"Oh jadi kalau gue nggak baca, gue nggak cantik, gitu?" tanya Willa sambil menutup lagi novelnya.
Wilson menghela napas. "Kalau super nyolot begini, enggak."
Willa melirik novel yang dia genggam. "Buku ini kayaknya lumayan kalau digetokin ke kepala lo."
"Coba aja." Yang ditantang malah tersenyum lebar, membuat Willa mengangkat novel dan bersiap untuk memukul kepala Wilson.
"Wilson!" Sontak, kemunculan seseorang yang tingginya nyaris menabrak plafon perpustakaan menghentikan aksi Willa dan Wilson. Itu Gardi, ketua OSIS tahun ini yang sebentar lagi akan turun jabatan.
Tangan Willa terhenti, dia menoleh ke Gardi yang sedang melipat tangan di depan dada dan melemparkan pandangan sinis ke mereka.
Selagi Wilson memperbaiki posisi duduknya untuk menghadap ke depan dan menyambut Gardi, Willa kontan menepukkan saja novel dalam genggamannya ke kepala Wilson.
"Duh!"
"Biar kelar," kata Willa, lalu ikut memposisikan duduknya ke depan.
Sekarang Gardi duduk di hadapan mereka dengan tatapan mencari keterangan. Sesekali dia bergantian mengamati Willa dan Wilson.
"Siapa lo Wil?"
Wilson melirik sekilas, lalu menjawab mantap, "Tetangga, jauh dikit dari rumah."
"Yakin?"
Willa menyahut, "Iya."
Gardi menatap Willa. "Nama lo siapa?"
Willa sedikit membungkuk ketika mendapati tatapan menusuk itu. Dia mengerjapkan mata, tak suka dengan pertanyaan itu. Bisa-bisanya Gardi bersikap tak mengenalnya. "Willa, Kak."
"Oh." Gardi melipat tangan di depan dada lagi, lalu berdiri. "Wilson, kita ketemu di ruang OSIS sepulang sekolah," titahnya sebelum pergi begitu saja dari perpustakaan.
Wilson meratapi kepergian kakak kelas 12 itu. Hidupnya semakin tidak tenang saat mendapati anggota OSIS lain ternyata sedang berkumpul di bangku depan perpustakaan, seakan menyambut Gardi sebagai dokter yang memberitahukan keadaan pasiennya.
Ya, pasiennya adalah Wilson.
"Tu kakel kenapa, sih?" Willa bertanya, membuka novel lagi. "Sinis amet liat gue. Lo jauh-jauh, gih. Orang-orang pada sirik kayaknya sama gue semenjak lo deket-deket."
Wilson berdecak sebal.
Willa melirik lagi. "Udah, sana."
"Rekomendasiin buku lagi, Will."
Willa menarik novel Twilight dari hadapan Wilson, tak jadi fokus membaca untuk kesekian kali. "Loh, belum sudah selesai baca ini?"
Wilson mengangguk. "Sudah. Gue udah tanda tangan pengembalian juga."
"Tumben, cepet. Biasanya lo anti baca cepet." Willa refleks berdiri dan mengembalikan novel tersebut ke rak buku fiksi, seolah dia adalah penjaga perpustakaan.
Wilson mengintil di belakang. "Ada rekomendasi lagi?"
"Udah baca 'Ayok Putus' karya Ananda Ryu udah belum?" Willa mengaluarkan satu novel dari rak untuk mengecek keadaan dan menyusunnya rapi-rapi. Benar-benar seperti penjaga perpustakaan.
"Ada di rumah, nanti sepulang sekolah gue baca." Wilson ikut melirik satu deretan rak yang dirapikan Willa.
"Ya, selesaikan itu dulu, lah. Kok udah minta rekomendasi yang lain. Belum lagi, novel Twilight banyak novel lanjutannya, kalau nggak dibaca pasti penasaran," balas Willa sembari mengibaskan tangan untuk membersihkan debu-debu dari kumpulan novel di rak.
"Kalau Twilight, aman aja. Ada filmnya. Gue pengin minta rekomen aja lagi."
"Besok aja. Selesaikan dulu yang di rumah." Willa kembali ke kursi, sok fokus membaca novel Good Wives, padahal pikirannya menduga-duga.
Belum sampai langkah Wilson di meja, suara seseorang yang baru masuk ke perpustakaan luas itu menginterupsi.
"Wilson, yuhu!" Surya kontan merangkul ketika menemukan sang pemilik nama. "Ngopi di kantin mau?"
Wilson menggeleng. "Nggak."
"Ayolah, bre! Ditungguin sama Kak Gardi!" Rangkulan Surya diperkuat dan berhasil menarik Wilson untuk berbalik arah, menuju pintu utama perpustakaan.
Mereka meninggalkan Willa sendirian, tanpa pamit.
"Kok pergi?" tanya Willa pada dirinya sendiri. Tak sadar, dia bersedih ketika harus membaca sendiri lagi.
= Because I'm Fake Nerd! =
![](https://img.wattpad.com/cover/262163020-288-k21758.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Fiksi RemajaWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...