05 - Kesempatan

849 158 55
                                    

Willa berjalan masuk ke kumpulan rak buku fiksi. Perpustakaan sekolah ini menyiapkan banyak sekali novel, antologi cerpen, dan komik. Mulai dari novel lokal hingga terjemahan, antologi cerpen milik guru bahasa semasa kuliah, dan komik keluaran Webtoon lokal maupun luar.

Dengar-dengar dari murid sekitar, ibu penjaga perpustakaan adalah seseorang yang suka mengoleksi novel. Maklum, fresh graduate.

Wilson mengikuti langkah Willa dari belakang sambil tersenyum manis saat melihat gadis itu melangkah seolah terburu-buru, membuatnya semakin gemas. Ditolak bukannya patah hati, malah semakin suka. Dasar Wilson.

Willa tiba-tiba menoleh dan membuat Wilson kembali menunjukkan wajah tanpa ekspresinya. Dia harus jarang memperlihatkan senyum, harap-harap Willa tidak ilfeel.

Nyalinya besar juga ni cowok, habis ditolak tetep nggak malu buat tanya-tanya, batin Willa, kali ini pake nyamperin lagi, lebih gila.

Willa berhenti di salah satu rak buku fiksi lokal keluaran Wattpad. Dia mencari bacaan ringan yang kira-kira bisa diberikan kepada Wilson.

"Lo mau buku yang gimana?" tanya Willa basa-basi, padahal sudah sangat tahu selera Wilson sejak dia tahu bahwa rumah mereka satu arah. 

Wilson suka sesuatu yang di luar dugaan, unik, dan penuh petualangan.

"Yang tentang cowok ditolak terus masih suka lagi ada nggak, sih?" tanya Wilson frontal, menyindir perasaannya terhadap Willa.

Tangan Willa yang semula mencari buku seperti itu berhenti. Dia mengerjapkan mata, lalu memberanikan diri membalas tatapan dalam dari Wilson.

Aduh, Wilson! Willa menjerit dalam hati, tetapi harus tetap terlihat tidak baper. Tetap kalem, tetap kalem, jangan senyum. Harus terlihat biasa saja, supaya tidak memberikan harapan ke Wilson lagi. Willa curiga, kalau sampai dia jatuh kali ini, bisa-bisa Wilson akan meng-ghosting sebagai efek jera kepadanya.

Pasti, Wilson adalah orang yang tak ingin satu kosong. Dia kalah, maka dia akan cari lain waktu agar lawannya kalah. Semua harus satu sama.

Duh, Willa semakin menyesal telah menolak Wilson. Rasanya serba salah. Bahkan kode dari lelaki itu sudah sangat terasa di ulu hati. Bisakah waktu diputar kembali? Keputusan gegabah itu harus Willa ubah.

Namun, jika memang bisa kembali, mengapa rasanya tetap enggan memiliki? Meskipun punya rasa yang sama, ada sebuah rasa yang terselip di hati Willa untuk menolak Wilson lagi. Dia menjadi dilema. Ingin pacaran karena memang suka, tetapi malas juga karena pacaran itu ribet. Apakah ini efek mencintai karakter fiksi?

"Masih ada kesempatan," tambah Wilson yang membuat bulu kuduk Willa berdiri.

Nggak, nggak boleh Willa! Kalau udah nolak, harus konsisten. Oke, stay cool Will. Stay cool. Jangan kelihatan luluh, nanti dighosting malah nanges semaleman, peringat batin Willa.

Gadis berpita biru malam itu tersenyum biasa saja ke Wilson, seolah tak terpengaruh ucapan barusan. Dengan mudah, dia menutupi segala kegelisahan hatinya terhadap lelaki tampan berwajah menawan, berkemampuan emas, dan cekatan dalam segala hal ini.

"Oh kalau novel tentang cowok ditolak, gue ada rekomen...." Willa menarik sebuah novel terjemahan dari rak paling kiri, sebelah dinding. "Ini, judulnya 'Little Women' karya May Alscott. Ini aja, sih, yang gue tau. Sisanya—"

Tiba-tiba sebuah tangan terulur tepat ke dinding sebelah Willa. Itu tangan Wilson yang sepertinya sengaja mengunci Willa agar tak dapat berkutik.

Mampus, rutuk Willa dalam hati.

= Because I'm Fake Nerd! =

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang