Yoongi mematikan komputer dan berdiri untuk meregangkan tubuh. Ia sudah duduk selama hampir satu jam dan punggungnya terasa sakit.
"Aduh enaknya," gumam Yoongi kala mendengar bunyi kretek dari tulang punggung setelah ia memutar tubuhnya ke samping.
"Sekali lagi," lanjutnya dan kembali mendesah lega saat suara yang sama terdengar lagi.
"Ahjussi, hati-hati punggungmu patah."
"Eh? Siapa kau?" Yoongi menatap bocah berseragam SMA yang entah datang dari mana. "Kenapa kau ke kantor polisi?"
"Ahjussi, aku mau melaporkan pencurian. Sepeda temanku hilang."
"Nak, kau salah orang. Aku hanya menangani kejahatan besar seperti pembunuhan dan perampokan dengan senjata api." Yoongi mengarahkan telunjuknya ke sisi lain ruangan tersebut. "Kau lapor ke sebeĺah sana."
Yoongi tak mempedulikan anak sekolah yang ada di hadapannya. Ia sibuk memasukkan barang-barang ke dalam tas. Kepalanya pun telah dipenuhi kerinduan akan kasur tercintanya di apartemen.
"Ahjussi, kenapa harus dibedakan? Kan Ahjussi juga polisi. Kenapa tidak bisa melapor di sini saja?"
"Aish!" Yoongi berkacak pinggang. "Sekarang kutanya. Kenapa repot-repot mulai dari TK kalau ujung-ujungnya semua orang sekolah sampai SMA? Kenapa tidak disatukan saja langsung semuanya di satu sekolah tanpa jenjang, hah?"
"Mana kutahu. Kan yang menentukan pemerintah. Kalau aku kepala negara, mungkin saja semua orang hanya belajar di satu jenjang yang sama dan tidak perlu terlalu lama."
Yoongi menarik nafas lalu menghembuskannya dan melakukannya beberapa kali agar emosinya mereda.
"Tadi kau bilang sepeda temanmu hilang?"
"Benar, Ahjussi," jawab bocah tersebut.
"Di mana temanmu yang kehilangan sepeda?"
"Di rumah."
"Kenapa tidak ke sini?"
"Dia belum tahu bahwa sepedanya hilang."
Alis Yoongi berkerut.
"Ahjussi bingung? Sama. Aku juga. Aku tadi memarkir sepeda temanku di depan toko lalu aku masuk dan membeli beberapa barang. Tapi waktu aku keluar, sepedanya hilang. Makanya aku ke sini."
"Ya sudah. Sekarang kau isi dulu lembar ini terus kasih ke petugas berbaju biru di sebelah sana."
Siswa SMA di hadapan Yoongi tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya dan mengangguk. Setelah selesai mengisi, remaja tersebut berdiri dan membungkuk ke arah Yoongi dan berseru, "Terima kasih, Ahjussi Cantik."
---
"Selamat sore, Ahjussi."
Yoongi mengangkat wajah dari laporan forensik di tangannya.
"Kau lagi."
"Ahjussi mengingatku? Wah...daebak!"
"Polisi harus punya ingatan yang bagus supaya mudah menangkap penjahat. Jadi, kau" ia menuding siswa yang duduk di depannya dengan pena di genggamannya, "kalau kau membuat masalah, hati-hati saja. Aku akan menangkapmu."
"Wah...mau dong, Ahjussi Cantik. Hehehe!"
"Sialan!"
"Ahjussi tidak boleh mengumpat. Kata Eomma, bibirnya akan kejepit pintu kalau begitu."
Yoongi mendengus tak peduli.
"Ahjussi, bagaimana caranya supaya bisa diterima di Kepolisian?"
"Kenapa memangnya? Kau mau jadi polisi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkey Business 2
FanfictionMonkey Business kembali dengan buku yang kedua. Seperti sebelumnya, ini kumpulan one/two/three/dunno-how-many shot(s) TaeGi, NamJin, KookMin, dan SuHope. Homophobic bisa angkat kaki dan pantat dan tidak perlu repot-repot kembali. Yang suka, diharap...