I. Identitas

1.7K 123 3
                                    

Seperti biasa, awal tahun ajaran baru selalu dimulai dengan penyortiran asrama bagi murid tahun pertama. Sorak sorai menyambut penyihir muda terdengar meriah sesaat setelah topi seleksi tua tersebut menyebutkan nama-nama asrama di Hogwarts, tak lupa disusul oleh petuah-petuah dari Profesor Dumbledore serta sederet peringatan-peringatan dari Mr. Filch.

Namun saat ini terdapat sedikit perbedaan, karena Profesor Dumbedore turut memperkenalkan seorang guru baru yang akan mengisi pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.

“Tahun ini dengan penuh suka cita, kita menyambut Profesor Remus John Lupin untuk mengisi posisi sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.”
Lupin berdiri dan membungkuk, sekedar memberi hormat sekaligus menampakkan diri kepada seluruh murid-murid barunya.

Bisik-bisik mulai terdengar di seluruh Great Hall, membahas bagaimana profesor baru mereka bisa memiliki bekas luka di wajah yang sangat mengerikan.

“Bukankah wajahnya nampak mengerikan?” seorang anak gemuk dengan jubah hijau tengah berbisik. Dia adalah Crabe.

“Tapi dia tampan,” balas Pansy Parkinson yang kini tengah memandang wajah profesor barunya dengan kagum.

“Tampan? Yang benar saja. Dia terlihat seperti berandal, lihat saja bajunya,” ucap seorang laki-laki bersurai platina. Draco Malfoy.

“Oh ayolah, Drake. Kau tidak cemburu padanya kan?” goda Pansy.

“Kau bercanda Pans? Tentu saja tidak. Mengerikan! Wait till my father hear about this.

Sementara di meja Gryffindor, sepasang manusia kembar dengan rambut jahe tengah terkikik merencanakan sesuatu. Tak jarang mereka menatap guru baru tersebut kemudian terkikik kembali.

“Hey mate, menurutmu apakah kita akan mengerjainya?”

“Tentu saja, Georgie. Ini akan menyenangkan.”

“Tapi kau lihat wajahnya kan, Freddie. Nampaknya dia cukup keren.”

“Justru itulah, kita tidak boleh kalah keren. Kita tentu harus memberikan penyambutan. Apa menurutmu bom bau cukup?” ucap salah satu dari mereka. Keduanya terdiam saat seorang gadis mencubit pinggang salah satu dari mereka. Gadis tersebut memiliki warna rambut yang senada dengan keduanya.

“Diam lah kalian kembar nakal!” ucapnya, sementara keduanya hanya membalas dengan wajah mengejek.

Semua kembali diam dan menatap ke depan saat Profesor Dumbledore kembali meneruskan ucapannya.
“Seperti yang telah kita tahu, bahwa sihir dilarang di koridor. Serta bagi seluruh siswa, baik tahun pertama hingga siswa tahun akhir harus mematuhi peraturan. Kami akan dibantu oleh prefek dan juga Mr. Flinch…”

“Baiklah kalau tidak ada tambahan, lets the feast begin.”

***

“Remus, kenapa lama sekali?”

“Yah, kau tahu. Penyambutan.” Ucapnya singkat.

Remus kemudian mengambil tongkat sihirnya, mengayunkannya perlahan dan segala perlengkapan yang ia bawa di koper pun melayang dengan sendirinya seakan mengerti mereka harus berada dimana.

“Remus aku lapar.”

Remus melangkah mendekat, meyerahkan dua potong roti isi daging padanya.

“Kenapa hanya ini? Kau tak tahu ya, aku sangat kelaparan tahu,” ucapnya sambil mendengus sebal.

“Tidak, itu cukup. Kau saja yang makannya banyak.”

Perempuan itu kemudian mengambil roti isi tersebut dan memakannya, masih sambil merengut. Dirinya duduk di lantai begitu saja sambil menikmati suasana baru, kastil Hogwarts.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang