"Assalamu'alaikum, paket!"
Willa yang sedang asik membaca buku di kamarnya itu mendadak berdiri dari posisi berbaringnya. Dengan tergesa dia meraih uang di atas nakas dan berlari secepat kilat menuju pintu rumah.
"Assalamu'alaikum, paket!"
"Wa'alaikumusslam, iya Pak, sebentar!" Willa seketika sadar dengan pakaiannya. Celana pendek ketat juga kaus putih oversize. Buru-buru gadis itu masuk ke kamarnya lagi dan memakai celana panjang dengan didobel.
"Assalamu'alaikum, paket!"
Panggilan yang tak kunjung selesai itu membuat Willa semakin panik. Sepertinya, suaranya tadi tidak kedengaran. Sekali lagi, dia tergesa berlari keluar dan membuka pintu untuk menerima paketnya dari kurir yang baru saja datang.
Willa tak sadar rambutnya yang dicepol itu sudah sangat berantakan. Dia terlihat seperti baru saja mendapat angin ribut di dalam rumah.
"Paket atas nama Willana Miranika." Sang kurir menyebut nama Willa pada alamat yang tertera.
"Totalnya seratus tiga puluh ribu rupiah, kan, Pak?" tanya Willa langsung ke inti dan langsung memberikan uangnya pada sang kurir karena dia berbelanja online menggunakan metode Cash on Delivery.
Sang kurir mengangguk. "Oh iya, terima kasih Mba," kata sang kurir sambil kembali ke posisi mengemudi motornya lagi dan pergi.
Willa menghela napas kasar setelah kurir yang membawa novel pesanan online-nya pergi. Diratapinya kemasan paket itu sebentar, lalu melempar pandangannya ke depan rumah-rumah tetangga. Pagi-pagi begini tumben tidak ada ibu-ibu bergosip. Kalau ada, biasanya Willa menjadi sasaran petuah mereka.
Mata gadis itu langsung tertuju ke seorang lelaki yang berjalan seorang diri di trotoar seberang jalan rumahnya.
Lelaki itu sedang fokus memainkan ponsel, mengenakan kaus oblong dengan celana training, tak lupa dilengkapi dengan airpod kesayangannya yang berwarna putih.
Willa langsung memegangi jantungnya yang berdetak kencang ketika melihat Wilson di seberang sana. Bisa-bisanya setelah lelaki itu balik dari mudik lebaran seketika menjadi tampan dadakan.
Atau, apa jangan-jangan selama ini Willa memang baru menyadarinya?
Wilson menoleh ketika menyadari dia sedang melewati rumah Willa. Tepat sekali dia menemukan gadis itu berdiri dengan penampilan apa adanya seperti biasa. Wilson tersenyum semringah, lalu melambai. "Will!"
Willa yang tersadar kontan melotot mendapat sapaan Wilson dari seberang. Dia hanya membalas senyuman cowok itu, lalu berjalan masuk ke rumah lagi-lagi tergesa seperti dikejar setan dan diterpa angin ribut dalam waktu bersamaan.
Setelah menutup pintu, Willa menarik napas dalam dan membuangnya sangat lega. Jantungnya masih berdetak tidak stabil mendapati senyuman manis Wilson tadi.
"Nggak boleh Willa, nggak boleh suka sama wakil ketua OSIS." Willa menatap paketnya yang berisi sebuah novel bertema jatuh cinta dengan seorang ketua OSIS. "Eh, nggak boleh tergoda, Willa! Jangan naksir sama Wilson yang derajatnya tinggi banget. Jangan!"
Willa menarik napas lagi sambil memperbaiki posisi kacamatanya. "Oke, Willa nggak boleh kelihatan suka sama Wilson. Ingat Will, lo udah nolak dia."
=Because I'm Fake Nerd!=
![](https://img.wattpad.com/cover/262163020-288-k21758.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Teen FictionWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...