#2 pacar

268 99 24
                                    


"Huh .. sebel gue." ucap Jeni dengan kesal.

"Udah, lo tenang aja! Lagian ni ya, Al itu cuman becanda doang, kok." timpal Nadin mencoba menenangkan Jeni yang sedari tadi terlihat kesal.

"Bercanda lo bilang? Lo nggak liat, dari tingkahnya aja udah ngejelasin semuanya, kalo dia bener-bener udah punya pacar."

"Lo tau, setiap ucapan itu harus ada bukti. So ... sebelum ada bukti yang jelas, lo jangan terlalu banyak negative thingking. cari dulu kebenarannya, Okey! "

"Maksud, lo?"

"Maksud gue ... sebelum Al ngasih tau siapa pacarnya, lo jangan langsung menyimpulkan seolah-olah Al emang udah punya pacar. Lo harus cari tau dulu siapa pacarnya, Al." terang Nadin.

Jeni tampak memikirkan ucapan, Nadin. Apa yang diucapkan Nadin itu ada benarnya juga, pikirnya. Bisa saja Al hanya berbohong.

"Awas aja kalo ketemu, langsung gue jambak tuh rambutnya sampe rontok." gumamnya .

"Sadis banget sih, lo. Yaudah ... yuk, kekelas!" ajak Nadin

"Biarin." balasnya mengikuti langkah Nadin.

***

"Assallamuallaikum." ucap Gio dan Syifa sambil memasuki kelas XI IPA. Terlihat sudah ada guru yang mengajar . Sedangkan siswa dan siswi yang berada dikelas mengalihkan pandangannya kearah, Syifa.

"Tenang, Syifa!Jantung jangan deg-degan, ya . Bantu Syifa kali ini aja."Syifa membantin.

"Waallaikumussalam ... Syifa, ya?" tanya guru tersebut ketika mereka masuk.

"Iya, buk." balas Syifa tersenyum canggung. sedangkan Gio langsung menuju tempat duduknya.

" Yaudah, kamu kenalin diri kamu dulu ya ketemen-temen." suruh guru tersebut. Syifa hanya menggangguk sambil tersenyum menanggapi guru tersebut.

"Assallamuallaikum, perkenalkan nama saya Asyifa Azzahra! Kalian bisa panggil saya, Syifa. Saya murid pindahan dari SMA Melati. Sekian terima kasih." ucap Syifa dengan jantung yang terasa ingin keluar. Apalagi dengan sifatnya bisa dikatakan sebagai seorang yang pemalu.

"Waallaikumsallam," ucap beberapa siswa dan siswi. Syifa melihat keselilingnya, ada yang menatapnya dengan senang, aneh, tidak suka dan masih banyak lagi. Tiba-tiba, pandangannya tidak sengaja bertemu dengan, Gio.

"Gio kenapa duduk disitu? Apa jangan-jangan..." batin Syifa penuh dengan rasa penasaran.

"Mungkin dari kalian ada yang ingin bertanya pada, Syifa?" tanya buk Dina sebagai guru fisika, kepada semua siswa dan siswi.

"Umur,"

"Whatsapps, Ig."

"Status."

Dan masih banyak lagi. Guru tersebut sampai geleng-geleng kepala mendengar siswa nya itu.

"Pada modus lo semua!" sahut Nadin.

"Kalian nanya'nya jangan aneh-aneh, kasian Syifa jadi binggung'kan." ucap guru tersebut .

"Ya ... maaf, bu, kan kita cuman mau tau aja. Siapa tau bisa makin deket gitu." jawab salah satu siswa, yang tak lain adalah Bagus, teman sebangku, Gio. Buk Dina hanya geleng kepala mendengar ucapan muridnya .

"Yaudah Syifa, kamu jawab apa yang menurut kamu perlu dijawab saja, ya." suruh buk Dina

"Baik, buk." lalu mengalihkan pandangan kedepan.

"Sekarang umur saya 16 tahun ..."

"Gila, muda banget! Gue aja udah 18 tahun! Eh ... hampir sih tapi." ucap Bagus tiba-tiba.

"Bagus, tidak baik memotong ucapan orang lain."

"Eh ... maaf buk, hehe! Abisnya gue nggak yakin aja. Tapi kalo liat dari muka sih , emang agak muda." ucapnya dengan pelan.

"Makanya dengerin dulu." balas Gio.

"Yaudah silahkan dilanjutkan, Syifa." suruh buk Dina.

"Umur saya 16 tahun dan status saya masih seorang pelajar."

"Masa sih baru 16 tahun?"

"Iya, muda banget. Gue aja udah 17 tahun! "

"Heh ... kalian 16 tahun aja pada heran semua. Lah umur gue yang baru 10 tahun aja lo pada biasa aja tuh." ucap Bagus . Semua siswa dan siswi tertawa mendengar ucapan, Bagus. Baru saja menyebutkan umurnya 18 tahun dan sekarang 10 tahun, Bagus-Bagus. Sangat tidak jelas.

"Yaudah, Syifa, kamu duduk sama Mita, ya! Mita, coba angkat tangan kamu." titah buk Dina dan Mita langsung mengangkat tangannya sambil tersenyum.

"Yaudah, kamu boleh ketempat duduk kamu sekarang."

"Makasih, buk. " ucap Syifa sambil menundukan kepala, lalu langsung menuju tempat duduknya. Syifa melihat gadis dengan rambut terurai itu tersenyum hangat kepadanya. Syifa membalas senyuman itu dan duduk disampingnya.

"Hy ... gue, Mita." ucapnya sambil mengulurkan tangannya pada, Syifa.

"Syifa." balas Syifa.

"Yaudah, sekarang kita mulai lagi ya belajarnya." ucap buk Dina.

"Iya, buk. " jawab siswa dan siswi .

"Oya ... by the way, kalo boleh tau lo kenapa pindah sekolah?" tanya Mita disela-sela belajarnya.

"Aku pindah disuruh ayah sama bunda aku." balasnya sambil tersenyum.

"Owhh ... gitu."

Syifa mengedarkan pandangannya, dilihatnya Gio masih duduk ditempat yang sama. Mita yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik Syifa pun sedikit tersenyum.

"Lo liat Gio, ya?"

Syifa yang mendengarnya sedikit terkejut ." Eng ...enggak, kok." ucapnya sedikit gugup. Mita masih tersenyum kearah Syifa yang menampikan wajah tegang.

"Gue tau, kok! Siapa sih yang nggak terpesona liat dia."

"Enggak, kamu cuman salah paham!" terang Syifa.

"Gitu, ya? Sayangnya gue nggak percaya." jawabnya sambil tersenyum menggoda.

Syifa juga ikut tersenyum, melihat Mita tersenyum. Teman pertama, dimana ia berada disekolah baru. Karena dari yang Syifa liat, Mita itu anaknya mudah bergaul dan asik.

***

Jangan lupa
Tinggalkan
Jejak

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang