Seokjin mengikuti langkah-langkah Namjoon yang lebar dengan ngos-ngosan. Mereka memasuki hutan kecil yang rindang di pinggiran kota dimana disana hampir tak dipercaya Seokjin ternyata terdapat banyak hewan dan tumbuhan yang belum pernah dilihatnya.
"Hyung lihat ini, ini burung yang cantik sekali !!"
Namjoon memberikan teropong Pentax itu pada Seokjin. Tampak burung terlihat sangat dekat sekali seolah di depan mata mereka.
"Lihat Hyung, burung itu sama dengan yang di buku ini kan ??"
Seokjin lalu melihat ke atas pohon pada burung itu lalu melihat kearah buku.
"Iya itu sama. Sama persis"
Lalu Namjoon menulis disebuah buku kecil, halaman buku, nama burung lalu setelah itu mengeluarkan peta kecil dan sebuah kompas. Diatas catatannya dia menulis hal-hal dan istilah yang sama sekali tak dipahami Seokjin. Karvak, derajat, lintang selatan lintang Utara. Dan banyak lagi yang tak dipahami Seokjin.
Tapi satu hal yang sangat disadari seorang Seokjin. Dia sangat menikmati kelelahan yang disebabkan karena mengikuti pemuda ini.
Seokjin mulai merasa menyukai hal-hal yang disukai seorang Namjoon. Alam, senyumnya, dimpel nya, keringatnya yang bercucuran dan kelembutannya ketika berbicara dengannya.
Juga ketika dia memetik selembar daun berbentuk unik dengan sangat hati-hati. Mengoleskan alkohol secara merata pada bagian daun, lalu memasukkan daun itu pada sebuah kantong kertas tebal. Seokjin tak memahami itu tapi entah kenapa sangat menikmati apapun yang dilakukan pemuda itu.
Seokjin berpikir, inikah yang selalu dilihat seorang Ara setiap hari pada sosok Namjoon ?? Lalu bagaimana mungkin dia tak jatuh cinta pada pemuda ini ??
"Apa Hyung sudah lelah ?? Mau pulang ??"
Seokjin sedang memandangi pemuda itu saat tiba-tiba Namjoon menutup buku catatannya lalu memasukkan ke dalam daypack ya.
"Boleh sebentar lagi ?? Setengah jam lagi mungkin ??"
"Okey asal Hyung tidak capek"
Mereka kembali berjalan dibawah rindangnya pohon-pohon. Namjoon dengan sabar dan detail menjelaskan semua yang ditemuinya di perjalanan.
Seokjin mendengarkan semuanya dengan antusias. Semua yang dikatakan Namjoon direkam baik-baik di otaknya karena dia bertekad akan berteman dengan pemuda ini. Maka dia juga harus memahami dunia yang di cintai nya.
Benar yang dikatakan orang-orang, bahwa Laki-laki petualang itu memang menarik. Mereka terkesan liar, merdeka, membuat penasaran tapi juga easy going dan terlihat lebih humanis.
Dan seksi. Pria petualang terlihat lebih menarik dan seksi ketika sudah di alam.
"Sudah cukup Hyung, ayo kita pulang sekarang"
"Tapi lain kali boleh Hyung ngajak kesini lagi ??"
Namjoon menoleh pada Seokjin sambil tersenyum manis.
"Kapanpun Hyung mau. Aku punya beberapa tempat untuk pengamatan flora dan fauna yang lebih bagus dari ini. Cuma memang tempatnya lebih jauh. Lain kali kita kesana saja"
"Siap !!"
Lalu mereka turun pada jalanan yang mengarah pada mobil mereka di parkir.
"Hati-hati Hyung, jalannya agak licin"
"Iya"
Namjoon tahu, Seokjin tidak akrab dengan jalanan seperti ini. Sudah beberapa kali tersandung.
Selama diperjalanan mereka mampir di restoran untuk makan. Sampai menjelang sore baru mereka perjalanan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.