SEOKJIN'S POV.
Dan akhirnya aku yang kalut. Sementara Ara tertidur dengan nyenyak setelah minum obat.
Aku pandangi wajahnya yang imut kekanakan. Bulu matanya yang hitam dan panjang menempel dengan manis di pipinya. Dia terlihat seperti adik kecil perempuan yang harus kulindungi. Adik perempuan yang tak pernah kumiliki.
Aneh. Hanya satu kata, aneh. Sikapnya aneh. Dia hanya terkejut sebentar lalu terlihat bahagia lalu murung lagi. Jadi aku memutuskan berhenti bertanya padanya siapa yang telah menghamilinya.
Tapi besok aku harus betul-betul mendapatkan jawaban mengenai siapa ayah bayi dalam kandungannya.
Oh Ara...Ara...kenapa kamu mengalami ini saat Joonie sedang tidak ada ?? Lalu kepada siapa aku mengadukan keadaanmu ini ??
"Tuan, pulanglah. Biar saya yang menunggui nona Ara. Pak Tolol 3 sedang meluncur kemari untuk menjemput anda..."
"Saya bingung pak"
"Tuan tidak usah terlalu bingung akan hal ini. Ini sebetulnya bukan tanggung jawab tuan. Lagipula ada saya dan pak Tolol 3 yang akan siap membantu. Semua pasti ada jalan keluarnya tuan..."
"Iya pak"
*****
Aku terbaring di apartemenku. Sementara dirumah sakit ada pak Tolol dan bibi Sooyun yang menemani Ara.
"Besok kita bawa pulang ke rumah saja tuan"
Usul bibi Sooyun yang kusambut dengan gembira. Ini jalan keluar yang masuk akal. Karena tak mungkin Ara dirumah sakit terus atau tinggal di apartemennya sendirian.
Oh Joonie....andai saja kamu tahu apa yang sedang menimpa sahabat baikmu saat ini.
Tapi Joonie tak boleh tahu. Aku akan menyimpannya rapat agar Joonie tetap bisa berkonsentrasi dengan ekspedisinya.
"Sayang, sahabatmu yang kau titipkan padaku sedang hamil. Entah siapa ayah bayi dalam kandungannya. Hyung bingung harus bersikap bagaimana pada sahabat baikmu itu. Dan kamu masih lama baru bisa pulang...."
Dengan iseng aku menulis pesan buat Joonie. Lalu menghapusnya lagi.
Konyol.
Lagipula saat ini dirinya jauh dengan alat komunikasi yang menyambungkannya dengan dunia luar. Yang ada dalam genggamannya sekarang pasti telpon satelit yang hanya bisa di sambungkan ke basecamp Elbrus, tempat pemantauan tim dari konsultan pendakian yang mereka sewa.
Baiklah, aku harus bertindak sendiri disini. Mencari jalan keluar sendiri pada masalah yang sedang menimpa Ara.
Hana. Melihat Ara dan calon bayi dalam kandungannya aku jadi teringat mendiang istriku Hana.
Dulu, ketika mengetahui Hana hamil aku sangat bahagia walaupun kami belum terikat dalam pernikahan. Tapi hal itu tak bisa merusak kebahagiaanku bahwa sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Aku siap bertanggung jawab pada Hana. Walaupun eomma sangat menentang pernikahan kami tapi kami tetap menikah. Walaupun setelah itu tragis yang menimpa Hana. Sekaligus itu sangat memukul jiwa dan ragaku.
Oleh karena itu aku bertekad tak akan membiarkan Ara mengalami hal yang sama dengan Hana. Gadis itu harus punya nasib yang jauh lebih baik dari Hana. Mungkin dia bukan keluarga atau kerabat ku. Tapi Ara adalah sahabat sehidup semati Joonie. Aku sangat menghormati ikatan persahabatan mereka.
*****
Pagi harinya setelah dari kantor aku langsung ke rumah sakit untuk menjemput Ara dan membawanya pulang ke rumah agar bibi Sooyun bisa merawatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Namjoon...
FanfictionSeokjin : kaya, tampan, tidak bahagia. Namjoon : muda, liar, merdeka, petualang. Mereka berdua orang yang sungguh berbeda tapi takdir mempertemukan mereka berdua di sebuah jembatan. Ketika salah satu dari mereka berniat bunuh diri.