Bermula dari keterpaksaan, Willa akhirnya mau membaca novel. Bermula dari novel, bacaan Willa merambat ke berbagai genre novel. Dari sana, Willa mulai tertarik dengan segala karya sastra. Sekarang, arena bacaannya meluas. Dia menyukai banyak buku, apa saja, asal bukan buku pelajaran.
Willa berhenti menjadi budak cinta berkat bantuan Clafaro. Willa juga berhenti bermain game sampai larut malam. Willa keluar dari zona nyaman dan ikut menjadi sama gilanya dengan buku seperti ayah dan kakaknya.
Pagi buku, siang buku, sore buku, malam juga buku. Tak habis-habis. Rumah Willa bahkan memiliki banyak rak besar. Ada lima, di ruang tengah, di kamar orang tua, di kamar Willa, di kamar kedua kakaknya, dan di dapur.
Ya, di dapur. Saking tak cukupnya rumah dengan banyak lemari, maka diletakkan di dapur. Keluarga Willa juga kalau menunggu makanan selesai dimasak, bukan bermain ponsel, melainkan menyelesaikan bacaan buku. Sepertinya rumah mereka harus memiliki perpustakaan pribadi.
Tetangga sampai heran kalau bertamu ke rumah Willa dan keluarga. Televisi hanya sebagai pajangan. Rumah pun sepi, tak ada suara karena penghuninya sibuk membaca.
Bahkan, ketika keluarga mereka berekreasi bersama. Dua buku harus tersedia di dalam tas. Jalan ke mall pun sama, saat makan di restoran, keluarga Willa menunggu pesanan dengan membaca buku.
Satu-satunya orang yang tidak terlalu gila dengan membaca adalah ibu Willa. Terkadang beliau merasa menjadi orang paling waras di keluarga. Ibu Willa membaca satu buku untuk seminggu, itu pun kalau ada waktu, tidak seperti suami dan anak-anaknya.
"Willa!" Panggilan Gebi menyentak Willa yang sedang menutup mata, padahal tangannya sibuk memegangi buku. "Lo begadang lagi demi baca buku?"
Ini masalahnya. Biarpun Willa telah lolos dari jerat bucin dan game, terbebas dari begadang dan membuang banyak waktu demi dua hal itu, Willa tetap saja keseringan begadang. Hanya saja, kali ini alasannya berbeda.
Mata Willa terbuka, sedikit terkejut dengan keadaan kelas yang kian ramai, habis balik dari kantin. Willa bergerak di kursinya, merenggangkan tubuh. "Apa tadi lo bilang?" Sudah jelas dia terlihat kurang tidur.
Gebi berdecak sebal. "Lupakan. Buku yang lo baca kok nggak habis-habis, sih?!"
Willa mengendikkan bahu. "Gue gencar cari mulu. Btw, jam berapa sekarang?"
"Jam dua. Bentar lagi pulang, sabar, tahan tidurnya jua jam lagi."
"Jam istirahat udah kelar?
"Belom."
"Oh." Willa menutup buku dan berdiri dari kursi. "Gue mau cari buku pinjaman lagi dari perpus."
"What?!" Gebi menganga, sangat keberatan dengan kebiasaan Willa yang amat diluar nalarnya ini. "Serius lo nggak bosen baca mulu?"
Willa yang sudah berdiri di ambang pintu kelas itu menggeleng. "Kalau udah cinta, nggak bakal ada bosennya."
"Healah, dasar maniak buku!" ejek Gebi. Beberapa detik kemudian, dia tersadar. "Eh tapi, jangan-jangan si Wilson ketularan Willa juga?"
=Because I'm Fake Nerd!=
Hayoloh, virus baca buku dari keluarga Willa mulai merambat😂
![](https://img.wattpad.com/cover/262163020-288-k21758.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Novela JuvenilWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...