XXXVIII. Final War. Hello Old Friend

342 41 3
                                    

Bunyi pop keras bersahut-sahutan di dalam ruangan Hog's Head yang tidak terlalu besar. Mereka mengendap-ngendap menuju pintu belakang untuk mencari si pemilik pub.

"Abeforth, kami butuh bantuan mu." Remus setengah berbisik.

Dari balik pintu ruangan, sebuah bola mata terlihat mengintip dari celah kaca. Kemudian sesosok laki-laki ber rambut perak yang Zea rasa mirip sekali dengan Profesor Dumbledore keluar dari sana.

"Ada apa? Kalian gila? Kalian datang ke sini seperti mau konvoi. Mau menyerahkan nyawa? Hah?" Pria itu terdengar marah di balik suaranya yang berbisik penuh tekanan.

"Kami harus membantu Harry. Tunjukkan kami jalannya, Abe." Molly membuka suara.

"Anak itu..." Desah Abeforth. Laki-laki itu nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berjalan menuju sebuah lukisan perempuan cantik yang tergantung di tembok.

"Ariana, buka aksesnya."

Lukisan itu terlihat bergeser. Ia terbuka seperti ada engsel yang menempel pada sisi piguranya. Zea memandang takjub, sebuah lubang sebesar ukuran badan orang dewasa mengaga di depannya.

"Masuklah. Ini akses menuju ruang kebutuhan. Anak-anak itu sering melewati jalan ini untuk meminta makanan padaku." Kata Abeforth.

"Anak-anak? Apa para anggota Dumbledore's Army?" Tanya Zea dengan penuh rasa penasaran. Sedangkan Abeforth sedikit berjengit, ada rasa tak nyaman saat gadis itu menyebut nama Dumbledore.

"Ya mungkin. Tak begitu tahu." Jawab laki-laki itu acuh.

"Ruang kebutuhan? Ruang kebutuhan yang mana?" Arthur terlihat mengangkat salah satu alisnya.

"Kami rasa kami tahu, bukan begitu Fred, Zea?" Kata George. Fred dan Zea mengangguk menanggapi.

Remus berjalan terlebih dahulu untuk memastikan jalur ini aman. Ia menggumamkan mantera lumos dan seberkas cahaya muncul begitu saja dari tongkat miliknya.

"Remus, aku tidak melihat Tonks. Dia baik-baik saja?" Tanya Zea. Gadis itu berada persis di belakang tubuhnya.

"Ya dia baik-baik saja. Ah rasanya aneh karena aku kembali mengatakan berita bahagia di saat yang tidak tepat. Tapi Tonks sudah melahirkan Zea. Aku punya seorang putra sekarang." Jawab Remus.

Jika saja Zea tidak berada di belakang tubuhnya, gadis itu pasti bisa melihat wajah Remus yang berbinar.

"Astaga. Benarkah? Selamat Remus. Aku sungguh ingin bertemu dengan malaikat kecil mu sekarang. Pasti sangat lucu ya. Siapa namanya?" Mata Zea membulat antusias.

"Tedd. Teddy Lupin. Dan tahukah kau apa yang membuatku lebih bahagia lagi?"

"Tedd mewarisi gen ibunya sebagai Methamorphagus. Untung saja dia tidak menjadi manusia serigala sepertiku." Ucap Remus. Nada bahagia jelas terdengar dari sana.

"Sungguh sebuah berita bagus, Remus. Aku bahagia sekali mendengarnya."

"Ya. Kau harus menengoknya setelah perang. Tedd pasti senang sekali memiliki bibi cantik sepertimu."

"Apa aku boleh ikut? Anakmu pasti akan senang memiliki calon paman yang tampan sepertiku, Remus." Ucap Fred yang berjalan di belakang Zea.

Remus tertawa singkat. "Tentu saja, Fred. Tedd pasti akan senang sekali." Jawab Remus.

Ada gelenyar bahagia saat Zea mendengar perbincangan keduanya. Ia merasakan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Zea tersenyum. Dadanya terasa menghangat.

***

"Harry berada di Great Hall. Snape melihat kami di Hogsmeade lalu dia berusaha mengumpulkan seluruh murid. Yang Harry coba lakukan adalah mengulur waktu hingga kalian datang." Ucap Hermione. Nada cemas terlihat jelas di wajah cantiknya.

Last DescendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang