"Terima kasih, Kim Junmyeon-ssi."
"Sama-sama, Tuan Pyo. Kami senang sekali bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan Anda."
"Baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa Hari Senin."
"Benar, Tuan. Sampai jumpa."
Kim Junmyeon mematikan panggilan dan menghembuskan nafas lega. Gelar Pengusaha Muda Terbaik yang disematkan padanya sedikit banyak memberi beban. Ia merasa harus selalu tampil dan memberi yang terbaik.
"Sudah selesai, Sayang?"
Junmyeon mengangkat wajah dan melihat suaminya, Jung Hoseok, mendekat sambil menggendong buah hati mereka, Kim Jungseok, yang berusia hampir delapan bulan.
"Mau ke mana, Seokkie?" tanyanya pada Sang Suami.
"Apa Hyung lupa? Hari ini aku ada reuni SMA. Aku sudah bilang sejak minggu lalu." Hoseok berkata setelah duduk di samping Junmyeon.
"Jungseok?"
"Denganmu tentu saja. Orang tua kita semuanya sedang di luar kota. Kau sudah menyanggupinya, tidak boleh mangkir!"
"Tidak kok, Sayang. Tenang saja. Semua pasti beres. Ya kan, Jungseokkie?"
---
Satu jam setelah Hoseok pergi
"Jungseokkie, duduk di sini sebentar ya. Daddy akan mengambil iPad sebentar. Jangan ke mana-mana, oke?" Junmyeon berkata pada putranya yang tengah mencicipi jempol kakinya sendiri sambil berbaring di tempat tidur.
Junmyeon pun segera berlari ke ruang kerjanya dan mengambil gawai yang ia cari. Setelahnya, ia berjalan santai sambil memeriksa surel yang masuk.
Sungguh sebuah kesalahan.
Brak!
"Hueeeeee!!!"
"Jungseokkie! Tunggu sebentar, Nak!" Junmyeon berlari kembali ke kamar tanpa memperhatikan sekitar. "Aww!"
iPad di genggamannya terjatuh namun Junmyeon tak peduli. Ia melompat dengan satu kaki dan berkali-kali berucap 'aduh' karena telapak kaki kanannya menginjak mainan ekskavator milik Jungseok yang tercecer di lantai.
"Isshhh! Sebentar, Jungseokkie." Junmyeon terus melompat hingga mencapai kamar dan melihat putranya yang menangis di lantai. "Ya Tuhan, Jungseokkie...."
Junmyeon segera meraih bayinya dan menenangkannya dengan menggendongnya sambil menggoyang-goyangnya sedikit.
"Cup cup, Sayang. Tidak apa-apa. Sini Daddy lihat kepalanya dulu ya."
Junmyeon duduk di kasur dan mencoba memeriksa kepala Jungseok namun putranya itu terus meronta dan menangis semakin kencang tepat di telinga Junmyeon.
"Ya Tuhan, kupingku!" lirihnya. "Seokkie pulang jam berapa ini?"
Junmyeon akhirnya memutuskan membaringkan Jungseok di tempat tidur dan memeriksa kepalanya. Untungnya kali ini bayi tersebut tak protes.
"Untungnya kepalamu tidak apa-apa, Jungseokkie. Coba sekarang Daddy lihat tanganmu ya."
"Agh! Hueeee!"
"Kenapa lagi ini ya, Tuhan?" keluh Junmyeon sambil menyorokkan kepala ke bantal.
"Miii hueeee miii miiii!"
"Apa, Nak? Jungseokkie mau apa? Daddy tidak mengerti."
"Miiiiiii!" jerit Jungseok.
"Kalau begini, aku ingin ikut menangis saja. Boleh ya, Jungseokkie? Daddy mau ikut menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkey Business 2
FanfictionMonkey Business kembali dengan buku yang kedua. Seperti sebelumnya, ini kumpulan one/two/three/dunno-how-many shot(s) TaeGi, NamJin, KookMin, dan SuHope. Homophobic bisa angkat kaki dan pantat dan tidak perlu repot-repot kembali. Yang suka, diharap...