X. Tanpa Remus

406 78 3
                                        

Zea ngerjap-ngerjap berusaha beradaptasi dengan cahaya yang menyilaukan matanya. Kepalanya terasa sangat pusing dan berat, ia juga merasakan seluruh persendiannya linu. Dengan masih dalam kondisi berbaring, gadis itu mengarahkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Melihat terdapat banyak nakas yang berjejer di dalamnya, Zea menyimpulkan bahwa ia sedang berada di Hospital Wings.

Ia menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat lemas untuk duduk dan meraba-raba tubuhnya. Perban yang membalut dada dan kepalanya nampak menarik perhatian Zea sebelum ia berjengit.

"Remus!" Pekiknya. Ia berusaha menurunkan tubuhnya dan berniat mencari Remus. Lelaki itu sangat kacau saat terakhir kali gadis itu melihatnya.

"Hey! Apa yang kau lakukan? Kau bisa saja terjatuh!" Madam Pomrey datang tergopoh-gopoh ke arah Zea sebelum gadis itu berhasil menapakkan telapak kakinya di lantai.

"Jangan banyak bergerak. Lukamu cukup dalam. Kau bisa membuatnya kembali basah." Ucap wanita berpakaian suster tersebut.

"Maaf, saya ingin mencari Remus, Mam." Jawab Zea dengan lemah, Madam Pomfrey mengangkat salah satu alisnya.

Zea yang menyadari kesalahannya dengan cepat memperbaiki, "ah maksudku Profesor Lupin. Saya ingin mencarinya."

Sebelum Zea membuat Madam Pomfrey kerepotan dengan sikap keras kepalanya, Harry, Ron, dan Hermione nampak memasuki pintu Hospital Wings. Mereka setengah berlari menghampiri Zea yang sudah sadar.

"Hey, kau sudah sadar?" Kata Hermione. Ron mendecih, "tentu saja, Hermione. Kau bahkan melihatnya duduk."

"Bagaimana keadaanmu? Apa masih sakit?" Harry langsung menengahi keduanya dan menatap gadis di hadapannya dengan khawatir. Madam Pomfrey memutuskan untuk kembali ke mejanya di ujung ruangan, bermaksud memberikan keempat anak itu ruang untuk saling berbincang. Sebelumnya Madam Pomfrey telah berpesan,

"Jaga dia ya. Jangan biarkan dia melangkah satu langkah pun dari tempat tidur." Ucap Madam Pomfrey sebelum pergi, ketiganya membalas dengan mengangguk.

"Better, kok. Terima kasih." Ucap Zea. "Dimana Remus? Apa sedang mengajar?"

Harry, Ron, dan Hermione terdiam dan saling menatap satu sama lain. Entahlah, rasanya tidak tega memberitahukan kabar itu pada Zea.

"Kenapa kalian diam? Remus baik-baik saja kan?" Zea kembali menyerbu ketiganya dengan pertanyaan. Zea yang mulai kehilangan kesabaran akibat tidak mendapat respon dari Harry, Ron, dan Hermione bergerak untuk melancarkan aksinya. Mengancam. "Aku akan mencari sendiri kalau kalian tidak mengatakannya."

"Hey! Tenanglah. Apa kau bahkan tidak mau tahu seberapa lama kau telah pingsan?" Kata Ron. Hermione membatin, kerja bagus, Ron.

"Berapa lama memangnya?"

"Lima hari, Zea. Lima hari." Ron menunjukkan kelima jarinya yang terbuka di depan wajah Zea.

"Kami semua sangat mengkhawatirkan mu. Seluruh murid Gryffindor bahkan bergantian menjengukmu. Selain kami, Seamus dan si kembar sih yang paling panik. Mereka bahkan tidak mau kembali ke asrama sebelum akhirnya dipaksa oleh Percy."

"Kami rasa Seamus memiliki perasaan padamu, Zea." Ucap Hermione setengah menggoda.

Zea mengernyit, "benarkah?"

"Kami rasa sih begitu. Oh, oh, bahkan beberapa murid asrama lain juga mengirimkan mu berbagai coklat dan manisan." Ucap Ron dengan semangat. "Tapi aku sudah memakannya sebagian sih, kau tidak marah kan?" Sambung Ron dengan takut-takut.

"Tidak. Toh aku tidak terlalu suka makanan manis." Jawab Zea. Ron memekik senang. "Apa itu artinya coklat-coklat ini juga bisa ku makan?" Ron menunjuk nakas Zea yang penuh dengan coklat dan manisan.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang