NAMJOON'S POV.
"Ini konyol. Aku yakin Jinnie juga tak menginginkan kamu mundur dari ekspedisi ini. Tinggal selangkah lagi Mr Giant...kamu tak boleh mundur..."
"Untuk apa saya meneruskan abonim ?? Saya tak pantas punya ambisi sebesar itu lagi...."
"Lalu kamu akan mengubur mimpimu ?? Hah....aku tak percaya kata-kata seperti ini akan keluar dari bibir seorang Kim Namjoon. Beberapa hari yang lalu aku masih melihatmu sebagai pemuda yang menakjubkan. Lihat kamu sekarang...."
"Abonim...."
"Sudah, aku tak mau mendengar kata-kata mu lagi. Kalau kamu ingin mundur maka katakan sendiri pada Jinnie. Jangan buat dia lebih menyesal lagi karena telah membiayai kamu dengan begitu banyaknya lalu tiba-tiba kamu mundur ketika tinggal selangkah lagi. Konyol sekali dirimu..."
*****
Jin Hyung.
Aku tak percaya kita akan berakhir seperti ini. Aku menghancurkanmu dengan tanganku sendiri.
Ara.
Aku juga tak percaya telah merusak persahabatan kita dengan begitu gampangnya. Tiba-tiba saja kamu menjadi ibu dari anakku tapi sekarang kamu juga harus jauh dariku. Membawa serta bayi kita.
Bobby.
Darahku mengalir di tubuhmu. Sejauh apapun kamu pergi, kamu akan terikat pada Daddy selamanya. Daddy hanya menunggu kamu memahami semuanya. Suatu saat kamu akan mencari Daddy.
Inilah diriku sekarang, terpuruk dan merasa tak berguna, merasa dibenci banyak orang. Tak diinginkan kehadirannya oleh orang lain baru kali ini kurasakan.
Perasaan yang asing tapi terpaksa kurasakan. Seperti deburan ombak di depanku, seolah mengombang ambingkan perasaanku saat ini.
Dengan Bobby yang selalu setia mendampingiku, aku kebut motorku kemanapun Bobby membawaku. Tak punya tujuan pasti. Hanya ingin menjauh dari orang-orang tersayangku yang telah kuhancurkan sendiri.
Entah bagaimana aku harus melanjutkan hidupku setelah ini. Aku hampir saja membunuh seseorang. Aku tak mau itu terjadi lagi.
Senja di ufuk barat terlihat berwarna jingga. Aku menatapnya tanpa berkedip sampai mataku sakit. Menyedihkannya aku tak melihat apapun, mataku hanya penuh dengan 3 orang yang terpaksa kujauhkan dari diriku sendiri. Demi kebaikan mereka.
Aku sendirian disini. Menatap senja yang berwarna jingga di ufuk barat. Begitu kesepian, begitu sendirian. Menjauhkan diri dari hiruk pikuknya dunia.
Yang penting dari itu semua Jin Hyung baik-baik saja sekarang. Walaupun aku sangat ingin melihatnya tapi aku tak berani melakukannya.
Saat aku melihat seekor burung camar sedang menyambar ikan ditengah laut, ponselku berbunyi. Dan itu sangat mengejutkan. Beberapa hari ini dering ponsel saja sudah bisa mengejutkanku. Aku takut ada kabar tidak mengenakkan berikutnya.
Dan kali ini appa Jin Hyung yang menelponku. Jin Hyung ??Dadaku langsung berdebar kencang lagi, takut ada apa-apa lagi dengannya.
"Mr. Giant. Where are you ?? Do you running away?? You've been missing for 2 days. Teman-temanmu mencarimu..."
Hah leganya hatiku ketika appa jin Hyung hanya menanyakan aku ada dimana.
"Maafkan Joonie abonim. Saya ada di suatu tempat. Saya hanya butuh menenangkan diri sedikit, saya tidak melarikan diri..."
"Baiklah appa percaya padamu. Cepatlah kembali, kamu harus berangkat ke Kathmandu. Pulanglah, berkemas lalu berangkatlah. Lanjutkan ekspedisinya dan jadilah World Seven Summiteer Korea Selatan selanjutnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.