Suara rekaman mengaji menggema dari seluruh masjid. Pukul tiga shubuh Mama membangunkan ku untuk makan sahur. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sahur hari pertama adalah saat-saat yang paling menyenangkan. Aku pun bersemangat karena akan menunaikan ibadah puasa hari pertama.
Dihidangkan nasi yang masih mengepul juga sosis goreng yang gurih, aku duduk di depan televisi. Menonton siaran lawak yang entah mengapa aku merasa bahwa lawakannya tidak lucu. Terkadang aku berfikir bahwa mereka shooting diwaktu sahur, apakah mereka tidak sahur?
Aku meminum air hangat lalu mengambil camilan sambil lanjut menonton televisi, tidak sia-sia aku bekerja keras, aku bisa membeli banyak makanan untuk disantap di rumah.
Hari raya nanti aku akan membeli banyak pakaian untuk aku berikan kepada Mama, Kakak, dan Adikku. Aku tidak akan merasa sayang uang, berapapun aku akan keluarkan demi keluargaku. Sayangnya aku harus berhenti bekerja selama bulan ramadhan, Mama sangat mengkhawatirkan kesehatanku. Tapi, karena aku rasa tabunganku cukup untuk bayar sekolah, makan, juga cadangan hari raya aku merasa tidak masalah.
Lagipula aku ingin menghabiskan bulan ramadhan dua ribu delapan belas ini dengan santai dan cukup tidur, juga dengan Rafasya. Bicara tentang Rafasya aku jadi ingin menghubunginya. Aku pun membawa ponsel lalu menyalakannya.
2 pesan dari cintaku Rafasya
Ujung bibirku tertarik ke atas, Rafasya satu-satunya orang yang menghubungiku kali ini. Aku benar-benar merasa senang.
Cintaku Rafasya
Halo Embun
Jangan lupa bangun ya, sahurAku terkekeh, dia memberiku pesan lima menit yang lalu, dan imsak lima menit lagi dari sekarang. Aku membalas pesannya.
Embun Yuniata
Kamu bangunin aku sahur lima menit lalu
Sedangkan lima menit dari sekarang itu imsak, kamu gak salah?Cintaku Rafasya
Nggak ada yang salah, pahala bangunin orang sahurEmbun Yuniata
Tapi kamu bangunin aku sepuluh menit sebelum imsak, telatCintaku Rafasya
Ya udah, besok aku bangunin kamu sahur langsung ke rumah, yaEmbun Yuniata
Boleh, pintu terbuka lebar buat kamuCintaku Rafasya
Emang kalau shubuh-shubuh pintu kamu terbuka lebar? Kalau ada maling gimana?Embun Yuniata
Maksudnya bukan gitu, Rafasya kuCintaku Rafasya
Besok ujian kenaikan kelas, yang semangat ya, jangan lupa harus jujur, kalau gak jujur nanti puasanya gak barokahEmbun Yuniata
Iya, kamu juga jangan lupa buat belajar
Sekarang juga kamu harus banyak baca Al-Qur'an. Pokoknya aku tantang kamu buat bisa tadarus akhir bulan iniCintaku Rafasya
Siap, aku baca Al-Qur'an kok
Aku juga belajar
Aku juga gak bakalan banyak main gameAku dan Rafasya seperti biasa melanjutkan percakapan, hanya jeda saat imsak dan sholat shubuh. Seperti biasa, kami hanya membahas yang sebenarnya kurang penting, tetapi, yang terpenting adalah adanya komunikasi antara kami.
Sejauh ini aku tidak bertanya banyak kepada Rafasya, apalagi masalah pribadi. Walaupun pada sebenarnya aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dia.
Rafasya bilang kepadaku akan tidur pagi ini, dan percakapanpun berakhir sampai situ. Aku membuka jendela kamar lalu menghidup udara segar.
Rafasya, saat kamu bangun nanti, besar kemungkinan embun yang ada di bumi ini sudah menguap. Tetapi, aku akan kembali esok hari, lagi dan lagi. Itulah janjiku padamu.
~••~
Siswa siswi sebagian besar berada di luar kelas, menenteng buku masing-masing padahal tidak membacanya. Hanya asyik mengobrol saja. Ujian kenaikan kelas hari pertama resmi dimulai.
Aku dan kedua sahabatku bertemu di depan kelas, pelajaran pertama sudah selesai dan pelajaran kedua akan dimulai dalam tiga puluh menit ke depan.
"Eh, Yu, tadi kamu nomor lima jawabannya apa?" tanya Naya.
"Gak tahu, aku lupa, udah jangan diinget. Kerjakan soal lalu lupakan, janganlah kita mempersulit diri," sahut Ayu.
Rafasya bilang dia ada diruangan enam, aku hanya menatap ke arah sana. Aku hanya fokus pada mereka, ya, mereka. Aku sudah menemukan Rafasya. Tapi ketika aku melihat Rafasya dari jauh, selalu dan selalu ada perempuan itu di dekat Rafasya.
Perempuan itu, perempuan yang ada di foto saat Rafasya menonton film laskar pelangi. Perempuan itu, perempuan yang ada di samping Rafasya saat aku bicara dengan Cakra tempo hari. Dan sekarang, perempuan itu yang sedang duduk di samping Rafasya. Membaca dalam satu buku yang sama. Entah mengapa, aku sangat membenci tawa mereka saat ini.
Apakah dia adalah Jihan? perempuan yang pernah dia ceritakan pada ku. Teman masa kecil yang Rafasya suka itu.
Aku membenci pemandangan ini. Ingin sekali aku menghampiri lalu menjenggut rambutnya, lihatlah, dia selalu menguntit Rafasya kemanapun ia pergi. Mengacak rambut Rafasya, selalu melakukan upaya untuk becanda.
Perempuan gatal.
Aku berpamitan pada Ayu dan Naya untuk masuk kelas duluan. Mereka berdua pun pergi ke kelasnya. Aku ruangan delapan, sedangkan Ayu dan Naya ruangan tujuh. Setiap ulangan pasti seperti ini, kelas delapan dipasangkan dengan kelas tujuh. Entah apa maksud dan tujuannya.
Ingin aku pantau setiap hari kegiatan mereka di belakang ku, tetapi, apakah aku terlalu berlebihan? Tapi cemburu adalah hal wajar kan?
Saat ini juga, aku jadi teringat saat Cahaya bilang akan memberitahuku sesuatu tentang Rafasya. Namun saat itu urung karena menurut Cahaya, itu adalah bukan waktu yang tepat.
Apakah ini berhubungan dengan perempuan itu? Cahaya pasti tahu sesuatu tentang mereka!
Pelajaran kedua dimulai, dan aku tidak terlalu menikmati ujian kali ini. Hanya Rafasya dan perempuan itu yang aku pikirkan.
Saat pulang sekolah, aku juga kembali melihat mereka. Mereka jalan kearah yang sama, apakah mereka tetangga?
Selalu bersama, pulang ke arah yang sama, tetangga. Apakah benar dia teman masa kecil Rafasya?
Aku tidak terkejut, tetapi sedikit merasa sesak nafas.
Awal ujian yang cukup menantang. Awal bulan Ramadhan yang cukup menyenangkan.
Rafasya, aku akan selu mencari tahu siapa orang itu.
~••~
Sudah kubilang, cerita ini mengalir bagai air.
Suka tidak suka, nyambung tidak nyambung. Semoga kalian memaklumi itu, ya.Maaf karena terlalu banyak typo.
Salam manis,
Airis Yulia
![](https://img.wattpad.com/cover/261233964-288-k439994.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafasya ✔
Teen FictionStory *3 by Airis Yulia Hanya untuk mengenang, mempelajari, mudah dilupakan atau tidak, semoga apapun yang telah terjadi adalah yang terbaik. selamat membaca bagian akhir dari kisah, "ketika Embun jatuh cinta, kepada sang pemilik Kaca Jendela."