Figur eight.
Carrabiner screw.
Anchor.
Tali karmantel.
Seat harness.
Magnesium
Poin.
Lead Climbing.
Kim Seokjin duduk di depan laptop di meja kantornya. Matanya membaca semua informasi tentang dunia rock climbing. Berusaha merekam dan mengingatnya dalam otak. Dan sekarang dia mulai paham alat-alat yang digunakan NamJoon kemarin.
Lalu dia kembali membuka youtube dan mencari film dokumenter itu. Dan ya, mereka juga mengunggahnya di youtube jadi dia bisa menontonnya lagi kapanpun dia mau. Dan entah bagaimana caranya, dia mulai tertarik pada dunia yang digeluti pemuda itu. Walaupun dia sama sekali awam pada dunia rock climbing itu tapi dia mulai tertarik.
Dengan mengetuk-ngetuk kan jari telunjuk nya di bibir, Seokjin mengamati ketika tubuh besar pemuda itu meliuk-liuk dengan lincah sementara keringat bercucuran dari dahinya. Sementara lengannya yang meregang dengan sempurna saat menahan berat tubuhnya tampak mengkilap karena keringat.
Seokjin mengamati keringat dibawah bibir dan bergulir jatuh pada dagunya yang mulai berjenggot. Dia langsung berpikir bahwa kameramen mereka terlalu mengambil gambar secara personal. Mungkin alasannya agar video itu bertambah menarik.
Ya memang menarik. Sangat menarik. Bagaimana tubuh bugar dan belia itu meliuk menaklukkan tebing artifisial setinggi 13 meter itu.
Tok tok tok !!
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan kantornya.
"Masuk !!"
Seokjin berpikir pasti sekretarisnya yang masuk jadi dia tetap mengarahkan matanya pada laptop di depannya.
"Tuan, tuan Bobby disini"
Bobby ??
Mendengar nama itu, Seokjin langsung mengangkat wajahnya.
Pemuda itu berdiri di depannya. Begitu tinggi dan gagah di usianya yang masih belia.
Dia berpakaian rapi. Jeans, t-shirt putih yang dilapisi kemeja kotak-kotak berwarna biru yang tak dikancingnya. Dua telinganya terpasang anting kecil berwarna silver.
Seokjin berdiri lalu menatap YouTube di depannya sesaat. Disana Namjoon sedang menaklukkan hang over tebing. Dengan cepat jarinya menekan tanda pause di laptopnya.
Dan matanya kembali beralih pada pemuda yang berdiri di depannya.
Mereka berpandangan, mata mereka berdua saling mengunci. Tak ada yang berbicara, hanya saling berpandangan dalam diam.
"Tuan, saya Kim Namjoon. Mungkin anda lupa"
Lupa ?? Seokjin berpikir bagaimana mungkin dia lupa pada pemuda mengesankan ini. Bahkan saat ini, jika laptop itu dibelokkan mengarah keluar maka Namjoon akan tahu bahwa Seokjin sedang mem pause adegan ketika dirinya sedang berkutat menaklukkan hang over tebing batu.
Namjoon tak akan pernah tahu bahwa saat ini Seokjin sedang merasakan keanehan dalam dirinya. Dia berdebar mengingat pemuda yang diharapkan ini sudah berada dihadapannya. Sungguh tak bisa dipercaya dia datang tiba-tiba seperti ini.
"Oh tidak. Saya tak akan lupa padamu"
Seokjin berlahan mengamati pemuda itu dan mengulurkan tangannya.
"Selamat datang di kantor saya"
Untuk sesaat mereka bersalaman tanpa saling memutuskan pandangannya. Bahkan tangan kiri Seokjin ikut memegang tangan Namjoon yang sedang bersalaman dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.