Kompartemen Hogwart Express telah penuh oleh para murid yang saling berebut mencari tempat duduk paling nyaman bagi mereka. Sepuluh menit lagi kereta akan berangkat itulah sebabnya beberapa siswa yang belum menaiki kereta nampak terburu-buru dan saling berebut untuk masuk, termasuk Zea.
Gadis itu nampak kesusahan dengan koper besar di tangannya. Koper miliknya mungkin tidak sebesar dan sebagus siswa yang lain, namun tetap saja memiliki berat yang lumayan akibat segala peralatan dan pakaian yang dijejalkan begitu saja di dalamnya.
“Butuh bantuan?” ucap seorang lelaki. Zea menoleh ke arah suara. “Harry. Ku pikir kau sudah masuk ke dalam.” Ucap Zea.
“Aku memang sudah masuk untuk meletakkan koperku. Kemudian aku kembali untuk mengambil Hedwig.” Ucap lelaki berkaca mata tersebut sambil mengangkat sebuah sangkar beserta burung hantu berwarna putih salju di dalamnya. Zea tersenyum dan mengangguk sebagai respon.
“Jadi, apa kau butuh bantuan?” tawar Harry sekali lagi.
“Tapi kau membawa Hedwig.” Ucap Zea sambil melihat burung hantu yang nampak terkantuk-kantuk di dalam sangkar yang dibawa oleh Harry.
“Begini saja, aku membawakan kopermu lalu kau bawakan Hedwig. Setidaknya Hedwig tidak seberat kopermu, kan?” Zea mengangguk atas saran Harry.
Dengan cepat keduanya saling bertukar barang bawaan. Bel sudah dibunyikan beserta uap yang mengepul tinggi dari kepala kendaraan di depan mereka menandakan bahwa keduanya harus segera bergegas menaiki kereta.
“Sudah dapat kompartemen, Zea?” Harry berhenti sesaat di lorong kereta sesaat keduanya telah berhasil masuk.
“Umm. Belum sih.” Gadis itu nampak celingukan mencari tempat untuknya dan kopernya.
“Keberatan jika bergabung denganku, Ron, dan Hermione? Kelihatannya tempat lain sudah penuh.” ucap Harry sambil tersenyum. Zea memekik senang, “tentu saja tidak. Terimakasih banyak, Harry. Kau banyak membantuku hari ini.” Ucap gadis berambut ikal tersebut.
Harry menanggapi dengan santai. “Tidak perlu merasa tidak enak.”
Harry lantas memandu Zea menuju kompartemen mereka. Saat pintu kompartemen terbuka mereka berdua tengah mendapati Ron dan Hermione berdebat seperti biasa, entah apa lagi yang kini sedang mereka ributkan.
“Oh hai Zea.” Ucap Hermione menyambut. Begitupun Ron, “Hai, Zee.” Ucapnya.
“Hai Ron, Mione.” Zea memilih untuk segera duduk dan meletakkan sangkar Hedwig di samping kakinya.
“Bulu kucingnya membuat sweater ku kotor. Mom pasti akan membunuhku jika tahu.” Ron mengadu pada Harry yang tengah mengangkat koper Zea untuk meletakkannya ke tempat penyimpanan barang di atas kepala mereka.
“Kau tinggal membersihkannya, apa susahnya?” seperti biasa Hermione tidak mau kalah.
“Kau saja yang bersihkan. Itu kan kucingmu.”
“Tapi yang terkena bulu adalah sweater mu.”
“Tapi itu harusnya menjadi tanggung jawabmu.”
“Tidak. Itu adalah masalahmu.”
“Hermione! Kenapa kau sangat meny—“
“Ada yang melihat Zea?” perdebatan keduanya langsung saja berhenti sesaat pintu kompartemen mereka dibuka dengan berdebum, kasar dan rusuh. Mereka sontak melihat ke arah pintu tersebut dan menemukan dua orang dengan wajah identik berdiri di sana sebagai pelaku.
“Oh disitu kau rupanya. Kami pikir kau akan ketinggalan kereta.” Ucap Fred.
George turut menimpali, “Kami bahkan berpikir kau tersesat atau diculik.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Last Descendant
FanfictionZeannes Jade Xavore. Seorang animagus yang mengambil wujud elang berekor emas. Dirinya tentu bukan sengaja menjadikan tubuhnya sebagai animagus, melainkan memang sudah menjadi kemampuan spesial yang turun menurun dari keluarganya. Saat dirinya berus...