Setelah statusnya berganti menjadi penyidik resmi untuk Hogwarts, Umbridge semakin menjadi-jadi dengan peraturan konyolnya. Inspeksi yang dilakukan pada setiap Profesor di Hogwarts, Murid tidak boleh berdekatan satu sama lain, murid harus berpakaian rapi, penggunaan sihir diminimalisir untuk setiap situasi, pengetatan jam malam, larangan bagi organisasi siswa apapun, dan sederet peraturan lain yang ditempelkan di depan Great Hall. Semakin hari peraturan tersebut semakin banyak, hampir memenuhi satu bagian dinding.
"Wanita itu benar-benar mengerikan! Dia tidak mengajari kita mempertahankan diri, juga tidak mengajari kita untuk menghadapi OWL. Yang dilakukannya setiap hari hanyalah mengambil alih Hogwarts. Apa gunanya belajar di sekolah sihir jika tidak diperbolehkan menggunakan sihir!" Hermione mendesis kesal.
Sebagai seorang muggleborn, mempelajari sihir merupakan salah satu hal terbaik yang terjadi dalam hidupnya. Namun kini kesenangan itu dirusak begitu saja oleh seorang penyidik kementerian, Dolores Umbridge. Untung saja common room Gryffindor sedang dalam kondisi kosong. Hanya ada dirinya, Harry, Ron, dan Zea di sana.
"Tunggu sampai kau lihat hukuman macam apa yang ia gunakan pada murid, Hermione. Kau akan merasa semakin mendidih." Balas Harry.
"Ya, kau seharusnya melaporkan yang satu itu pada Profesor Dumbledore." Ucap Hermione.
"Tidak. Sudah berkali-kali ku katakan, kan? Profesor Dumbledore sedang dalam kondisi tidak baik. Dia bahkan menghindari diriku di setiap kesempatan."
Hermione kembali mendesah dengan putus asa. Ia mendudukkan dirinya begitu saja di sofa, tepat di samping Ron.
"Kau tahu, aku sudah lama memikirkan ini. Bahwa di saat waktunya tiba kita harus melakukannya sendiri." Hermione menautkan kedua tangannya, terlihat serius.
"Melakukan apa?" Timpal Zea. Gadis itu memincing, melirik curiga pada perempuan berambut mengembang itu.
"Belajar pertahanan terhadap ilmu hitam. Kita benar-benar membutuhkannya sekarang, kan?"
"Jangan konyol, Hermione. PR kita sudah banyak, belum lagi tugas prefek, dan kau malah ingin menambah kerjaan?" Balas Ron.
"Ini lebih penting daripada PR, Ron! Ini adalah tentang kesiapan." Hermione mendebat, tak mau kalah.
"Aku tidak menyangka ada yang lebih penting daripada PR untuk seorang Hermione Granger." Balas Ron sambil mendecih, terdengar sedikit mengejek.
"Jangan konyol! Tentu saja ada." Hermione melirik tajam ke arah lelaki berambut jahe tersebut. "Aku sedang membicarakan ucapan Harry saat pelajaran pertahanan ilmu hitam kemarin. Bukankah benar, bahwa teori-teori tidak bisa melindungi kita begitu saja dari apa yang terjadi di luar sana?"
Harry, Ron, dan Zea nampak berpikir.
"Kita perlu melakukan gerakan. Tidak hanya berkutat pada buku-buku." Ucap Hermione.
Zea sedikit terkekeh, "ku kira kau suka buku."
"Oh ayolah, Zea. Aku sedang serius."
"Oke-oke, nona serius." Balas Zea. Ron menahan tawa melihat ekspresi kesal Hermione.
"Ya mungkin kau benar. Tapi jika kau benar-benar serius, kita tidak bisa melakukannya sendirian. Kita perlu seorang guru." Kata Ron.
"Siapa? Profesor Lupin?" Kata Harry sambil meraih kaca mata bulatnya. Lelaki itu mengelap lensa yang sedikit berdebu.
"Tidak. Dia terlalu sibuk dengan orde dan perekrutan. Jangan sekali-kali kalian menganggu nya. Pekerjaannya sudah terlalu banyak, tahu." Ucap Zea dengan nada garang. Ron dan Harry nampak kembali berpikir, berusaha mencari kandidat lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/270617642-288-k701192.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Descendant
FanficZeannes Jade Xavore. Seorang animagus yang mengambil wujud elang berekor emas. Dirinya tentu bukan sengaja menjadikan tubuhnya sebagai animagus, melainkan memang sudah menjadi kemampuan spesial yang turun menurun dari keluarganya. Saat dirinya berus...