Setelah tugas pertama turnamen Triwizard dilaksanakan, kini seluruh kastil tengah ramai membahas penyelenggaraan Yulle Ball. Semuanya, tidak laki-laki, tidak perempuan, kecuali Zea. Gadis itu bahkan tidak berniat datang.
"Sudah ku bilang aku tidak akan datang." Katanya saat Fred terus menerus membujuk gadis itu untuk datang bersamanya.
"Ayolah. Kau tidak akan merasakan pesta seperti ini sepanjang tahun." Ucap lelaki jahe di depannya.
"Lalu aku akan datang ke sana penggunakan piyama tidur, begitu? Fred sudah ku katakan, aku bahkan tidak memiliki gaun."
"Akan ku belikan kalau begitu. Aku punya beberapa tabungan." Ucapnya. Lelaki itu masih tidak menyerah.
"Lakukan dan aku akan melempar seluruh mainan dan alat prank mu ke depan Molly!" Ancam Zea. Fred kembali menciut.
"Kau bisa datang ke sana dengan gadis mana pun Fred. Tidak harus aku." Sambung Zea. Fred menatap gadis itu dengan lemas. "Dan meninggalkanmu sendirian tanpa pesta?"
"Aku yang tidak menginginkannya. Kau mengajakku, dan aku menolak. Itu sepenuhnya kehendak ku. Kau tidak perlu merasa bersalah atau merasa perlu bertanggung jawab atas itu." Ucap Zea. Gadis itu menggenggam telapak tangan Fred yang hangat.
"Ku mohon pergilah. Kau bisa pergi dengan Angelina, Alicia, atau gadis-gadis cantik lainnya." Zea tersenyum dengan tulus ke arah Fred. "Pesta semacam ini tidak akan terjadi sepanjang tahun kan?" Lanjutnya. Gagal sudah. Fred mengalah. Gadis itu terlalu lembut, tapi juga keras kepala. Itulah mengapa lelaki itu serasa hampir gila mencintainya.
"Baiklah kau menang. Aku akan pergi. Jangan cemburu ketika aku menggandeng gadis cantik lain." Ucap Fred. Zea terkekeh pelan, "tidak akan. Karena di matamu, aku lebih cantik."
***
Zea tengah duduk begitu saja di taman, dengan memegang sebuah buku yang sama sekali tidak ia baca sebenarnya. Tidak masalah bukan? Lagi pula dia memang tidak seperti Hermione yang gila buku.
Alih-alih menatap ratusan huruf-huruf yang berjajar, Zea lebih suka memandang laki-laki tampan dari Dumstrang yang tengah berolahraga di depannya dengan tshirtless, menampilkan pemandangan roti sobek kotak-kotak. Zea tidak sendiri tentunya, gadis-gadis lain menikmati pemandangan yang sama dengan saling terkikik. Zea beberapa kali mengalihkan pandangan saat beberapa dari siswa Dumstrang tersebut meliriknya dengan malu-malu.
"Uhm, maaf menganggumu, Nona. Apakah kau keberatan jika berbicara sebentar." Ucap salah satu diantaranya. Zea tersenyum kikuk sementara gadis-gadis lainnya melirik dengan penuh keirian.
"T-tentu saja. Dengan senang hati." Ucap Zea. Gadis itu sedikit agak gugup.
"Namaku Alvin. Alvin Graunt." Lelaki itu menyodorkan telapak tangannya ke arah Zea, dengan malu-malu Zea menyambut jari jemari kekar tersebut.
"Zeannes Xavore." Balasnya. Laki-laki bernama Alvin tersebut tersenyum.
"Kalau tidak keberatan, bolehkah aku mengajakmu ke Yulle Ball bersama ku?"
Zea tergugup. Dia tidak memikirkan kemungkinan itu. Menolak lelaki dari Hogwarts sudah biasa, tapi lelaki kekar dengan tubuh indah dari Dumstrang?
"Maafkan aku Mr. Graunt aku takut akan mengecewakan dirimu, tapi aku tidak akan datang ke Yulle Ball." Jawab Zea. Gadis itu menyayangkan kesempatan bagus, berdansa dengan salah satu pangeran Dumstrang, tapi yah apa boleh buat.
Alvin nampak terkejut dalam beberapa detik. Mungkin lelaki itu tidak akan mengira bahwa dirinya akan ditolak. Meskipun begitu, Alvin kembali menampilkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Descendant
Fiksi PenggemarZeannes Jade Xavore. Seorang animagus yang mengambil wujud elang berekor emas. Dirinya tentu bukan sengaja menjadikan tubuhnya sebagai animagus, melainkan memang sudah menjadi kemampuan spesial yang turun menurun dari keluarganya. Saat dirinya berus...