#17 tentang hijab

111 51 13
                                    

Syifa dan Mita sedang duduk dibawah pepohonan dilapangan. Mita melihat kearah Syifa, Mita berpikir apakah Syifa tidak panas mengunakan pakaian seperti itu? Baju panjang, celana panjang, jilbab.

"Lo emang nggak gerah ya, fa... pake hijab kaya gitu?  Gue aja yang kaya gini rasanya panas banget." ujar Mita pada Syifa, sesekali ia berkipas mengunakan tangannya. Ya, karena hari ini mereka ada pelajaran olahraga, jadi mereka habis disuruh lari keliling lapangan untuk pemanasan.

"Panas, gerah, itu sih tetap ada. Tapi lebih panasan api neraka. Tapi... kalo kita ikhlas ngejalaninnya, insya allah rasa panas itu nggak akan terasa, kok! Ya, walaupun kadang aku ngerasain gerah, panas dan lain sebagainya, tapi aku nyaman pake kaya gini." balas Syifa .

"Emang hukum memakai hijab apa, sih?"

"Kamu nggak tau?" tanya balik Syifa.

"Iya! Dari kecil aku nggak pernah diajarin masalah agama sama orang tua aku. Mereka selalu sibuk ngurusin pekerjaan mereka." jawab Mita dengan sendu.

Syifa sedikit mengusap bahu Mita,"Nggak papa, mereka lakuin itukan juga demi kamu."

"Iya, sih. Terus, hukumnya apa'sih? Apa setiap muslimah harus memakai jilbab, ya? "

"Dalam islam, memakai hijab/jilbab itu hukumnya wajib bagi setiap wanita. Dan kamu tau nggak, hadiah apa yang terbaik untuk diberikan kepada seorang ayah?"

"Umm... rumah, mobil, uang." dan masih banyak lagi yabg disebutkan oleh, Mita.

"Bukan, hadiah terbaik untuk seorang ayah itu adalah dengan menutup aurat. Ketika kita membuka aurat itu sama saja kita membawa kedua orang tua kita keneraka, terutama ayah. Satu langkah kita keluar dari rumah dan dilihat oleh lelaki yang bukan mahram, satu langkah juga kita membawa ayah kita keneraka."

"Hah, masa, sih?" Syifa mengangguk menanggapi ucapan Mita yang sedikit terkejut.

"Kenapa sih kayanya wanita tuh banyak banget aturannya dibandingkan laki-laki?" keluhnya.

"Karena islam begitu memuliakan seorang wanita. Wanita adalah sumber dosa, dan itu adalah cara Allah memuliakan seorang wanita, dengan memberikan banyak aturan. Salah satunya adalah dengan memakai hijab!" Syifa mengalihkan pandangannya kedepan lalu tersenyum.

"Terlahir menjadi wanita itu adalah takdir. Tapi menjadi wanita baik dan buruk itu adalah pilihan. Kita bisa menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia atau seburuk-buruknya fitnah dunia."

"Tapi kalo pakai jilbab nanti nggak cantik, kaya ibu-ibu."

"Bukankah kita suatu saat akan menjadi seorang ibu? Setiap wanita itu mempunyai kecantikan dan keunikan masing-masing didalam dirinya. Jadi, kamu jangan khawatir karena wanita itu akan selalu cantik dimata orang yang tepat. Kamu harus belajar belajar dari sekarang buat nutup aurat."

Mita terdiam mendengar ucapan, Syifa. Entah apa yang dipikirkannya.

"Ganti baju,  yuk." ajak Syifa pada Mita yang masih terdiam.

"Um... yuk."balas Mita.

***

Nadin dan kedua temannya sedang ingin  berganti baju ditoilet. Dari kejauhan mereka melihat Mita dan Syifa yang sedang menuju kearahnya. Nadin memberi tau kedua temannya. Ya, sepertinya mereka bertiga sedang merencanakan sesuatu.

"Ini akibat karna lo udah berani ngusik temen gue. Apalagi sampe ngerebut Al dari dia." batin Nadin tersenyum sinis.

Mereka menjalankan aksi mereka dengan menumpahkan klin lantai didepan pintu toilet. Tidak lupa dengan air diatas pintu, yang siap  menguyur Syifa dan Mita nanti.

"Cepeten, mereka udah deket." ucap Nadin yang menunggu diluar. Dengan cepat Clara dan Jeni menyelesaikan pekerjaan mereka.

Setelah selesai mereka masuk kedalam toilet yang berbeda-beda.

Disana terdapat 4 toilet.

Syifa dan Mita sudah dekat, Nadin panik ingin masuk kedalam toilet  mana? Tiba-tiba Nadin tidak sengaja menginjak  lantai yang sudah diberi klin lantai, dan akhirnya....

Bruk..., brusss

Suara air habis menguyur tubuhnya.

"O MY GOD." teriak Nadin

"Encok pinggang gue." lanjutnya sambil merenggek kesakitan.

"Yaampun, kenapa jadi lo yang kepleset?" ucap Jenni menghampiri Nadin dan membantunya untuk berdiri.

"Lo gimana, sih? Udah tau disini licin." omel Clara.

"Aduh, lagian lo berdua ngapain kasih jebakannya dipintu masuk utama. Kan gue suruh disalah satu pintu toilet. Untung masih pake baju olahraga, coba kalo udah ganti! Yang ada nggak bisa ikut pelajaran." gerutu Nadin.

"Huh,  kita terus yang disalahin, padahal salah sendiri." ucap Clara lirih.

"Kenapa lo? Kok basah gitu bajunya? Abis mandi lo." tanya Mita yang baru saja masuk ketoilet bersama, Syifa.

"Bukan urusan, lo." jawab Nadin dengan nada kesalnya. Lalu langsung masuk kesalah satu toilet untuk menganti baju.

"Idih, kenapa tuh?" ucap Mita kebinggungan.

Jeni melihat Syifa dengan pandangan penuh kebencian. Syifa yang sadar akan itu merasa  bersalah. Apalagi ini cuman salah paham saja.

Jenni langsung memutuskan masuk kedalam toilet. Negitu juga dengan, Clara.

"Lo masuk duluan aja." suruh Mita.

"Ok." ucapnya lalu masuk ketoilet. Setelah selesai mereka langsung pergi kekelas.

***

Damar dan kedua temannya sekarang berada dikantin. Entah kenapa sejak Damar tau Syifa itu Pacarnya  Al, Damar jadi tidak  mood bicara. Apalagi kalo Al yang bicara, rasanya ada yang sesak didadanya. Apakah dia cemburu? Itu yang selalu Damar pikirkan. tapi disisi lain mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Pasalnya dia baru beberapa kali bertemu dengan wanita itu. Mungkin dia lagi kecapean jadi malas bicara pikirnya,  menyanggah.

"Damar kenapa, ya? Dari pagi diem terus. diomongin juga jawabnya cuman, iya, um atau nggak jawab sama sekali?" bisik Aldo  pada, Al . Kerena merasa heran dengan tingkah Damar.

"Umm...mana gue tau. Mungkin lagi nggak mood kali!" jawab Al cuek. Ia sedikit mengedikan bahu. Makan adalah kebutuhannya sekarang!

Happy reading.
Tinggalkan
Jejak
Kalian.

🌷🌷🌷

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang