XIX. Putus?

304 52 2
                                    

Beberapa hari setelah pengumuman juara, sesuai tebakan Hermione, Harry dan Ron benar-benar bertengkar. Membuat gadis berambut mengembang tersebut pusing dibuatnya. Zea sendiri tahu bahwa Ron sebenarnya mempercayai Harry, hanya saja lelaki itu dihalangi oleh gengsi. Sama seperti kakaknya yang bajingan menurut Zea, Fred.

Zea sepenuhnya sadar bahwa tidak seharusnya ia mengumpati lelaki itu. Hanya saja emosinya selalu memuncak ketika melihat lelaki itu selalu digelayuti oleh Angelina. Bukankah perempuan itu sudah berpacaran dengan Oliver? Masih saja gatal, pikir Zea.

Seperti sekarang ini, Zea sedang berjalan sendiri menuju perpustakaan. Ia harus menyelesaikan beberapa esay sebelum tugas Triwizard pertama dimulai beberapa hari yang akan datang. Ia tentu tidak akan melewatkan kesempatan mendukung Harry. Hingga langkahnya dihadang oleh tiga pasang kaki di hadapannya.

"Ups, apa kami menghalangi jalanmu, Zea? Ah maafkan kami." Ucap Angelina. Di sampingnya berdiri Fred. Sedangkan George mengikuti di belakang mereka seperti seekor anak anjing yang patuh. Sungguh memuakkan.

Zea memandang sinis pada tangan Angelina yang senantiasa menggelayut manja di lengan Fred. Sementara lelaki itu menampilkan ekspresi yang susah dimengerti oleh Zea. Tanpa berniat merespon sedikitpun, Zea melanjutkan langkahnya begitu saja ke arah perpustakaan.

***

Kamar mandi laki-laki tengah sepi siang itu. Fred membasuh mukanya dengan  asal, membuat basah di sana sini. George bersandar di dekat wastafel, memandang kembarannya yang tampak kacau.

"Kau lihat gadis itu George? Kau lihat dia? Apa dia sudah tidak mencintaiku?" Ucap Fred. Lelaki itu mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Lebih baik hentikan saja sandiwara mu dengan Angelina, mate. Hal itu tidak berguna. Zea tidak cemburu padamu, dia justru membencimu." Timpal George. Fred mendongak, menatap langit-langit.

"Aku tidak mengerti. Angelina menyarankan membuat Zea cemburu untuk membuktikan perasaan gadis itu padaku. Tapi Zea nampak tidak cemburu bukan? Apa Zea sudah tidak lagi mencintai ku?" Ucap Fred dengan nada putus asa. Sementara George hanya mengendikkan bahu. Fred memang bebal, tidak bisa diberi tahu.

"Kau masih berusaha membuktikan perasaan Zea? Apa kau tidak mempercayainya sejak awal? Dia pacarmu. Oh sungguh, kau pacar yang buruk Fred." Timpal George. Lelaki itu nampak memijit pangkal hidungnya dengan pelan.

"Akhiri salah satunya Fred. Sandiwara mu atau hubunganmu, pilih salah satu. Jika tidak, kau hanya akan mempermainkan Zea dan menyakitinya."

Fred memincingkan matanya ke arah George, "apa maksudmu. Kau tahu aku mencintainya."

George nampak menghela nafas, ia kemudian mencengkeram kerah baju Fred, mendorong lelaki itu hingga membentur tembok di belakang tubuh tegapnya. "Dengar! Jika kau mencintainya, kau hanya perlu minta maaf, bukannya membuat sandiwara memuakkan bersama Angelina dengan alasan yang tidak masuk akal. Buat keadaan kembali baik seperti sebelumnya, atau kau akan benar-benar kehilangan Zea!" Sedetik kemudian George melangkah keluar dari kamar mandi. Meninggalkan Fred dengan pikirannya yang sama sekali tidak sedang baik-baik saja.

***

Zea kehilangan semangatnya untuk mengerjakan essay. Alih-alih menuju perpustakaan dengan tumpukan buku yang terasa memuakkan di dalamnya, Zea justru membelokkan langkahnya menuju dermaga di dekat danau hitam. Ia mendapati seorang lelaki duduk di sana, ia mendapati Ron, duduk sendirian, terlihat seperti termenung.

"Keberatan jika aku bergabung?" Nampaknya ucapan Zea terlihat sedikit mengusik Ron. Lelaki itu menoleh, mempersilahkan Zea untuk turut duduk.

"Kau sendirian? Mana Hermione?" Tanya Zea. Ron menggeleng, "mungkin bersama sahabatnya yang lain. Hermione selalu berada di sisinya untuk membelanya." Ucap Ron. Ia melemparkan sebuah batu ke permukaan danau. Menimbulkan riak air di permukaannya.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang