XV. Diagon Alley

252 54 0
                                    

Sehari menjelang perhelatan piala dunia Quidditch, para anggota keluarga Weasley semakin ramai memperbincangkan pertandingan antara Irlandia melawan Bulgaria itu. Masing-masing di antara mereka memiliki tim jagoan masing-masing. Terlebih Ron, lelaki itu selalu meledak-ledak menyebutkan kehebatan Victor Krum-Seeker muda yang hebat, saat ada seseorang yang menyebut kata 'Bulgaria'.

Hermione juga telah datang beberapa saat yang lalu. Gadis itu juga turut serta menikmati perhelatan akbar tersebut bersama keluarga Weasley. Tak jarang Hermione menimpali Ron dengan mengatakan bahwa Victor Krum dan timnya mungkin tidak sehebat yang Ron katakan, membuat lelaki itu mendengus sebal dan mengatai Hermione tidak mengerti apapun soal Quidditch. Zea yang memang tidak tahu apa-apa tentang dunia Quidditch hanya dapat merasakan euforia semangat mereka tanpa berniat ingin tahu sama sekali.

Para anak perempuan kini tengah membantu Molly menyiapkan makan malam di dapur. Zea memotong wortel untuk sup, Hermione memilah beberapa kecambah, dan Ginny terlihat memanggang beberapa roti untuk sandwich. Sedangkan Arthur dan anak laki-laki, kecuali Percy, menyiapkan meja makan di halaman belakang rumah. Molly mengatakan bahwa tidak akan cukup jika mereka harus makan malam bersama dengan dua belas orang di dalam ruang makan yang tidak seberapa luas.

Zea yang telah selesai dengan wortelnya, melangkah menuju halaman belakang rumah untuk mengecek hasil kerja para laki-laki. Suara berdebum kencang terdengar dari sana. Gadis itu mendapati Bill dan Charlie tengah sama-sama saling mengacungkan tongkat, membuat dua buah meja melayang dan beradu. Keduanya saling mencoba menjatuhkan satu sama lain. Fred dan George bersorak menyemangati, Ginny tertawa di ambang pintu dapur, Harry tersenyum terhibur, sedangkan Ron menatap dengan tatapan ngeri sedikit agak cemas.

Meja Bill menghantam meja Charlie dengan keras. Terdengar bunyi debuman yang keras disusul oleh salah satu kaki meja yang patah. Semuanya tertawa, merasa terhibur. Hingga kepala Percy keluar begitu saja dari salah satu jendela di lantai dua.

"Bisa diam tidak sih?! Aku sedang bekerja." Ucap Percy dengan nada keras.

"Sorry, Pearce." Bill nyengir. "Bagaimana kemajuan pantat kualinya?"

"Buruk. Buruk sekali." Ucap lelaki itu disusul oleh suara berdebam karena ia membanting jendelanya.

Bill dan Charlie hanya terkekeh menanggapi. Sedetik kemudian mereka menjentikkan tongkat sihir mereka, secara ajaib kaki meja yang patah kembali menyatu, meja dan kursi tertata rapi dengan sendirinya, begitupula keberadaan taplak yang tidak tahu berasal dari mana.

"Percy ngerjain apa sih?" Tanya Zea pada Ginny yang berdiri tidak jauh darinya.

"Dia bilang pekerjaaan penting dari Mr. Crouch tentang konferensi pantat kuali internasional. Dia berpikir bahwa dasar pantat kuali yang tidak memiliki ukuran paten akan membuat para penyihir yang menggunakannya dalam bahaya. Maka dia bikin essay soal itu agar ukuran pantat kuali diseragamkan dan di paten kan." Jawab Ginny, Zea mengangguk tanda mengerti.

"Dia itu sok penting dan sok sibuk sekali. Dia mengerjakan pekerjaan nya dengan berlebihan seolah-olah besok ia akan muncul di halaman sampul Daily Prophet dengan pantat kualinya." Ucap Ron. Zea sedikit terkekeh.

"Bukan tidak mungkin, sih. Tapi ku rasa akan berat jika dia ingin muncul di Daily Prophet dengan isu pantat panci." Kata Zea. Ginny tertawa keras, sementara Ron mengangguk setuju.

Pukul tujuh malam meja yang telah ditata oleh Bill dan Charlie telah terisi dengan banyak makanan enak. Kentang goreng, sup daging, sandwich, salad, dan juga ayam goreng. Ke dua belas kursi yang diatur mengelilingi meja telah terisi penuh oleh pemiliknya masing-masing. Begitu pula dengan piring di hadapan setiap orang.

Zea tengah menyendok sup daging miliknya saat Percy mulai melaporkan segala hasil kerjanya kepada Arthur. "Aku sudah mengatakan pada Mr. Crouch bahwa essay ku akan selesai pada hari selasa, padahal Mr. Crouch memberiku batas waktu hingga Jum'at." Katanya dengan angkuh. "Mr. Crouch sedikit terkejut ku rasa. Tapi aku mengatakan bahwa tak perlu berterimakasih secara berlebihan. Aku sepenuhnya sadar bahwa departemen kami sedang sibuk-sibuknya mengawal pelaksanaan piala dunia."

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang