XXIX. See You Again, Sirius!

214 44 0
                                    

Sesaat setelah peluncuran kembang api yang menghancurkan ujian OWL, Harry mendadak limbung. Lelaki itu kembali mendapat penglihatan seperti penyerangan yang terjadi para Arthur terakhir kali. Namun kali ini Harry nampak gusar. Seseorang yang ia lihat di sana adalah satu-satunya keluarga yang tersisa, Sirius Black.

"Kau yakin Harry?" Ucap Hermione. Dengan langkah terburu-buru perempuan itu mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Harry. Begitu pula Ron dan Zea yang mengikuti di belakang.

"Aku yakin Hermione. Aku melihatnya. Terlihat sama seperti apa yang terjadi pada Mr. Weasley." Ucap Harry. Ia nampak tegang. Keringat sebesar bulir jagung terus menerus menetes dari dahinya.

"Sirius bilang, Voldemort sedang mengejar sesuatu. Sesuatu yang tidak berhasil dimilikinya terakhir kali. Dan sesuatu itu berada di Departemen Misteri, Kementerian Sihir. Aku melihatnya, pintu yang sama seperti yang ku lihat di mimpiku tentang Mr. Weasley." Jelas Harry. Lelaki itu terus melangkah dengan terburu-buru.

"Harry tunggu." Zea menghentikan langkahnya.

"Bagaimana jika itu tidak benar-benar terjadi? Bagaimana jika Voldemort sengaja membuatmu melihatnya hanya untuk mendapatkan mu?"

"Dan bagaimana jika sebaliknya? Apa aku harus merelakan Sirius, satu-satunya keluarga yang ku punya mati begitu saja?" Balas Harry. Hermione dan Ron terlihat saling melempar pandang.

Zea terdiam beberapa saat. Jika berhubungan dengan Voldemort, gadis itu harus menyiapkan diri untuk menukar nyawanya dengan Harry kapan saja. Namun sekali lagi, seluruh anggota orde mempercayai anak ini. Maka Zea tidak memiliki alasan untuk tidak melakukan hal yang sama. Ia menghembuskan nafas dengan tenang, mencoba menguasai situasi dan perasaannya.

"Baiklah. Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?" Ucap Zea setelah beberapa saat termenung. Harry terlihat kembali menemukan semangatnya.

"Kita harus menuju ke perapian. Kita akan menggunakan bubuk Flo!" Jawab Harry.

"Semua perapian dijaga ketat, Harry." Timpal Hermione.

"Tidak. Tidak semua. Ada satu, di ruangan Umbridge."

Setelah kembali ke asrama dan mengganti pakaian secepat yang mereka bisa, keempatnya langsung bergegas menuju ke ruangan serba pink milik Umbridge. Harry baru saja meng-alohomora pintu ruangan tersebut agar mereka memiliki akses untuk dapat masuk.

"Panggil anggota orde jika kalian bisa." Ucap Harry. Zea menegang, lelaki itu tidak mungkin berniat pergi sendiri kan? Lagi pula, dia adalah anggota orde. Jadi sudah pasti Zea akan ikut.

"Kau gila? Kami ikut denganmu." Timpal Ron. Hermione mengangguk dengan semangat.

"Ini terlalu berbahaya!" Bantah Harry. Api hijau menyala-nyala di depan wajahnya.

"Kapan kau akan menyadarinya? Kita akan pergi bersama." Ucap Hermione.

"Ya! Harusnya memang begitu!" Suara pekikan yang memuakkan menginterupsi keempatnya. Mereka menoleh, mendapati Umbridge berdiri di ambang pintu dengan beberapa anak yang termasuk regu inspeksi bentukannya. Malfoy berada di sana, menjadi salah satu dari mereka.

"Tangkap mereka!"

Regu inspeksi bergegas menghampiri mereka berempat. Draco menghampiri Zea, memutar tangan milik gadis itu ke belakang dan mengacungkan tongkat miliknya tepat di leher putih milik Zea.

"Jangan banyak bergerak. Kau akan semakin kesakitan jika melakukannya." Bisik Draco tepat di telinga Zea. Membuat gadis itu bergidik, merinding.

Tak lama regu inspeksi yang lain datang membawa Luna, Ginny, dan Neville memasuki ruangan tersebut.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang