#60 End

135 13 10
                                    

Aku kira karna trauma dan mati rasa. Bukan apa, rasanya patah hati yang pertama membuat hati enggan untuk terbuka kembali, entah karena dia masih melekat dihati atau diri ini yang enggan untuk melupakan karena adanya harapan
yang masih melekat pada hati.

Tapi sekarang setidaknya aku sadar, bahwa sebaik-baiknya tempat berharap hanyalah kepada-Nya...

@Delika5

"Gue nggak nyangka deh kalo Syifa udah nggak ada. Pasti Al dan keluarga-nya sedih banget. Mita juga udah nggak sekolah lagi sejak kejadian itu," terang Jeni. Mereka bertiga sekarang sedang berada dikafe Dara.

"Iya, yah. Mita kok nggak pernah sekolah? Padahal udah mau ujian, sebegitu terpukul-nya dia kehilangan, Syifa." sahut Nadin.

"Gue heran sih, tapi gue sempet denger Bagus sama Gio cerita dikelas, katanya Mita ngurung diri gitu dikamar,"

"Gue jadi takut, deh ... nanti yang ada dia bunuh diri lagi. Lagian si Mita kenapa sebegitu sedihnya, sih?"

"Lo nggak liat pas kejadian waktu itu? Waktu itu dia aja udah nanggis-nanggis sambil nyalahin diri-nya sendiri atas kejadian yang menimpa, Syifa. Apalagi sekarang Syifa udah dinyatain nggak selamat, nggak tau deh gue, kaya-nya badan-nya juga udah kurus, deh."

"Umm ... lagian siapa sih yang tega ngelakuin itu sama mereka? Jangan-jangan lo ya, ndin." tanya Jeni penuh selidik.

Nadin langsung menatap Jeni tidak suka,

"Loh? Kok gue, sih? Lagian pas kejadian, gue'kan selalu sama lo sama, Clara."

"Bisa aja'kan lo suruh orang buat culik mereka," ucap Jeni santai.

"Gue nggak senekat itu juga, kali! Lagian lo kok jadi nuduh gue gitu?" tanya Nadin sedikit kesal. Bisa-bisa-nya Jeni menuduhnya seperti itu.

"Ya, gue cuman tanya aja. Kan disini cuman lo yang nggak suka sama, Syifa ..."

"Gue balik duluan, ya," pamit Clara langsung pergi begitu saja.

"Loh, kok buru-buru sih?"

"Clara, kenapa? Lo ngerasa aneh nggak, sih? Clara kok akhir-akhir ini gue perhatiin agak beda, ya?" tambah Nadin.

"Masa, sih? Perasaan biasa aja, deh."

Nadin terdiam memikirkan sikap Clara yang aneh menurutnya. Dan dari kegiatan camping, Clara juga sudah kelihatan aneh. Tapi, apa?

"Apa jangan-jangan kejadian itu ada kaitan-nya sama Clara?"

***

Tok... tok... tok....

Entah sudah berapa kali Clara mengetok pintu itu, namun belum ada tanda-tanda penghuni rumah yang akan membukakan pintu.

"Pada kemana, sih?" gumamnya.

Trek...,

Pintu terbuka dan memperlihatkan seorang pria muda disana. Dion Agatha, dirumah itulah sekarang Clara berada.

"Nggapain lo kesini?" tanya Dion.

"Lo ikut gue!"

Clara menarik tangan Dion menuju taman terdekat.

"Lo kenapa sih tarik-tarik gue kaya gini? Lo mau bawa gue kemana? Kalo pengen ngobrol atau ada yang ingin lo sampein sama gue, dirumah aja!" ucap Dion,

Sebenarnya ia bisa saja menolak untuk mengikuti, Clara. Namun, melihat wajah sepupunya seperti orang yang sedang manahan amarah, akhirnya Dion hanya mengikut- ngikut saja ketika tangannya ditarik, Clara. Walau tidak dengan mulut-nya.

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang