DINA POV
Disinlah aku sekarang duduk di sebuah taman yang disebutkan olehnya. Sebuah taman kota dekat dengan apartemenku, setelah penantianku, akhirnya ia pun mencariku. Gugup.
Memang aku sudah mengiklaskannya bersama dengan orang lain yang ia cintai, walaupun hati kecilku berkata lain. Aku hanya ingin penjelasan, dan pernyataan bahwa ia bahagia. Bodoh memang kalau dipikir, aku terlalu bodoh. Menunggu orang yang tidak mau memperjuangkan ku, dan malah manyakitiku.
“ayo bun cepet , aku mau naik ayunan”
Kepalaku otomatis melihat ke arah anak laki-laki kecil yang keluar dari mobil yang berhenti didepan taman ini, seperti tak sabar menunggu ibunya mungkin yang masih belum keluar dari mobil, tak lama pun terlhat kaki keluar dari mobil yang pintunya bisa terbuka otomatis, ku alihkan pandanganku pada handphone ku membalas chat Kyara yang mengkhwatirkan ku.
“iya iya, sebentar sayang”
Kutajamkan pendengaranku , suara yang terdengar samar tapi mampu membuat jantungku berdetak cepat, masih dengan membalas pesan Kyara, ku dengar langkah seseorang yang semakin dekat kearahku namun berenti setelah berada dekat dengan kursiku. Ku tolehkan kepalaku melihat keatas untuk melihat siapa yang berdiri tepat di depanku.
DEG
Perlahan akupun ikut berdiri, dialah orang yang sedang ku tunggu. Astri.
Wajahnya lebih dewasa dari terakhir yang kulihat, memakai blazer hitam dengan tengtop putih didalamnya. Seperti setelan kantor. Rambutnya masih panjang, namun ujung rambutnya ia buat keriting. Cantik
“Dina”lirihnya yang masih bisa terdengar olehku
“ ap—apa kabar?” ujarku mengulurkan tangan
BRUKK
Kurasakan dekapan hangatnya . Memang ku akui aku sangat merindukannya, tapi rasa sakit ku pun masih sama, aku masih belum bisa membalas pelukannya.
“Ma-maaf”ujarnya setelah melepas pelukannya
“gapapa. Duduk aja ya” ujarku tanpa melihat matanya
Jantungku masih bedegup kencang untuknya, tapi ada rasa sakit didada saat melihatnya. Terlalu sakit, rasanya untuk bernapas pun saat ini ku sangat sulit. Aarrrggh
“ kamu kurus yah sekarang?”tanyanya
Hanya senyuman yang kuberikan, bibir ini terlalu kelu untuk berucap. Seperti akan ada yang mengalir jika ku berucap. Sepertinya aku tidak bisa terlalu lama dengannya.
“ selamat atas pernikahanmu..maaf mungkin aku terlalu terlambat untuk mengucapkannya” ujarku tanpa melihat wajahnya dan focus melihat anak laki-laki yang sedang bermain ayunan
“ apa wajahku sangat tak pantas untuk kau tatap?” tanyanya
“maaf… aku hanya bel---”
“ kamu ga harus minta maaf. Aku yang salah” ucapnya memotong ucapanku yang membuatku mencoba untuk menatap matanya, kulihat ketulusan dimatanya
“ semua udah berlalu, begitupun kamu dan aku, ga ada yang harus kamu sesali. Aku kesini bukan untuk mendengar maaf kamu” ujarku. Kulihat air matanya menetes, dengan cepat ku alihkan padanganku dariku. Dulu, air matanya adalah kelemahan untukku. Aku tidak mau tertipu lagi.
“ aku hanya ingin mencari jawaban atas keraguan diriku, mungkin pertanyaan aku bodoh. Aku hanya ingin meyakinkan diriku untuk benar-benar pergi darimu dan kenangan kita”ucapku kembali menatapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BIASA
Romance" 2 tahun aku berharap pertemuan kita yang justru kamu hindari, 2 tahun aku ngelakuin hari-hari tanpa ada rasa bahagia, 2 tahun aku susah bernafas, 2 tahun aku ingin pergi dari dunia ini, karna duniaku tak pernah kembali, ini yang kamu bilang bahagi...