AUTHOR'S POV.
48 jam waktu yang dimiliki Joonie dan tim sudah tinggal beberapa jam lagi. Seperti hitungan mundur, hitungan itu sangat menegangkan dan menyiksa. Karena manusia tak akan bisa bertahan hidup lebih dari 48 jam diatas sana.
Demi kebaikan dan ketenangan bersama, berita ini belum tersebar. Hanya kalangan tertentu yang mengetahui.
Khusus hari ini, sejak pagi Ara sudah standby di kampus. Berkumpul bersama rekan yang masih tersisa karena beberapa orang sudah diberangkatkan ke Nepal.
Suasana sudah tampak berduka. Tak ada seorangpun yang tersenyum. Mereka tegang tak terkira.
"Guys ada berita gembira. Ternyata sejak semalam tim Nepal sudah mengerahkan seluruh tim pencarian yang mereka punya dan beberapa tim luar juga dikerahkan. Itu memakan biaya yang sangat banyak tapi tak ada yang tahu siapa yang telah membiayai keseluruhan...."
Ara diam terpaku mendengar berita itu. Benarkah yang dia dengar ini ?? Berarti...berarti...harapan mereka ditemukan dan harapan hidup mereka semakin besar.
"Ayo kita berdoa bersama agar mereka segera ditemukan. Semoga mereka segera membawa kabar baik. Noona....tenanglah....aku yakin mereka akan segera ditemukan..."
Salah seorang junior di kepanitiaan mendekati Ara. Dia sangat tahu bagaimana Ara sangat dekat dengan Namjoon dan Tony. Mereka semua sangat memahami apa yang dirasakan Ara.
Tangan Ara gemetar ketika menerima tangan junior yang hendak menggenggamnya. Gemetar dan dingin.
*****
Tak ada yang bisa mereka lakukan selain hanya menunggu.
Ara duduk terdiam diantara teman-temannya. Dia tak bisa memakan apapun, tenggorokannya tak bisa menelan makanan. Sejak pagi perutnya hanya terisi air putih.
"Noona...ayo makanlah ini. Sejak pagi Noona belum makan nanti sakit"
Ara mengangkat wajahnya pada junior yang sangat memperhatikannya. Dia menyodorkan kotak berisi makanan. Walaupun dia tak ingin makan tapi dia harus makan.
Di depan ruangan mereka berkumpul ada layar monitor besar yang terkoneksi internet. Jika ada kabar maka mereka akan langsung menerimanya dari sana.
Di saat dengan susah payah Ara mengunyah, ponselnya berdering. Dia kaget tapi dengan cepat disambarnya berharap itu kabar dari Nepal.
Tapi bukan, justru ini datang dari eomma Namjoon. Ara selain memikirkan Namjoon juga selalu memikirkan eomma dan appa Namjoon. Apa yang harus dikatakannya pada dua orang tua ini jika terjadi sesuatu pada Namjoon ??
"Ara yah...."
Suaranya lembut dan tenang. Ara dengan gugup berdiri tegak agar suaranya tidak terdengar bergetar.
"Eommonim....hallo"
"Sayang apa kabar ??"
"B-baik eomma"
"Ah akhirnya eomma bisa mendengar suaramu. Kamu kemana saja ?? Eomma baru tahu kalau nomermu sudah aktif. Tapi sudahlah yang penting eomma bisa mendengar suaramu lagi. Oh ya bagaimana ada perkembangan berita dari Joonie dan sahabat-sahabatnya ??"
Oh eomma. Andai saja engkau tahu apa yang sedang terjadi pada putramu....
"Belum eomma, sabar ya, kita akan segera mendapatkan kabar. Eomma harus berdoa agar mereka bisa lancar dalam ekspedisi ini..."
Tolong eomma berdoa lebih banyak dari biasanya, mulai sekarang....
"Iya sayang. Eomma dan appa selalu berdoa untuknya dan sahabat-sahabatnya. Tolong kabari kalau sudah ada kabar dari mereka. Bilang pada Joonie, dia harus pulang ke Busan kalau sudah kembali Korea dan kamu harus ikut pulang juga...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.