AUTHOR'S POV.
Ketika cintamu mulai menggebu-gebu, maka istirahatkan hatimu karena itu tak bagus buat jantungmu. Tapi jika kau tak bisa menjauhkan jarak maka jauhkanlah hatimu. Biarkan hatimu duduk tenang, berdegup lembut dan....mencerna rasa asing yang menguasainya. Pelan-pelan saja.
Mungkin itulah yang dirasakan seorang Namjoon. Dia bingung dan juga ketakutan dengan perasaannya sendiri. Tapi disamping itu juga membuat hidup rasanya terang benderang. Berdegup kencang selalu saat dia hanya melihat barang-barang pribadi nya di kamar. Itu hanya melihat barang-barangnya lalu apa jadinya jika manusianya berwujud di depannya ??
Sore ini Namjoon sudah bisa mandi sendiri walaupun harus membuat pose aneh dengan mengangkat kaki kanannya ke samping agar tak terkena kucuran air dari shower. Lalu setelah itu dia memakai celana panjang dan t-shirt kesayangannya yang sudah diangkut Ara ke rumah itu.
Dengan rambut yang masih basah, badan yang segar dan wangi dia memutuskan untuk berjalan-jalan melihat Boulder yang sudah setengah jadi. Dengan kruk di tangan kirinya dia berjalan tertatih.
Diruang tengah dia berpapasan dengan Bibi Sooyun yang membawa susu segar buatnya.
"Namjoon ssi, anda sudah pakai celana panjang biasa ?? Selama ini saya melihat anda dalam piyama terus. Anda terlihat segar dan tampan dan juga....muda sekali. Tuan pasti senang melihatnya"
Kenapa tuan nya harus senang melihatku dengan penampilan begini. Bisiknya dalam hati.
"Terimakasih bibi. Aku mau melihat-lihat ke kolam renang dulu"
"Iya, saya akan taruh susunya di kamar"
"Iya, terimakasih bibi"
"Sama-sama"
Dengan tersenyum, Bibi Sooyun berlalu dari hadapan Namjoon dengan membawa gelas besar berisi susu segar nya. Lalu Namjoon meneruskan ke kolam renang, berdiri dibawah papan Boulder yang masih basah dan setengah jadi. Poin-poin yang belum dipasang ditaruh disebuah keranjang besar.
Dia berpikir berarti sekarang dia punya 2 Boulder pasangan dan 1 Boulder alami yang bisa dipanjatnya. Di kampus, disini dan di bukit Yuldong. Dia tersenyum menyadari kenyataan itu. Bisa tiap hari dia berpindah-pindah tempat untuk melatih fisiknya sebelum seven summits.
Namjoon tidak menyadari bahwa dia sedang dipandangi seseorang dari pinggir jendela kamarnya.
*****
SEOKJIN'S POV.
Dia berdiri dibawah papan Boulder yang baru setengah jadi. Badannya tinggi dan tegap meskipun berdiri masih menggunakan kruk. Tapi aku yakin kakinya sudah tidak sakit, lusa gip di kakinya sudah bisa dilepas.
Aku senang sekali mendapati dia sudah memakai celana panjang kembali. Piyama sudah disingkirkannya dan mungkin di cuci oleh Bibi Sooyun. Dia terlihat tampan walaupun dari kejauhan. Dan terlihat muda kekanakan. Bukan terlihat tapi karena dia memang masih muda. Muda, energik dan penuh stamina. Awal-awal aku membawanya ke rumah ini aku sedikit khawatir dia akan bosan dan membuat masalah. Karena setahuku orang yang biasa aktif lalu kemudian dia terkurung, ditempat asing pula maka dia akan berubah sikap. Tapi pikiranku salah, justru dia terlihat tenang bahkan membuatku nyaman disampingnya. Bahkan dia bisa me reduce trauma masa laluku.
Berlahan dan tanpa terasa mimpi buruk ku tentang mendiang istri dan bayiku juga sudah berlahan menghilang.
Hyung disini....Hyung disini....
Tanpa terasa aku mengharap dia melihat aku. Agar dia tahu bahwa aku sudah pulang ke rumah di sore ini.
Dan benar saja, tanpa di duga dia melihat padaku. Terpaku sejenak lalu tersenyum kecil dan mulai berjalan masuk ke kamar kami dengan tertatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.