Beberapa hari telah berlalu, aku juga sudah tidak terlalu mempermasalahkan tentang Rafasya yang sangat dekat dengan __hmm anggap saja dia Jihan.
Besok adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas, besok hanya tinggal satu pelajaran, yaitu PJOK. Aku membaca buku dengan tidak semangat, aku benar-benar tidak menyukai olahraga baik materi ataupun praktek. Tapi entah kenapa, aku selalu mendapatkan nilai baik dari pelajaran ini.
Hubunganku dengan Rafasya baik, seperti biasa kami selalu berbalas pesan, telepon, dan aku seperti biasa selalu mengomeli Rafasya karena ia bermain game dari pulang tarawih sampai sahur. Dalam artian dia tidak tidur semalaman dan siang hari sepulang sekolah ia baru tidur lelap.
Cintaku Rafasya
Tanggung, sebentar lagi aku tidur kokEmbun Yuniata
Besok masih ada satu pelajaran lagi Rafasya, kamu harus istirahatCintaku Rafasya
Lah kamu sendiri kenapa belum tidur?Embun Yuniata
Aku mau pastiin kalau kamu udah tidur, baru aku juga mau tidurCintaku Rafasya
Aku lagi main game dulu bentar, nanti aku tidur, aku janji bakalan tidur malem iniEmbun Yuniata
Janji ya? Aku gak bakalan peduli loh kalau kamu sakit gara gara jarang tidurEmbun Yuniata
Embun
Kamu udah terlalu banyak ingetin aku, aku pasti inget
Aku baca Al-Qur'an setiap hari karena diingetin kamu
Aku juga baca buku
Aku juga makan dengan baik
Tapi buat game, tunggu ya, ini gak bisa dinanti-nantiAku tidak membalas pesan dari Rafasya lagi, aku juga ingin memahami Rafasya. Ia pasti bosan seharian karena belajar, jadi, aku biarkan ia bermain game kesukaannya sepuas yang ia mau.
Mau bagaimana pun juga, aku sudah terlanjur menyayangi Rafasya. Aku tidak mau jika Rafasya akhirnya marah dan tidak mau menghubungiku lagi, satu hari tanpa Rafasya saja sudah membuatku merasa sepi.
Aku enggan membaca lagi, akupun menutup buku. Melihat jam, ternyata sudah pukul empat sore, aku ada janji dengan Cahaya pukul setengah lima.
Aku mengikat rambut, memakai bedak dan bibir dipulas dengan lip theraphy, setelah aku rasa cukup, akupun keluar kamar.
Aku dikejutkan sesuatu, orang yang sedang duduk di samping Mama ku melihat ke arah ku sambil melambaikan tangan.
"Cahaya!" sapaku.
Ia tersenyum lalu berdiri. "Di rumah aku bosen, nunggu setengah lima terasa lama banget, jadi aku inisiatif buat ke rumah teteh duluan." Cahaya berjalan ke arah ku.
"Gak pa-pa, lagian tadinya juga teteh mau ke rumah kamu sekarang, emang, ya, kalau bulan puasa waktu tuh seakan lama banget," ucapku.
Kami berdua terkekeh, Cahaya memang ajaib. Padahal, kami baru bertemu beberapa bulan, tetapi seperti sudah berteman bertahun-tahun.
Aku dan Cahaya bepamitan pada Mama lalu pergi dari rumah. Tempat tujuan kami tiada lain tiada bukan adalah taman perbatasan antara dua komplek. Aku menyebutkan taman bagus dan gratis. Nama yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafasya ✔
Teen FictionStory *3 by Airis Yulia Hanya untuk mengenang, mempelajari, mudah dilupakan atau tidak, semoga apapun yang telah terjadi adalah yang terbaik. selamat membaca bagian akhir dari kisah, "ketika Embun jatuh cinta, kepada sang pemilik Kaca Jendela."