XXVII. Peringatan

207 42 1
                                    

Zea tengah berada di Grimmauld Place. Merayakan natal di sana sembari merayakan kepulangan Arthur dari Rumah Sakit St. Mungo. Zea tidak terlalu tahu bagaimana awalnya. Hanya saja Ron bercerita bahwa malam itu Harry kembali mendapat mimpi tentang Voldemort. Di mimpi itu ia melihat Arthur diserang oleh seekor ular raksasa. Lalu apa yang terjadi di mimpi itu menjadi kenyataan. Arthur ditemukan sekarat saat lembur kerja di Departemen Misteri. Beruntung lelaki dengan 7 anak tersebut lekas ditemukan oleh Kingsley.

Zea, Hermione, dan anak-anak Weasley tengah asik memasang hiasan-hiasan di pohon natal. Lihat bagaimana George memanggul Ginny di pundaknya untuk memasang hiasan berbentuk bintang di pucuk pohon cemara. Gadis itu tertawa riang di atas George. Zea menatapnya sembari tersenyum, suasana begitu hangat di sana meskipun kengerian sempat meliputi mereka akibat kondisi Arthur. Pria itu harus dirawat tidak kurang, 7 hari penuh di St. Mungo sebelum diizinkan pulang.

"Kau mau juga? Sini naiklah ke atas ku." Ucap Fred saat melihat mata Zea berbinar menyaksikan Ginny.

"Boleh?" Tanya Zea.

"Tentu. Kemarilah." Ucap Fred. Zea menghampiri lelaki itu dengan semangat. Ia lekas menaiki pundak Fred. Lelaki itu berdiri setelahnya.

"Hahaha, begini kah rasanya menjadi Troll?" Ucap Zea sambil tertawa. Di bawahnya, Fred juga tertawa riang sambil memegangi kedua kaki gadis tersebut.

"Troll tidak ada yang kecil sepertimu, Zea. Lihat aku. Aku lebih tinggi darimu." Balas Ginny.

"Terserah saja. Yang penting ini menyenangkan." Kata Zea.

"Kau tidak memasang hiasannya malah bersenang-senang di atas, bocah?" Fred menimpali.

"Kenapa? Apa aku berat?"

"Tidak juga sih."

"Ya sudah kalau begitu. Aku mau duduk di sini sampai makan malam berlangsung, ya." Ucap Zea. Fred terkekeh.

"Kau dendam padaku atau apa? Ku rasa kau berniat membuat pundak ku patah." Katanya.

"Kalian bisa jatuh. Cepat turun lah." Kata Hermione. Perempuan itu tengah sibuk melilitkan lampu-lampu hias di sekitar pohon.

"Ku rasa kau hanya iri, Mione. Mintalah Ron menggendong mu." Balas Zea sambil terkekeh.

Ron merengut. "Tidak. Tidak bahkan jika dia memohon padaku." Ucapnya.

"Pede sekali! Lagi pula siapa juga yang mau kau gendong, Ron?" Balas Hermione. Keduanya saling menatap tajam.

"Hey. Ayo kita lomba di halaman belakang. Kau membawa Zea, aku membawa Ginny. Siapa yang bisa lari lebih cepat, dia boleh makan kue lebih banyak nanti." Kata George. Fred menanggapi dengan semangat.

"Kau menantang orang yang salah, mate." Balas Fred. Mereka bergegas menuju ke halaman belakang.

"Jangan lari-larian kalian. Aku tidak ingin siapapun terluka saat natal." Molly meneriaki dari dapur, tentu saja tidak didengar oleh mereka.

Sementara dengan bersungut-sungut, Ron dan Hermione berteriak.

"Lalu siapa yang akan menyelesaikan pohon ini?"

"Kalian tentunya." Sahut Zea dari kejauhan.

Suasana makan malam terasa lebih hangat lagi. Zea membantu Molly menuangkan jus jeruk pada masing-masing gelas saat perempuan itu datang membawa Arthur yang masih terlilit perban di beberapa bagian tubuhnya. Harry datang bersama Sirius tak lama setelahnya.

"Bagaimana kondisimu, Mr. Weasley?" Tanya Zea.

Arthur tersenyum, "aku merasa hebat, Zea. Aku tentu sangat berterimakasih pada Harry. Tanpa nya aku tak akan bisa berada di sini. Bersulang untuk Harry." Arthur mengangkat gelasnya, diikuti seluruh orang di dalam ruangan.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang