XXXI. Kebenaran Relatif

208 36 8
                                    

Kunjungan Hogsmeade kembali dilakukan. Seluruh anak-anak kelas tiga hingga kelas enam menyambut kesempatan ini dengan senang. Salju mulai turun. Lampu-lampu toko dinyalakan. Sinarnya yang temaram membuat kesan hangat, membuat siapapun tergoda untuk masuk.

Mereka berempat berdiri di luar. Kaki mereka terasa membeku. Salju menutupi sepatu-sepatu mereka. Sejak Fred dan George tidak melanjutkan sekolahnya, Zea memang lebih sering bergabung dengan Golden Trio.

"Three Broomstick?" Hermione menawari. Ketiganya mengangguk cepat menyongsong nafas yang beruap.

"Empat Butterbeer tolong." Kata Hermione. Mereka memilih tempat duduk sesegera mungkin setelahnya.

"Ginny bersama Dean? Ku kira dia bersama anak Ravenclaw itu. Siapa namanya?" Ucap Zea saat melihat Ginny duduk bersama Dean Thomas di sudut ruangan dengan cahaya yang jauh lebih temaram.

"Entahlah. Aku tak peduli." Kata Ron.

"Jangan terlalu ketus begitu. Wajar saja Ginny berganti pacar. Dia cantik, berbakat, populer. Siapa yang tidak mau berpacaran dengannya. Iya kan Harry?" Hermione memandang Harry penuh arti.

"Ya. Ku rasa juga begitu." Jawabnya.

"Lihatlah mereka. Menggelikan seperti sepasang lovebird." Kata Ron sambil bergidik.

"Apa yang salah. Mereka hanya berpelukan." Kata Hermione. Sesaat setelahnya mata Hermione terbelalak.

"Dan juga berciuman." Jawab Zea disertai kekehan di akhir.

"Ah aku tak tahan melihatnya. Zea, ayo bertukar tempat. Setidaknya dari tempatmu aku tak terlalu melihat wajah malu-malu yang ditujukan Ginny." Kata Ron. Mereka segera berganti posisi setelahnya.

"Bukankah itu Malfoy?" Harry setengah berbisik saat melihat Malfoy keluar dari arah belakang toko tersebut dengan gestur yang tak biasa.

"Apa yang dia lakukan sekarang. Tak mungkin hanya sekedar membeli Butterbeer." Sambung Harry.

"Yah mungkin memang begitu. Kau tak lihat di luar sedang hujan salju." Balas Zea.

"Dia tidak akan sendirian jika sekedar ingin minum Butterbeer, Zea. Kroni-kroninya pasti akan mengawal si anak manja Malfoy." Bela Ron. Harry tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi ku rasa Zea masuk akal juga. Lagi pula ini Three Broomstick. Tentu berbeda dengan Burgin and Burkes, kan?" Sahut Hermione. Zea memeletkan lidahnya ke arah Harry dan Ron yang memandang sinis.

"Pesanan kalian."

Dan perdebatan antara laki-laki dan perempuan itu dihentikan dengan kedatangan empat gelas besar Butterbeer yang nikmat dan hangat. Menyingkirkan prasangka terhadap Malfoy untuk sesaat.

Mereka melangkahkan kaki di tengah tebalnya lapisan salju di jalanan. Hermione mengoceh, sedikit mabuk mungkin. Entahlah.

Sebuah jeritan panjang menginterupsi mereka. Mereka mendekat. Ia mendapati Leanne murid Hufflepuff berteriak, "aku sudah melarangnya untuk menyentuhnya. Dia tak mendengarkan ku." Katanya dengan panik.

Mereka semua mengikuti arah pandang Leanne. Gadis itu dipenuhi air mata memandang sahabatnya, Alicia Spinnet melayang beberapa kaki di atas tanah. Matanya melotot dengan mulut terbuka lebar. Setelahnya ia jatuh begitu saja menimpa tanah bersalju. Menimbulkan suara berdebum lumayan keras.

"Jangan ada yang menyentuh benda itu kecuali pembungkusnya!" Hagrid datang entah dari mana dengan tergopoh-gopoh. Lelaki besar itu sesegera mungkin menggendong Alicia, melarikannya ke Hospital Wings.

Zea mengeluarkan tongkatnya, merapalkan mantera Wingardium Leviosa dan segera membuat benda yang terlihat seperti kalung itu agar kembali terbungkus dengan aman.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang