Sebelum membaca, ada saran nih dari aku. Coba kalian dengerin lagu first love yang dilantunkan oleh Sondia, atau versi epitone project. Semoga bisa mengurangi kehambaran cerita ini :D
~••~
Tidak tahu kenapa, sepatuku terasa bagai fatamorgana yang memanjakan mata. Aku selalu gugup apabila melihat ke samping. Menatap laki-laki manis yang kini namanya selalu ada di hati ku.
"Mari kita lupakan masa lalu, ini cerita baru kita berdua," ucapnya.
"Iya, Rafasya, hanya ada kita berdua."
"Aku beruntung bisa bertemu kamu," ucapnya lagi.
Aku memandangi Rafasya. "Aku yang beruntung bertemu kamu, karena kamu, aku gak sedih lagi, menurut aku kamu adalah cinta pertama ku. Perasaan yang datang dengan begitu cepat jatuh ke kamu, mengalihkan dunia aku. Entah berapa juta terima kasih ku untuk kamu, Rafasya." Aku tidak pernah merasakan seaman ini, jadi begini lah rasanya jatuh cinta, dan dicintai.
"Kita jalani ini segimana mestinya, aku selalu menyukaimu," ucap Rafasya.
Aku benar-benar orang paling bahagia atas kehadiran Rafasya, bodohnya orang yang telah membuang Rafasya, tapi, terima kasih kepada orang yang telah mengantarkan Rafasya untuk bertemu lalu menghampiri ku.
Rafasya memandangiku. "Kalau dilihat-lihat kamu itu sering berpikir ya, kamu bahkan memikirkan terlalu lama untuk ngucapin sesuatu."
"Aku cuman gak mau, kalau ada orang yang ngerasa kecewa gara-gara ucapan ku."
"Berpikir sebelum bicara bagus, tapi jangan ngebiarin diri kamu terlalu banyak berpikir sehingga ada orang yang menyalip jalan kamu. Agar kamu gak selalu ditindas." Aku terkejut dengan apa yang diucapkan Rafasya.
"Aku gak suka liat kamu merasa takut sama temen-temen kamu, kamu jangan merasa kecil dibandingkan orang-orang, tunjukan kalau Embun berubah, Embun yang berani!" katanya menyemangatiku.
Aku mengangguk patuh pada nya.
Aku merasakan kantuk karena kerja lembur semalaman, mengerjakan tugas, dan tidak bisa tidur dengan nyenyak entah karena apa. Aku melihat suasana sekolah yang sudah sepi ini.
Lepas dari kegiatanku kemarin malam. Bagaimana aku tidak merasakan kantuk, jika di sekelilingku ini tanaman yang membuat sejuk. Cantiknya anggrek gantung yang menghiasi depan kelas. Tidak lupa beberapa pohon beri juga tanaman mirip kaktus yang mulai berbunga.
Terlihat juga beberapa tanaman sayur dan obat-obatan yang tentu dirancang oleh anggota adiwiyata.
"Kamu, kapan pertama kali lihat aku? Dan apa yang ngebuat kamu tertarik sama aku?"
Ini wajar kan? Aku menanyakan hal itu, setidaknya aku mengetahui keunggulanku yang berhasil membuat orang lain tertarik.
"Waktu pemilihan ketua eskul."
"Ooh."
"Bahasa kamu, puitis juga, ya," ucap Rafasya mengoreksi gara bahasa ku.
"Aku jadi kepikiran pengen jadi penulis, awalnya pengen jadi arsitek, jadi desainer, dan sekarang aku pengen jadi penulis," terangku.
"Cita-cita kamu bagus."
"Terima kasih, kamu tau? Aku nulis puisi buat kamu, tapi, aku gak bakalan ngasih tau kamu lebih dulu. Udah beberapa puisi yang aku tulis buat kamu," kataku lalu tersenyum ke arahnya.
"Suatu saat, kamu bakalan ngasih tau aku puisi itu?" tanya nya.
"Aku pasti tunjukin itu ke kamu," ucap ku memberikan janji.
"Terima kasih, karena udah suka sama aku. Aku tau gak ada yang harus dibanggain dari aku, tapi orang yang menyukai ku, adalah orang yang tulus, aku percaya itu. Kamu selalu menerima aku apa adanya kan?" Rafasya menggenggam tanganku.
"Aku pasti akan selalu ada, selamanya," lirihku, "setiap saat, setiap harinya, rasa suka ku ke kamu selalu bertambah dan bertambah. Mungkin aku sudah mencintai mu."
Aku kembali mengalihkan pandangan ku pada Rafasya. "Aku cinta kamu."
"Embun, mulai saat ini, kamu jadi pacar aku. Kamu gak keberatan kan?"
Hati ini seakan dibom bardir oleh penjajah, seorang penjajah yang malah berbaik hati, menimbulkan rasa bahagia dan ketenangan para tawanan perang, rasa tidak percaya ini lah yang membuat jantung terasa melaju dua kali lebih cepat dari biasanya.
Aku malah memalingkan wajah, gugup dan tiba-tiba lidah ini menjadi kelu. Kotak suara meronta ingin teriak. Tangan ku mengepal menahan diri agar tidak melompat-lompat kegirangan. Wajah ku yang mulai terasa memanas menimbulkan kesan memalukan.
Rafasya mengubah posisi duduk nya, yang awalnya di sampingku kini pindah ke depan. Memegang kedua bahu ku.
"Embun?" tanya nya.
Aku mengangguk cepat sebagai jawaban, menyingkirkan tangan nya yang memegang pundak ku.
"Terima kasih, Embun."
Aku terdiam sesaat, menetralkan semua gejala yang tiba-tiba datang sebagai hadiah manis.
"Kamu tau?" tanyaku setelah aku merasa sudah kembali bisa berbicara, "baru kali aku pacaran."
Rafasya tertawa. "Kalau aku pernah denger sih, anak SMP katanya dilarang pacaran, masih kecil dan belum terlalu mengerti, tapi mau gimana lagi kan? Kalau suka sama orang tapi terus-terusan dipendem malah menimbulkan penyakit."
Aku juga setuju atas apa yang Rafasya bilang, mungkin pernyataan itu dibenarkan oleh sebagian orang. Tapi kali ini, aku mengklaim bahwa pernyataan itu kurang tepat. Mungkin, karena aku sudah punya pacar.
Apakah boleh aku merasa belum percaya? Apa kah selama ini aku masih bermimpi dari tidur panjang karena patah hati dari Cakra?
Apa pun itu, aku sangat bahagia.
~••~
Aku pulang ke rumah dengan perasaan masih berbunga-bunga. Dua minggu lagi Ujian Kenaikan Kelas dan aku malah punya pacar. Apa kah aku sudah cukup punya perbekalan untuk ujian? Ah memikirkan itu, membuat kantuk ku kembali hadir.
Setelah mandi, memakai baju tidur, dan makan. Aku kembali naik ke atas kasur. Membuka ponsel yang sejak tadi siang tidak aku aktifkan.
Jujur, aku jarang mendapatkan pesan dari Naya atau Ayu. Kami lebih sering bicara secara langsung.
Aku melihat kontak Rafasya, dia pasti sudah sampai rumah. Berawal dari Ayu yang mengatakan sudah tak asing melihat Rafasya di sekitar kompleknya, opini itu diperkuat oleh Cahaya sehingga alhasil menjadi fakta. Rafasya memang tinggal di komplek yang sama dengan Ayu. Artinya, dekat juga dengan sekolah.
Apa kah aku harus mengganti nama kontaknya? Rafasya ditambah emoji cinta. Atau Rafasya sayang ku? Aish, itu terlalu berlebihan.
Baru saja aku akan mengganti nama Rafasya dikontak ku. Ada telepon masuk yang sontak menbuat aku terkejut.
Total bulan ini, aku membolos selama satu minggu dipekerjaan paruh waktu ku. Sambil merapalkan do'a, aku mengangkat telepon nya. Semoga, aku tidak kena pecat. Aku mohon, jangan!
~••~
Hayo ngaku, kalian pacaran diusia berapa tahun?
Salam manis,
Airis Yulia
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafasya ✔
Teen FictionStory *3 by Airis Yulia Hanya untuk mengenang, mempelajari, mudah dilupakan atau tidak, semoga apapun yang telah terjadi adalah yang terbaik. selamat membaca bagian akhir dari kisah, "ketika Embun jatuh cinta, kepada sang pemilik Kaca Jendela."