7. Es krim cair

10 1 0
                                    

Siang ini aku menarik-narik tangan Ayu. Melewati lapangan untuk menuju suatu kelas. Bagaimana tak geram sudah hampir tenggat, tapi Ayu malah jongkok, tidak melanjutkan jalan.

"Ayu! Cepet dong! Kalau Rafasya nya keburu pergi gimana?"

Ayu membenarakan tali sepatunya yang copot, menatap ke arahku bengis.

"Es krim dua rebuan juga!"

Aku memencak mencak kesal, "Yu! Ini tuh bukan masalah es krim nya. Aku tuh mau liat wajah Rafasya tuh yang mana, dia tuh yang mana, cuman itu! Es krim nya itu bonus!"

Ayu kembali berdiri, sekarang giliran dia yang menarikku.

"Kita buktiin kebenaran si Rafasya itu!"

Aku bisa saja tersungkur apabila aku tidak bisa menjaga keseimbangan. Sesampainya di depan kelas. Kelas 7 E. Tidak ada sepucuk rambutpun berdiri di sana.

Ayu menatapku tajam, "Mana? Mana Embun mana? Enggak ada kan, kamu ga usah banyak ngarep lagi deh. Kalau emang iya Rafasya mau kasih kamu hadiah, seharusnya Rafasya yang dateng ke kamu duluan, bukan kamu yang nyamperin Rafasya, kesannya, kaya kamu yang butuh dia, udah ya Embun, kita balik ke kelas."

Aku menatap nanar ke arah sana, tega sekali Rafasya berbohong pada ku. Aku kecewa pada Rafasya, aku tidak mau melihat Rafasya.

Aku berjalan mendahului Ayu, menunduk sendu.

"Udah enggak pa-pa, mungkin dia ada di Masjid, dia harus sholat jum'at," suara Ayu menghiburku.

"Tapi kan orang lain juga masih pada di luar, kenapa Rafasya enggak ada di kelas nya. Rafasya bohong!"

Aku mempercepat langkah, ingin kembali ada di kelas. Naya yang sudah selesai dengan ritual makan siangnya menatap ke arahku.

"Kenapa dia Yu?" tanya Naya.

Ayu duduk di sampingku, lalu menatap ke arah Naya.

"Patah hati dia, sama Rafasya yang adik kelas itu loh, niatnya sih dia mau kasih hadiah, cuman waktu dicek dianya enggak ada."

"Ooh gitu, Embun udah punya pacar baru ya sekarang?" tanya Naya kalem.

"Rafasya bukan pacar aku Naya, kenapa sih Rafasya enggak ada? Katanya dia janji mau kasih aku es krim," aku masih cemberut.

"Emm, bukannya kamu enggak tau ya Rafasya itu yang mana?"

"Iya tuh Bun! Bukannya kamu enggak tau?"

Aku menggeleng lemah.

"Kalau kamu enggak tau Rafasya itu yang mana, gimana kamu bisa mengklaim kalau tadi Rafasya enggak ada di sana?" tanya Naya lagi.

"Tapi Rafa bilang kalau ada laki-laki yang bawa es krim itu dia, tapi tadi di sana enggak ada orang!" jawabku penuh emosional.

"Eh Embun!" ucap Ayu.

"Kenapa?"

"Tadi, ada satu orang yang ada di sana. Laki-laki pake kacamata, di dalem kelas. Cuman dia ga bawa es krim sih."

Aku mendelik, "Berarti itu bukan Rafasya Ayu."

"Kalau dia itu Rafasya, gimana?" tanya Naya.

"Tetep aja, percuma! Aku enggak liat dia, apalagi dia ga bawa es krim, kalau itu bukan Rafasya kan malu!"

Ayu dan Naya menggelengkan kepala, jengah terhadapku. Pokoknya aku kecewa sama Rafasya.

~••~

Mood-ku kembali membaik, bagaimana tidak? Aku terlalu mengharapkan Rafasya. Sampai aku tidak sadar, aku mempunyai dua teman karib yang memberiku hadiah.

Ayu memberiku notebook kecil, bisa aku pakai untuk catatan harian. Sedangkan Naya memberiku tempat pensil, ditambah dua pensil faber castel di dalamnya.

Aku memeluk Ayu juga Naya, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih saja. Mereka berdua memang terbaik.

Setelah sampai di rumah, aku memotret hadiah itu. Lalu aku posting distatus whatsapp dengan caption "Terimakasih kedua sahabatku, i love you."

Aku segera mandi air hangat, setelah makan, aku mengerjalan PR. Ditemani lagu hivi "Siapkahkah kau tuk jatuh cinta lagi"

Playlist sudah habis, kamar ku kembali sunyi. Aku membuka whatsapp, sudah ada sepuluh orang yang melihat status whatsapp ku, bukan, sekarang bertambah satu, saat itu juga pesan baru masuk ke layar beranda.

Rafasya
Kamu tadi kemana? Aku tunggu kok enggak dateng-dateng?

Sebenarnya aku malas menjawab, tapi aku juga tak rela jika tidak menjawab pesan dari Rafasya.

Embun
Aku udah kesana, enggak ada siapa-siapa di sana. Kamu bohong

Rafasya
Eits! Jangan gitu dulu
Dari jam istirahat kedua dimulai, aku udah stay di depan kelas. Malah aku enggak liat kamu di sana

Embun
Jadi kamu nyalahin aku?

Rafasya
Udah enggak usah marah

Embun
Tapi es krim nya?

Rafasya
Iya, aku nunggu kamu gak ada terus. Es krim nya cair, daripada dibuang, ya aku makan aja, dari pada mubadzir

Embun
Tapi kenapa kamu ga di sana aja walaupun enggak bawa es krim?

Rafasya
Aku ada di sana Embun
Aku tetep nunggu kamu, cuman aku ga bawa es krim aja

Embun
Gimana aku mau tau kamu ada di sana!
Aku kan enggak tau Rafasya itu yang mana
Kamu main-main aja ya sama aku?
Fa! Kamu ngebuat aku marah!

Rafasya
Eh enggak gitu Embun

Dia masih mengetik, namun aku segera menutup ponselku. Saat itu aku tidak mau mengetahui alasan Rafasya berbuat seperti itu.

Rafasya yang tahu aku, seharusnya Rafasya yang menghampiriku. Bukannya aku yang harus mencarinya. Itu membuatku bingung.

Hari ini aku marah kepada Rafasya, namun untuk besok, sepertinya aku harus mencari tahu, Rafasya satu ekstrakurikuler dengan ku. Itu berarti, cepat atau lambat, aku akan segera bertemu Rafasya.

~••~


Salam manis,

Airis Yulia

Rafasya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang