PERTEMUAN
Mall adalah salah satu tempat yang aku hindari. Mall hanya mengingatkanku padanya, tentang dirinya yang sangat mencintai ramen dimall ini, tentang dirinya yang selalu membujukku untuk pergi menonton jika ada film baru yang tayang, sedangkan aku hanya akan ke mall jika memang ada keperluan yang mendesak seperti sekarang, supplier roti ibuku memintanya mengirimkan roti karna stok mereka sudah menipis, dan disinilah aku sekarang , berjalan hampir seperti lari dengan 2 tanganku membawa kotak roti pesanan client ibuku.Aku tidak mengeluh karna mengantarkan roti ini tapi aku cuma sebal, mengapa permintaan selalu mendadak dan membuatku terburu-buru dijalanan untuk cepat sampai disini.
ahh selesai juga akhirnya, setelah roti di terima akupun bergegas pulang. Sesekali mataku melihat toko-toko branded yang membuatku mengelengkan kepala kepada mereka yang membelinya, menurutku tidak harus mahal untuk terliat keren.
Dalam perjalanan menuju tempat parkir aku memicingkan mataku. Ahh tidak mungkin, masa ia dia disini ?wajar memang jika dia disini, mall ini untuk manusia kelas atas, sekalipun ada artis international pengunjung di mall ini tidak akan berlari-lari meminta foto ataupun tanda tangan.
DEG!!
Veranda.... Ingin sekali memeluknya, perasaan ini tidak pernah berubah untuknya, bayangan tentang dirinya dan diriku kembali lagi hadir, sudah berbagai cara aku hapuskan tentangnya sedetikpun dirinya tak pernah hilang dari otakku, bahkan berita tentang pertunangannya mampu membuatku hancur berkeping-keping. Dia sudah bahagia, apa yang aku harapkan? Kebahagiannya lah tujuan ku melepasnya. Aku harus menahan perasaan ini, iya aku bisa. Kenapa ia berjalan menuju arahku? ah jantung, kamu berisik sekali, tidakkah kamu bisa tenang ? Dan air mata, aku mohon jangan keluar saat ini!!
“ha-ai” ucapku tanpa berani melihat matanya .
Tak ada sautan darinya akupun mengangkat daguku untuk melihat wajahnya, dan.. air mata sudah turun dari matanya.
“Hey... kenapa nangis?” tanyaku lalu menghapus air matanya dengan ibu jariku. Beberapa pengunjung pun kurasakan sudah menatap kami. Dia masih belum menjawab, malah menundukan wajahnya menatap lantai, dan beberapa air mata sudah menetesi lantai.
“Kita pergi dari sini dulu ya, apus air mata kamu” Ujarku lalu menariknya, menuju parkiran. Ia hanya menurut, mengikuti memakai helm yang kuberikan padanya, wajahnya masih saja basah.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30menit sampai juga di taman, taman ini sering aku lewati tapi aku baru tau kalau taman ini sangat indah. Di tengah pintu masuk terdapat airmancur kecil.. lebih masuk kedalam terdapat air mancur utama yang diameternya mungkin 10 meter cukup luas, dan dikelilingi lampu-lampu kecil berkelap-kelip, karna hari mulai malam lampunya pun menjadi sangat indah.
Kulihat terdapat gajebo dipojok taman, beruntung hari ini bukan weekend sehingga taman ini cukup sepi, hanya beberapa pasangan, dan terlihat komunitas sepeda yang anggotanya hanya 5 orang. Entah aku harus berbicara apa pada Veranda, apa yang harus aku bicarakan saja aku tidak tau, terlebih ia sudah menjadi milik orang lain.
“ sudah selesai sembunyi dari akunya?” Itulah kalimat pertama yang pertama ia lontarkan padaku saat ini.
“Ve....ka-”
“Setelah aku berusaha nyari kamu, cuma kata Hai yang kamu bisa ucapkan?Sudah selesai bersembunyi dari akunya?”katanya lagi dengan menatap mataku.
Jujur setelah perpisahan kami, aku memang menepati janjiku pada ibunya untuk tidak mencari ia lagi, ataupun membiarkan ia menemukanku. Jahat memang, tapi itu kulakukan demi kebahagiannya, aku yakin ibunya bisa membuatnya bahagia, dan apa yang ia harapkan dari orang seperti aku ini? Aku percaya takdir, jika memang ia untukku, ia akan kembali , dan sekarang ia kembali dengan statusnya yang sudah menjadi milik orang. Aku bisa apa? Bukankah ini yang aku harapkan? Tapi kenapa masih terasa perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BIASA
Romance" 2 tahun aku berharap pertemuan kita yang justru kamu hindari, 2 tahun aku ngelakuin hari-hari tanpa ada rasa bahagia, 2 tahun aku susah bernafas, 2 tahun aku ingin pergi dari dunia ini, karna duniaku tak pernah kembali, ini yang kamu bilang bahagi...