#57 Egois

22 8 2
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 1 siang. Al beserta temannya sudah panik mencari, Syifa dan Mita. Begitu juga dengan para guru. Sesuai penjelasan beberapa siswa, mereka melihat Syifa dan Mita mengambil air tidak jauh didekat anak-anak mandi.

Dan dari penjelasan Feri, bahwa ember tertinggal tidak jauh dari sungai. Mereka mengira bahwa Syifa dan Mita memasuki hutan.

Bapak Handika, selaku kepsek akhirnya mengambil keputusan untuk menyuruh siswa dan siswi lainnya untuk pulang.

Semua siswa dan siswi mengemasi barang-barang mereka, termasuk tenda.

Setelah selesai, mereka langsung pulang yang diurusi oleh buk Rini dan Tika.

Sedangkan pak Handika, Rudi, Al dan temannya, Gio, Bagus dan Nadin cs, memilih berada ditempat dan meminta izin juga ikut mencari, Syifa dan Mita.

Mereka menunggu ditenda, mereka akan mencari setelah Ashar.

"Kak Syifa, kak Syifa kemana, sih? " ucap Al sedikit frustasi. Al merasa bersalah karena tidak bisa menjaga kakaknya.

"Udah, lo tenang dulu! Bentar lagi ashar, nanti kita cari Syifa sama Mita." tutur Aldo.

"Tapi gue merasa bersalah banget. Gue udah janji sama bunda buat jagain kakak gue. Tapi buktinya, sekarang kakak gue malah ilang. Terus nanti apa kata ayah sama bunda gue?"

"Lo jangan salahin diri, lo! Lo berdoa aja supaya mereka baik-baik aja. udah!" timpal Damar

Sebenarnya Damar juga merasakan khawatir seperti, Al. Damar hanya takut kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"Syifa, kamu dimana? Aku harap dimana pun kamu sekarang, kamu baik-baik aja." batin Damar.

"Gue nggak habis pikir sih, Kenapa Syifa bisa tiba-tiba ngilang gitu aja. Kalaupun mereka masuk kehutan, apa yang mereka cari disana?" ujar Bagus yang berada tidak jauh dibelakang Al dan teman-temannya.

"Gue juga ragu sih sebenernya, tapi kita udah cari disemua tempat disini'kan? Tapi, mereka memang nggak ada. Gue kenal banget sama Syifa, dia orangnya amanah, nggak mungkin tiba-tiba dia ninggalin air yang dia bawa, abis itu nggak balik-balik lagi. Dan gue rasa, pasti ada sesuatu yang terjadi sama mereka," Khawatir Gio

"Lo jangan ngomong kaya gitu!"

"Gue nggak bermaksud. Gue juga khawatir sama mereka,"

"Kita semua juga khawatir,"

"Kasian banget ya mereka. Lagian mereka kemana, sih? Kenapa nggak pulang-pulang coba dari tadi?" tutur Clara sedikit khawatir. Ia menatap iba Al yang terlihat kacau.

"Lo kenapa? Perhatian gitu kayanya sama mereka. Bukannya lo nggak suka banget ya sama, Syifa?" sahut Nadin.

"Gimana pun, mereka itu'kan juga temen kita. Jadi nggak ada salahnya dong kalo gue peduli."

"Masa lo nggak kasian sih sama mereka? Disini itu banyak hutan, nanti kalo beneran mereka tersesat gimana?" timpal Jeni

Nadin terlihat kesal,"Lo berdua pada kenapa, sih? Lebay banget deh kayanya. Harusnya lo berdua seneng kalo mereka berdua pada ilang,"

Jeni dan Clara menghela napas,

"Lo nggak punya hati ya, ndin. Lagian kalo lo nggak peduli, lo ngapain masih disini dan kenapa lo nggak ikut pulang sama yang lain?"

"Lo pikir gue kesini niat banget buat cari mereka? Lo salah banget. Gue disini cuman karna ada, Damar. Kalo nggak ada mah, ogah gue disini,"

Clara hanya geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan jalan pikiran, Nadin. Kenapa dia menjadi bodoh dan tidak punya perasaan hanya karena cinta yang tak terbalaskan.

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang