dan misterius.
Kabut mulai menipis saat matahari mulai menampakkan sinarnya. Sebetulnya pagi ini indah kalau saja tidak dingin menusuk. Embun terlihat di rerumputan dan di daun-daun diatas pohon. Begitu sejuk dipandang mata. Owh I love it. Bisiknya dalam hati.
NamJoon memejamkan mata sejenak sambil menghirup dalam udara segar dan bersih di sekitarnya.
Saat berbelok lagi kearah kiri, maka NamJoon harus melewati jembatan panjang untuk melewati sungai. Dari kejauhan dia melihat sebuah mobil Porche putih terparkir diatas jembatan.
Wooww Porche ??
Dalam hati dia heran, bagaimana mungkin pagi seperti ini sudah ada orang parkir diatas jembatan. Dengan mobil semewah ini pula. Bukankah wilayah ini sudah jauh dari area rumah penduduk??
Jadi NamJoon memutuskan melambatkan motornya karena penasaran. Memang tampak aneh sekali jika ada orang berada diatas jembatan pada saat jam seperti ini. Kalau bukan orang mabuk yang kesasar, pasti orang yang sedang berbuat mesum di dalam mobil.
Setelah jarak beberapa meter, dia melihat sosok laki-laki memakai jas lengkap berdiri diatas jembatan, memandang pada air sungai yang mengalir deras dibawahnya.
Beberapa detik sambil tetap mengendarai motornya, ketika pas berada di samping orang tersebut, tiba-tiba saja si laki-laki yang berada di atas jembatan menoleh pada Namjoon yang sedang melewatinya.
Wooww pria ini tampan. Lebih tampan dari mobilnya.
Namjoon sejenak terpaku ketika melihat wajah laki-laki itu langsung. Aneh, pandangan mata orang itu padanya aneh sekali. Seperti orang yang tak berjiwa. Kosong.
Lalu apa lagi ??
Ada apalagi dengan orang itu?? Selain memandangnya dengan tatapan kosong ?? NamJoon terus merenungi keanehan pada pria dengan pakaian resminya di pagi buta ini.
Owh sh*t !!
Namjoon langsung rem motornya lalu berbelon arah pada orang tersebut yang belum jauh jaraknya darinya.
Dengan cepat dia turun dari motornya dan tak peduli apa dia sudah memarkir motornya dengan benar.
Laki-laki itu sudah berada diluar jembatan. Kedua kakinya menapak pada besi kecil jembatan sedangkan tangannya berpegangan pada pinggir jembatan. Dia yakin. Ketika satu tangan pria lepas sedikit maka dia akan terjun bebas ke sungai besar di bawahnya dan akan segera hanyut karena arusnya yang sangat deras.
Namjoon sadar orang ini hendak berbuat apa.
Bunuh diri.
Owh sh*tttt !!!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.