3. KookMin: Ian VS Sujimin [Bagian 3]

187 31 46
                                    

"Wis, Min. Ra sah dijak gelud. Iki kancaku, jenenge Ian (Udah, Min. Nggak usah diajak berantem. Ini temenku, namanya Ian)." Joni menengahi.

"Duwe kanca ki kudune selektif, Mas. Modelan ngene ki, pakake lele ae (Punya temen tuh harus selektif, Mas. Model begini ini, buat makan lele aja)."

"Bajindul! Kukepret tambah pendek kau!"

Joni menutup telinganya karena kedua makhluk di kanan kirinya itu saling melemparkan ancaman. Berisik sekali!

"Uwiiiiiiiisssss! (Sudaaaaaaahhhhh!)"

Ketiga laki-laki yang berada di teras tersebut terdiam sebab Sukjin, istri Joni sekaligus sepupu Sujimin, tiba-tiba berteriak sambil berkacak pinggang.

"Berisik kabeh cah loro, ngerti ora? Judeg aku le ngerungokke suwi-suwi! Isa meneng ora? Nek ora, do lungo kabeh kana! (Berisik semua ini anak dua, tahu nggak? Sebel aku dengernya lama-lama! Bisa diem nggak? Kalo nggak, pergi semua sana!)"

Ian dan Sujimin mengkerut melihat pria galak tersebut menatap tajam ke arah mereka. Sementara Joni, hanya terkikik melihat keduanya.

"Kowe ki nek ngerti iki bocah loro mbrebeki kuping, mbok ya dipisah! Malah guya-guyu ae! Anake arep turu ra isa-isa! (Kamu ini kalo ngerti anak dua ini bikin kuping pengang, ya dipisah! Malah ketawa-ketiwi aja! Anaknya mau tidur nggak bisa-bisa!)" pungkas Sukjin sebelum masuk ke dalam rumah.

"Lha aku kok ya melu-melu kena sembur to? (Lha aku kok ikutan kena sembur?)"

"Menengo kowe! Mlebu kene ngeloni anake! (Diam kamu! Masuk sini ngelonin anaknya!)"

"Nasib...nasib...." ujar Joni sambil berjalan masuk meninggalkan dua pemuda yang lain.

Selepas kepergian Joni, Ian berdiri dan meregangkan tubuh. Namun, ada sesuatu yang pria itu lakukan yang mengganggu Sujimin.

"Kalau mau meregangkan tubuh, lakukan yang benar. Angkat tangan ke atas sampai maksimal agar otot perut dan bagian samping sini benar-benar bekerja sempurna."

"Cerewet."

"Hei, dikasih tahu yang bener malah ngatain."

"Bodo amat!"

---

Mutia mendengar suara mobil, yang ia kenali sebagai mobil putra bungsunya, memasuki pekarangan. Ia sedikit mengerutkan kening sebab putranya benar-benar mengikuti perintahnya untuk pulang sebelum jam 22.00.

"Slamlekum!"

"Waalaikumsalam. Tumbennya kali kau sudah pulang? Tak dikasih makan Joni kah kau?" tanya Mutia dengan mata terfokus pada Si Endin, bintang sinetron Ikutan Cinta.

"Males, Mak, gara-gara sepupunya Bang Sukjin."

"Siapa memangnya?"

"Dokternya Babeh."

"Lha? Dr.Jim Jim maksud kau?"

"Ho'oh. Nyebelin or-"

"Calon mantu Mamak itu!" pekik Mutia senang, membuat Ian mengerut. "Bilang Mamak, Cok. Benar itu Dr.Jim Jim sepupunya Si Sukjin?"

"Iya, Mak. Kan tadi aku bilang begitu."

"Inaaaanggg! Senangnya hati aku!" Mutia bangkit dari sofa dan melupakan Si Endin dan Ikutan Cinta demi mengabari suaminya yang sudah molor.

Ian hanya mendesah kesal. Mengapa semua orang sepertinya memuja orang kampung itu sih? Apa hebatnya pemuda kampungan itu dibandingkan dirinya yang kuliah di Eropa?

Monkey Business 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang