Begitulah awalnya mengapa Zea tidak kembali ke Burrow saat liburan semester genap. Gadis tersebut juga tidak menaiki Hogwarts Express seperti biasa, melainkan diantarkan langsung oleh Profesor Dumbledore menuju markas besar Orde Phoenix di Grimmauld Place 12, yang berada di London.
"Ini adalah organisasi bentukan ku untuk melawan Voldemort sejak puluhan tahun yang lalu." Penjelasan singkat Profesor Dumbledore ditanggapi dengan anggukan lemas dari Zea.
Saat mereka datang, beberapa anggota Orde menyambut kedatangan Dumbledore dengan sangat baik. Belum sempat Zea menyapa Remus, seorang perempuan berambut ungu dengan penampilan eksentrik menuntun Zea ke kamar yang terletak di lantai dua saat Profesor Dumbledore mengatakan ingin menggelar rapat singkat.
Seorang peri rumah tua nampak menggerutu di depan sebuah lukisan tua yang tertutup kain gorden lusuh. Perempuan berambut ungu itu cepat-cepat mengusirnya saat peri rumah itu menatap Zea dengan pandangan yang sama sekali tidak ramah.
"Hush! Pergilah Kreacher. Kau menakutinya dengan muka jelekmu!" Ucap perempuan itu. Peri rumah tua yang dipanggil Kreacher tersebut terlihat bergerak untuk menyingkir.
"Yah selamat datang di kamar ku yang secara teknis akan menjadi kamar mu juga. Aku cuma sementara tinggal di sini. Kau tahu, akhir-akhir ini banyak rapat kan?" Ucap perempuan itu dengan kikuk. Ia terlihat tersenyum, lebih ke nyengir, berusaha membuat Zea nyaman.
"Terimakasih." Jawab Zea singkat. Perempuan di depannya kembali bergerak canggung.
"Aku Tonks. Nymphadora Tonks." Ucapnya sambil menyodorkan tangan.
Zea menjabat tangan tersebut, "aku Zeannes Xavore. Senang bertemu denganmu Nymphadora."
"Oh tidak. Tolong panggil aku Tonks saja. Tidak nyaman sekali dipanggil menggunakan nama depanku." Kata Tonks. Zea terlihat sedikit lebih cerah. "Benarkah? Tapi nama mu terdengar hebat." Kata Zea.
"Kau bergurau? Nymphadora terdengar kuno." Jawab Tonks. "Zeannes, itu baru nama yang keren." Sambungnya.
"Terimakasih. Tapi kau sungguh melucu, Tonks. Zeannes terdengar aneh. Aku tidak suka dipanggil Zeannes. Zea saja." Ucap Zea.
"Wow, you are just same as i am, girl!" Pekik Tonks. Perempuan itu nampak sangat bersemangat. Tangannya terlihat merapikan seprei dengan asal.
"Ah aku selalu tidak berhasil melakukannya tanpa sihir." Tonks meraba saku jaket kulitnya, mencari tongkat disana.
"Tidak perlu tongkat. Aku akan membereskannya nanti. Terimakasih karena sudah membantu." Ucap Zea. Tonks tersenyum, tidak sekikuk saat pertama.
Profesor Dumbledore telah pergi beberapa saat lalu. Begitu pula dengan anggota orde lainnya, meninggalkan Sirius sebagai pemilik rumah, Remus, Mad-Eye Moody, Tonks, dan juga Zea di sana.
Meja panjang tersebut terasa sangat dingin, wajah para laki-laki terlihat mengeras, begitu pula dengan Remus. Laki-laki itu bahkan belum memeluknya sejak ia datang.
"Zea..." Sirius membuka suara. Remus melirik laki-laki berambut berantakan tersebut dengan ragu.
"Kau sudah tau misi mu dari Dumbledore, kan?" Sambung Sirius.
Zea mengangguk. "Belajar mengendalikan kutukan ku dengan Mad-Eye Moody." Ucapnya. Sirius mengangkat salah satu alisnya. "Lalu?"
"Lalu?" Zea nampak berpikir. Memang hanya itu yang di ucapkan Profesor Dumbledore padanya. Memangnya ada lagi?
"Sepertinya dia belum tahu, Remus." Ucap Sirius. Zea memandang ke arah Remus. Laki-laki itu nampak memijit pangkal hidungnya dengan pelan kemudian menatap Zea dengan intens. Gadis itu agak grogi dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Descendant
FanficZeannes Jade Xavore. Seorang animagus yang mengambil wujud elang berekor emas. Dirinya tentu bukan sengaja menjadikan tubuhnya sebagai animagus, melainkan memang sudah menjadi kemampuan spesial yang turun menurun dari keluarganya. Saat dirinya berus...