Bed Of Roses

812 63 5
                                    

SEOKJIN'S POV.

Aku tak menyangka bahwa dia akan pulih secepat ini pasca koma selama dua kali. Benar kata dokter bahwa Joonie pemuda yang kuat. Bahkan dia sudah bisa menggodaku.

"Joonie...apa yang harus dipersiapkan oleh seseorang yang hendak naik Everest ?? Jawab saja pelan-pelan dan jika susah dijawab maka tak usah dijawab. Kamu bisa jawab lain kali"

"Hyung cantik sekali"

Cantik ??

"Hyung laki-laki jadi jangan pernah bilang Hyung cantik. Sebentar...mata kamu nggak apa-apa kan ??"

Aku mengangkat tubuhku sedikit dan mulai meraba matanya. Dan Joonie terkekeh pelan. Lalu dia mengambil tanganku dan memegangnya dengan kedua tanganku.

"Mataku normal Hyung. Lihat juga perbedaan tangan kita. Tanganmu halus dan jarimu cantik. Berbeda dengan tanganku"

"Sudahlah, ayo tidur lagi. Pertanyaan Hyung jawab saja kalau kamu sudah sembuh"

"Tidak, akan  kujawab sekarang saja. Everest itu bisa di daki oleh pendaki-pendaki yang pro dan perlu persiapan yang matang. Tentu dua hal itu hanya dipunyai oleh pendaki-pendaki gunung yang sudah kenyang pengalaman. Dan punya teknikal skill dan verbal yang mumpuni. Jadi kalau hanya modal nekad maka dia akan pulang nama saja"

Aku langsung menciut mendengarnya. Aku harus membuang cita-cita baruku untuk mendaki Everest bersama Namjoon.

"Baiklah, Hyung tidak mau mendengarnya lagi. Tidurlah, dan Hyung harus turun dari ranjang ini sebelum Hyung diusir oleh suster yang merawatmu"

"Iya sebentar lagi. Peluk Joonie dulu"

*****

NAMJOON'S POV.

Dan sampai tengah malam, Jin Hyung masih tidur diranjangku. Bukan aku yang berada dalam pelukannya tapi aku yang memeluknya.

Dia terlihat nyaman sekali tidur dalam pelukanku. Sama sekali tak bergerak. Tidak ada lagi gerakan tidurnya yang gelisah atau mengigau tak tentu.

Dia hanya tidur. Dengan wajah tampannya yang tak berubah. Aku bertekad harus cepat sehat agar bisa memandang saat dia tidur dengan leluasa.

Lima hari kemudian....

Terdengar orang mondar-mandir sibuk sekali di kamarku. Rupanya dokter spesialis bedahku datang dengan beberapa dokter muda yang magang.

"Bagus sekali. Fisiknya bagus jadi tingkat kesembuhannya juga bisa cepat. Baiklah, besok sudah bisa pulang"

Aku yang baru melek dan langsung mendengar kabar gembira itu langsung merasa bahagia. Aku sudah bosan dirumah sakit dan akhirnya besok aku bisa pulang.

Setelah rombongan dokter itu pergi, maka tinggal kedua orang tuaku di ruangan ini.

"Sayang, eomma dan appa memutuskan akan membawamu pulang ke Busan"

Busan ?? Noooo...

"Eomma....Joonie sudah sembuh, untuk apa dibawa ke Busan ?? Lagipula Joonie banyak sekali tanggung jawab di kampus"

"Tidak Joonie kamu harus ikut eomma dan appa pulang. Ini demi kebaikanmu nak"

"Yang terbaik buatku adalah aku tetap di Seoul. Aku punya tanggung jawab pada even besar dimana Jin Hyung sudah memberikan dana yang besar untuk itu. Aku sudah besar eomma, appa jadi tolonglah dengarkan aku"

Appa dan eomma saling berpandangan saat aku melihat Jin Hyung muncul dihadapan kami bertiga.

"Hyung...Hyung....kemarilah. Tolong bilang pada mereka bahwa jangan bawa aku pulang ke Busan. Aku punya tanggung jawab yang besar yang tak bisa kutinggalkan disini. Ayo Hyung bantu aku..."

Dear Namjoon...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang