#51 Fii Amanillah

47 19 1
                                    

Jam menunjukan sekitar pukul 04:45 pagi. Syifa turun kebawah dan mendapati ada Andi dan Aisyah yang menonton televisi diruang tamu.

"Ayah, Bunda," panggil Syifa, lalu duduk begitu saja diantara Andi dan Aisyah. Syifa juga tidak tau kenapa, dan ada rasa aneh dihatinya. Yang dia sendiri juga binggung. Rasanya sekarang ia hanya ingun dekat dengan orang tuanya.

"Loh, kenapa nih?" tanya Aisyah, ia sedikit mengeser duduknya.

"Iya, tumben jam segini udah turun. Ada apa?" tamabh Andi.

"Nggak... Syifa cuman mau ngobrol-ngobrol aja sama Ayah sama Bunda,"

"Mita masih tidur?" tanya Bunda.

"Iya, habis salat tadi lanjut tidur lagi,"

Andi dan Aisyah tersenyum,"Nggakpapa!"

"Nanti berangkat jam berapa kesana?" tanya Ayah.

"Kemana?" tanya balik Syifa.

"Tempat camping,"

"Owh... hehe,  jam 7 kayanya,"

"Ayah sama Bunda lagi nonton apa?" lanjut Syifa mengarahkan pandangannya ketelevisi.

"Film,"

"Subuh-subuh gini ternyata ada film juga, ya! Kirain siang sama malam doang," Syifa tertawa kecil,

"Nggaklah, ini buktinya ada."

Syifa tersenyum, ia menyandarkan kepalanya dipundak, Aisyah. Aisyah yang sadar langsung mengelus pucuk kepala Syifa yang beralas jilbab instan.

"Kenapa? Ada yang ingin kamu sampein sama Ayah sama Bunda?" tanya Aisyah.

"Iya, kamu nggak kaya biasanya. Anak ayah kenapa, sih? Kok jadi manja gitu sekarang? Coba cerita sama Ayah sama Bunda."

"Enggak, Syifa biasa-biasa aja, kok. Nggak ada apa-apa,"

"Beneran?" tanya Andi.

"Beneran." Aisyah dan Andi hanya saling pandang satu sama lain. Mungkin keduanya merasa ada yang aneh dengan sikap Syifa yang sedikit manja.

"Ayah, Bunda, makasih ya... selama ini, Ayah sama Bunda udah jagain, Syifa. Syifa beruntung banget bisa punya kalian. Ayah, Bunda, Al dan semuanya. Syifa sayang banget sama kalian. Maaf, Syifa belum bisa jadi anak yang baik dan belum bisa bahagiain Ayah sama Bunda."

Andi dan Aisyah tersenyum mendengar tuturan, Syifa.

"Iya, Syifa sekarang udah jadi anak yang baik kok menurut Ayah sama Bunda."

"Iya  sayang... Ayah, Bunda, dan Al juga sayang banget sama kamu." tambah Bunda sambil memegang pipi, Syifa.

"Makasih ya, yah, bun." ucap Syifa, lalu Andi dan Aisyah langsung memeluk, Syifa.

"Syifa sayang banget sama Ayah sama, Bunda. Semoga kita selalu sama-sama  terus." batin Syifa.

***

"Bun, kita berangkat sekarang, ya?" pamit Syifa. Mereka sudah berada didepan rumah.

"Iya, jaga diri baik-baik ya disana. Kalo mau kemana-mana jangan sendiri-sendiri!" pesan bunda.

"Iya, nanti kalian kalo mau pergi minta ditemenin sama yang lain, ya! Bahaya, Apalagi dihutan," tambah Andi.

"Iya, yah, bun!"

Tiba-tiba Al dan temannya keluar dengan pakaian rapi dan tidak lupa dengan tas yang sedikit besar. Seperti orang mau pergi kecamping.

"Kalian mau kemana?" tanya Mita.

"Kita mau camping juga, lah!" jawab Al.

"Bun,"

Syifa menatap Aisyah seolah meminta penjelasan.

"Iya, Adik kamu sama temen-temennya juga ikut camping  bareng kalian."

Mita dan Syifa sedikit kaget. Kok bisa?

"Ayah juga tau?" tanya Syifa,

"Iya, supaya kamu ada yang  jagain disana." terang ayah.

"Kok, bisa? Bukannya ini cuman buat kelas 12,  ya?" tanya Mita.

Al dan temannya saling menatap satu sama lain.

Flashback on

Setelah mendengar bahwa kakaknya akan ikut camping. Al beserta kedua temannya pergi keruang kepsek untuk izin mengikuti kegiatan tersebut.

"Boleh ya, pak." terdengar suara Aldo memohon.

"Iya, pak. Lagian kita cuman bertiga, kok. Boleh ya pak kita ikut?" tambah Al.

"Lagian kita juga nggak sekolahkan pak besok? Kita janji deh pak, bakal bantu-bantu disana nanti pas acara." tambah Damar.

"Gimana, ya ...." ucap pak kepsek mencoba  berpikir untuk mempertimbangkan permohon anak didiknya itu.

"Boleh ya, pak?" mohon Al lagi.

"Begini, Bapak bukannya apa, nanti kalo temen-temen kalian pada tau kalian ikut, Apa kata mereka? Lagian kegiatan ini'kan cuman buat kelas 12. Jadi, kelas 11 tidak diperbolehkan ikut."

"Bapak tenang aja, nanti kita nggak bakal bilang sama temen-temen. Boleh ya pak, ya, ya, ya... Ayo dong, pak. Masa nggak boleh, sih?"

"Bagaimana ya, bis'nya aja udah full! Kalo ditambah kalian bertigakan nanti nggak cukup."

"Bapak tenang aja, kita nanti kesana bawa motor sendiri." terang Damar.

"Iya, pak! Jadi Bapak nggak perlu khawatir tentang kendaran. Yah pak, ya! Bolehin, ya. Kita udah mandiri lo pak pake kendaraan sendiri." tutur Aldo.

"Betul tuh, pak."

"Bapak tidak bisa memberikan kalian berkendaraan sendiri, bahaya. Nanti kalau kalian kenapa-kenapa, Bagaimana? kan Bapak juga nantinya yang tanggung jawab."

"Kalo itu'mah Bapak tenang aja! Kita bakal hati-Hati, kok,"

"Gimana, pak?" tanya Aldo

Kepsek dibuat binggung oleh anak muridnya itu. Binggung mau berkata apa lagi.

Pak kepsek menghela napas,

"Yasudah. Tapi, kalian harus izin dulu sama orang tua kalian. Apalagi, kalian harus bawa kendaraan sendiri."

Al dan temannya saling pandang dengan wajah yang terlihat senang.

"Yes, makasih ya, pak,"

"Makasih, pak,"

"Iya, ingat kalian harus izin dulu,"

"Iya, siap pak! Kalo gitu kita permisi dulu, assallamuallaikum," pamit mereka, tidak lupa sebelum keluar mereka bersalamaan terlebih dahulu.

Flashback off.

"Ada, deh!" ucap Al sambil tersenyum. Begitu juga dengan teman-temannya.

"Yaudah, kita berangkat sekarang, udah siang." ajak Ayah, karena Syifa dan Mita akan pergi bersama Andi kesekolah.

"Yaudah, bun, kita berangkat ya... assallamuallaikum." pamit Syifa, lalu menyalimi bundanya.

Syifa lalu memeluk, Aisyah,"Syifa pasti bakalan kangen sama, Bunda." ucapnya.

"Besok juga udah pulang," tutur Aisyah.

"Hehe..." Syifa terkekeh.

Semua menyalimi Fina. Setelah itu, mereka langsung menaiki kendaraan masing-masing.

"Da, tante," Mita dan Syifa melambaikan tangannya,

"Da... fii amanillah!"

Syifa hanya mengacungkan jempol. Tak lama mobil pun bergerak menuju kesekolah.

Happy reading!

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang