Sepulang sekolah, Willa menghampiri Wilson di kelas. Namun, dia tak menemukan laki-laki itu.
Kemudian Willa berjalan menuju ruang OSIS dan menemukan sekumpulan anggota yang sedang duduk di bangku depan. Mereka menatap Willa tajam dan kontan berdiri, seperti penjaga walau lelaki berkacamata itu tak ada di sana.
Willa lantas mundur. Dari tatapan saja, mereka tidak menerima Willa. Mentang-mentang dia mantan Gardi, bukan berarti mereka harus bersikap seolah Willa ini adalah manusia yang harus dihindari.
Willa pun pergi dari sana. Sebisa mungkin dia tidak bersikap seperti perempuan yang terlalu mengejar ketua OSIS. Dia bisa-bisa jadi bahan gosip satu sekolah lagi. Akhirnya, dia pergi saja menyantai di perpustakaan untuk meminjam buku.
Dan menemukan Wilson yang sedang membaca.
Tunggu, ini bukanlah bagian dari model dusta lagi, kan?
Namun, mata Wilson terlihat bergerak perlahan menatap tulisan di buku. Keringat di peluhnya juga bercucuran. Dia membaca sebuah buku berjudul "Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Besar" karya Richard Carlson.
Sedang serius, Wilson sampai tak sedikit pun melirik ke arah Willa yang sibuk mencari buku.
"Kali ini kayaknya beneran baca, deh." Willa pun mengambil satu buku asal dan membacanya di hadapan Wilson.
Laki-laki itu masih diam.
"Lo marah sama gue Wil?" Willa bersuara.
Wilson melirik dan terkejut sekilas. "Enggak."
"Btw, makasih ya bukunya. Kemarin gue lagi kelepasan aja makanya mau bakar buku lo, maaf ya." Willa memberanikan untuk meminta maaf, kali ini bukan dengan P atau maap juga bukan pakai bahasa Inggris. "Gue agak kesel aja sama lo yang mau dipeluk si Tania."
Alis Wilson bertaut. "Kita nggak pacaran. Jadi buat apa lo kesel?" tandas Wilson sambil membawa buku bacaannya keluar dari perpustakaan.
Willa melotot cukup lama dan meratapi kepergian Wilson dengan ekspresi tidak terima. Bisa-bisanya Wilson berkata seperti itu. Padahal omongan Willa juga ada kaitannya dengan jabatan OSIS Wilson. Jika Wilson memang tidak jadian dengan Willa, tetapi malah pergi ke Tania berarti usaha Willa untuk mengingatkan lelaki itu akan jabatannya akan sia-sia!
Maksudnya, karir Wilson bagaimanapun akan terancam kalau dia membiarkan Tania cari perhatian apalagi sampai memeluk seperti teletabis.
Willa pulang ke rumah dengan rasa kesal dan memutar lagu-lagu Taylor Swift nyaring-nyaring untuk menggalau di kamar.
"Kita nggak pacaran. Jadi buat apa lo kesel?"
"Savage banget kalimatnya," gumam Willa ketika mengingat kalimat itu.
Willa yang sedang mendengarkan lagu Enchanted oleh Taylor Swift makin galau brutal saat mendengar lirik, "Please don't be in love with someone else. Please don't have somobody waiting on you."
Willa menghela napas kasar, mengiakan lirik lagu tersebut. "Ya itu maksudnya Wilson! Kita emang nggak pacaran gitu loh, tapi makin ke sini gue nggak ikhlas juga kalau lo tuh be in love sama orang lain."
Dia teringat setiap lagu Taylor Swift yang liriknya terinspirasi dari masalah-masalah wanita itu. Hal yang menyakitkan terjadi di hidupnya, pasti akan menjadi sebuah lagu hingga memenangkan banyak penghargaan. Semakin banyak masalah Taylor Swift, maka dia akan semakin kaya karena dia menjadikannya sebuah karya.
"Seandainya gue bisa jadiin alur idup gue sama Wilson ini sebuah karya," Willa bergumam.
Dia jadi berpikir sejenak. "Tapi, karya apa? Nyanyi aja gue nggak bisa. Gue cuma suka baca doang."
Willa sempat merasa rendah sebelum akhirnya menemukan jalan. "Gimana kalau gue nulis cerita?"
Dengan sisa tenaga Willa bangkit dan duduk di meja belajarnya. Dia mulai menuliskan semua rentetan kejadian ini bermulai, dari Wilson mengakui perasannya hingga ke kalimat sadis sepulang sekolah.
Willa akan menjadikannya sebuah cerita dengan ending pembalasan terhadap Wilson. Tak lupa, Willa mulai belajar seputar kepenulisan, mempersiapkan segala kebutuhan cerita, dan mengirimkan naskahnya ke platform online.
"Nggak harus kaya, yang penting gue punya karya. Nggak harus rame yang baca, yang penting unek-unek gue keluar. Ending yang gue mau juga udah ibarat pembalasan. Alur pun udah gue puter biar kalau temen real life baca, mereka nggak merasa dipojokkan. Paling, kesindir doang," ujar Willa sambil menekan tombol 'publikasi' ke platform menulis online.
= Because I'm Fake Nerd! =
Ya mohon maaf nih kalau cerita ini menurut kalian alurnya muter-muter & karakternya kurang konsisten. Karena emang tujuanku mau main di cerita ini. Bukan cerita serius banget.
Cerita ini juga terbilang ringan dan nggak terlalu full power. Nanti bakal ada revisi kok pas tamat.But, harapannya, amanatku dan segala rekomendasi di cerita ini sampai ke kalian, Aamiin.
Ciahh! Lapak rekomendasi novel, film, sama lagu, tapi berkedok cerita friendzone, wohoho. Makasih loh buat yang setia baca. Luv ya<3
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Teen FictionWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...