Aku mengawali pagi dengan senyuman.Itung-itung beribadah,semoga saja dosa ku terhapus sedikit demi sedikit.
"Lagi kasmaran ya? Kebiasaan deh senyum-senyum sendiri terus?" suara adik ku diambang pintu.
"Nggak, 'kan senyum itu ibadah,ini teteh¹ lagi ibadah," seruku.
Aku beranjak dari kasur,lalu keluar kamar untuk menggosok gigi,mencuci muka,tak mandi.
Sesampainya di depan rumah Ayu,yang aku lakukan hanya diam sambil menggenggam botol minum yang isinya tinggal setengah.
Sudah hampir setengah jam aku diam,bermodalkan keberanian yang full aku ketuk pintu rumah walaupun tindakan itu tidak sehat bagi jantungku saat ini.
"Udah dateng ya?" tanya Ayu lalu membuka pintunya lebar,disana terlihat Naya yang sedang duduk diruang tamu.
"Ayu,aku mau minta maaf sama kamu juga Naya.Maaf,karena aku suka sama Cakra,padahal,Cakra sukanya sama Naya.Maaf karena aku menyalahartikan perlakuan Cakra ke aku," kataku to the point.
"Sekarang udah sadar kan? Cakra gak suka kamu!"
Aku diam seribu bahasa,lalu tersenyum miris pada diriku sendiri.Embun,lemakmu menimbun di pipi dan paha,mana ada Cakra suka sama kamu! Mungkin,mengakui dirimu sebagai temannya saja Cakra harus menutup pipi merahnya karena malu.
"Iya Ayu,aku tau Cakra gak mungkin suka sama aku,"dengan langkah kaki yang terasa berat,aku berusaha menjauh dari hadapan Ayu.
Ya,setelah kehilangan Cakra,aku harus siap kehilangan Ayu dan juga Naya kali ini.
Mengusap air mata yang membasahi pipi aku kembali berjalan untuk pulang.
Dulu,saat masih kelas tujuh.Cakra,si tinggi putih anak PMR,hanya dialah satu-satunya orang yang menganggap ku ada.Dia yang selalu menanyakan kabarku setiap hari.
"Bun,kamu sehat hari ini? Kenapa kamu diem aja dari tadi," tanya Cakra pada saat itu.
"Aku cuman iri sama mereka Cakra,kenapa mereka dengan mudahnya bergaul,punya teman sekelompok.Sedangkan aku? Gimana ya rasanya punya teman belajar bareng?" keluhku.
Aku tau sebenarnya Cakra menatap ku,tapi aku enggan menatap Cakra balik.
"Aku 'kan temen kamu Embun!"
"Iyaa aku tau,tapi kan aku juga pengen punya temen perempuan biar bisa aku ajak make up-an!" kataku lalu berbalik menghadap Cakra.
"Eh,aku belum ngerjain PR matematika,liat dong punya kamu!" ucap Cakra tidak tau diri.
Aku melipat tangan didepan dada "Cakra,kamu jangan mengalihkan pembicaraan aku dong!"
"Aku belum ngerjain PR dan itu nyata! Makanya aku pengen liat ke kamu Embun,sayangku!"
Hah? Apa ini? Mengapa aku merasa bahagia hari ini,ini pertama kali Cakra mengucapkan 'sayang' padaku setelah pertemuan kami sekitar sembilan bulan yang lalu.
"Kamu bener-bener sayang sama aku Cakra? Emang ada ya orang yang mau sayang sama aku? Aku 'kan ga punya teman,semua orang ga sayang sama aku," tanyaku beberapa hari kemudian setelah Cakra mengucapkan sayang padaku.
"Biarin,jadi aku satu-satu nya orang yang sayang sama kamu."
Umurku sepuluh hari lebih tua dari Cakra,saat Cakra ulang tahun ke tiga belas aku memberi dia gelang couple berwarna biru tua.Gelang yang tergantung dipergelangan tanganku memiliki gantungan berbentuk kunci mini.Sedangkan yang dipakai Cakra memiliki gantungan berbentuk gembok mini.
"Kenapa kamu kasih ini?" tanya Cakra setelah aku kagetkan ia dengan menutup matanya dari belakang.
"Aku kunci kamu gembok,dan gembok nya tertutup,cuman aku yang bisa buka gembok ini.Artinya,kita tidak akan berpisah,terkecuali kalo aku yang buka gembok ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafasya ✔
Teen FictionStory *3 by Airis Yulia Hanya untuk mengenang, mempelajari, mudah dilupakan atau tidak, semoga apapun yang telah terjadi adalah yang terbaik. selamat membaca bagian akhir dari kisah, "ketika Embun jatuh cinta, kepada sang pemilik Kaca Jendela."