Kini, satu kelas sudah tahu bahwa aku dan Rafasya pacaran. Karena itulah, aku merasa kisahku dimulai kembali.
Aku seperti seorang yang baru masuk sekolah dan disambut dengan senyuman orang lain, ada yang menyapaku, ada yang berbicara padaku.
Kelas unggulan ini, ternyata tak seburuk yang aku pikirkan sebelumnya.
Mereka memang sangat bersaing ketat, tak sedikit orang yang keberatan apabila ada tugas kelompok, kenapa tidak, mereka ogah membagi nilainya kepada orang lain. Sepelik itu.
Tetapi, apabila kita seseorang yang tergolong menonjol, pasti akan ditemani. Seperti itu.
Aku bingung antara harus mengucapkan banyak terima kasih atau rutukan pada Rafasya, terlalu banyak menjadi sorotan orang-orang membuatku agak risih.
Hari ini kegiatan ekstrakurikuler dimulai kembali setelah sebelumnya banyak terhambat karena Ibu Fatimah menunaikan ibadah umrah. Aku menghembuskan nafas saat melihat daftar hadir anggota yang semakin menurun setiap minggunya. Sebagai ketua, aku merasa gagal, apakah program kerja yang aku rancang terlalu membosankan untuk mereka?
"Mulai sekarang, harus program aku yang dijalanin, setuju?" kata Via.
Aku memberikan daftar absensi pada Ratna tanpa melirik sedikitpun ke arah Via.
Saat aku akan bergabung dengan anggota yang sedang mencabut rumput liar, terdengar orang yang memanggil namaku.
Aku berbalik. "Iya?"
Rafasya berjalan ke arahku bersamaan dengan sahabatnya itu. Naura.
"Dia mau daftar Adiwiyata juga, gak papa kan? Lagian, banyak anggota yang keluar," tanya Rafasya.
Aku tersenyum lalu mengangguk. "Boleh, pintu Adiwiyata terbuka lebar untuk siapapun saat ini. Diterima tanpa syarat," jawabku.
Naura ikut tersenyum, ia mengulurkan tangannya padaku.
Aku berjabat tangan dengan Naura, untuk yang pertama kalinya.
"Selamat bergabung, semoga betah ya di sini," ucapku menyambutnya.
"Makasih, Kak."
"Dan semoga hubungan kita juga baik, ya," aku bersuara lagi.
Rafasya melihatku dengan tatapan aneh, dirasa suasana menjadi sedikit canggung aku pun melepaskan jabatan tanganku.
"Ya udah, sekarang aku mau ajakin Naura keliling sini, ya, perkenalan Adiwiyata. Dan satu lagi, kayanya aku bakalan ajakin banyak anggota OSIS ke sini deh, soalnya pelestarian lingkungan ada di dalam program kerja OSIS," ucap Rafasya.
Aku mengangguk dan memberi jalan kepada mereka untuk pergi mendahuluiku.
"Seharusnya yang ajakin anggota baru buat perkenalan itu aku," ucapku dalam hati.
Aku memandangi mereka, Naura terlihat sangat senang bersama dengan Rafasya. Jujur saja, aku mulai tidak menyukai pemandangan ini.
Untuk mengalihkan pandangan, akupun bergabung dengan anggota yang lainnya untuk mencabut tanaman liar.
~••~
Hari senin kembai tiba, secepat itu waktu berlalu. Kurasa aku saat ini sangat tidak menyukai Rafasya.
Bayangan tentang Rafasya yang malah bermain dengan Naura saat Adiwiyata terus teringat, teringat ketika Rafasya menggemburkan tanah menggunakan sekop, Naura yang menaburkan bibit mawar, juga saat mereka akhirnya menyiram tanaman mereka bersamaan.
Aku merasa marah ketika Naura banyak bertanya pada Rafasya, aku semakin marah ketika Rafasya menjelaskannya dengan detail sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafasya ✔
TeenfikceStory *3 by Airis Yulia Hanya untuk mengenang, mempelajari, mudah dilupakan atau tidak, semoga apapun yang telah terjadi adalah yang terbaik. selamat membaca bagian akhir dari kisah, "ketika Embun jatuh cinta, kepada sang pemilik Kaca Jendela."