IX. Kemunculan Grim

400 67 2
                                    


Mereka berempat berjalan beriringan menuju ke pondok Hagrid. Raut sedih nampak pada ketiga murid Gryffindor, Harry, Ron, dan Hermione sesaat mereka melewati seorang algojo yang tengah mengasah kapak besar di tangannya, sedangkan Zea berjalan dengan tenang. Meskipun begitu gadis manis tersebut tentu menyayangkan eksekusi Hippogrif, hewan yang menakjubkan tersebut.

"Aku tidak bisa mempercayainya. Apakah mereka akan benar-benar membunuh Buckbeak?" Ucap Hermione dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Kau tahu Lucius Malfoy, orang itu tidak akan membiarkan anak kesayangannya tergores bahkan oleh sebuah pisau selai." Timpal Ron.

"Oh kalian datang rupanya? Ingin melihat pertunjukkan?" Zea mendongak. Ketiga temannya nampak menggeram menahan amarah. Itu adalah Malfoy bersama dengan kedua asistennya yang setia, Crabbe dan Goyle.

"You! You fool, loathsome, evil little cockroach!" Dengan langkah cepat Hermione berjalan ke arah Draco. Gadis dengan rambut mengembang itu menodongkan tongkatnya tepat pada leher anak tunggal Malfoy. Membuat pria itu mendesis ngeri dan ketakutan.

"Hermione, No! He's not worth it." Ucap Ron. Perlahan gadis itu menurunkan tongkatnya. Draco terkekeh sinis sesaat Hermione menurunkan tongkat di genggamannya. Lelaki itu sudah menduga, Hermione tidak akan berani mencelakai dirinya.

Bugh!!!

Sebuah bogem mentah mendarat di wajah tampan Draco. Membuat suara 'krek' dari sana.

"Malfoy, are you okay?" Goyle dengan badan besarnya tergopoh-gopoh membantu Draco berdiri. Zea meringis melihat keberingasan gadis di hadapannya. Zea menduga hidung Draco patah karena pukulan keras itu.

Draco dan kedua pengawalnya lari begitu saja setelah itu, sesaat sebelum benar-benar menjauh lelaki itu masih sempat mengumpati Hermione.

"Ayahku akan mendengar ini, dasar kau mudblood sialan!"

"Rasanya sangat melegakan." Hermione menatap ketiga temannya.

"Melegakan? Itu fantastis." Ron memekik dengan semangat.

Keempatnya lantas bergegas menuju pondok Hagrid. Di depan pondok kumuh tersebut, Buckbeak duduk dengan rantai yang mengikat leher, menunggu detik-detik kematiannya.

"Hagrid. Hagrid. Apa kau di dalam?" Harry memanggil Hagrid dengan suara tertahan. Tak lama pintu itu terbuka, menampilkan lelaki dengan badan 10 kali lebih besar dan lebih tinggi dari Zea.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Masuklah. Cepat." Dengan langkah tergesa Zea, Harry, Ron, dan Hermione memasuki pondok itu.

"Kami ingin melihat Buckbeak di saat-saat terakhirnya." Ucap Ron. Hagrid beberapa kali mengusap air matanya dengan sebuah kain lap lusuh.

"Kau baik-baik saja, Hagrid?"

"Oh aku sedang tidak, Miss Xavore. Andai saja aku memenangkan persidangannya."

"Tidak masalah Hagrid, bukan salahmu. Musuh mu di persidangan adalah Lucius Malfoy. Aku justru ragu kalau dia kalah. Dia pasti melakukan apapun untuk memenangkan persidangan itu, menyuap, menggertak, atau apalah." Harry menenangkan Hagrid. Matanya benar-benar menyiratkan kebencian saat membicarakan Lucius Malfoy.

Harry merasakan kepalanya dihantam sesuatu. Ia mengusap belakang kepalanya dan menemukan batu kecil di sana. Ia lalu menatap jendela dan menemukan beberapa orang berjalan mendekat menuju ke arah mereka. Diantaranya Cornelius Fudge (Kepala kementrian sihir), Profesor Dumbledore, dan seorang algojo yang mereka lihat sebelumnya dengan menenteng kapak besarnya yang berkilat-kilat.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang